"You Got A New Message"

219 47 16
                                    


Tiada hari tanpa 'pesan sampah'.

Aku yakin, hampir semua orang yang memakai telepon genggam di era modern ini mengalaminya. Mulai dari pesan operator, promo-promo yang terkadang menjengkelkan, sampai pesan yang berbau 'penipuan' berkedok 'mama minta pulsa'. Segala macam jenis pesan itu masuk tanpa terkendali, apapun bentuknya. Sampai satu saat, kita baru menyadari bahwa memori perangkat sudah penuh akan hal-hal tak berguna itu.

Ah, aku jadi memikirkan sesuatu.

Tidak kah kondisi di atas membuatmu teringat dengan keadaan yang harus dialami manusia? Merujuk ke hal kecil yang terjadi tiap harinya, berpotensi untuk bertransformasi menjadi hal yang lebih besar.

Kecil, tetapi membuahkan rasa kesal. Kecil, tetapi sukses menimbulkan rasa tak nyaman. Kecil, tetapi diam-diam menguras habis ruang tersedia hanya untuk hal tak berguna.

Semua pesan sampah itu ... seperti masalah sepele yang terjadi dan mengendap di hati masing-masing individu. Tersandung di tengah jalan, ejekan berkedok candaan, tugas pengkaderan yang tak masuk akal, sampai kesalahpahaman yang membuatmu enggan berhadapan dengan sang pelaku untuk beberapa hari ke depan.

Segalanya berkesan kecil, 'kan? Mungkin sebagian dari mereka akan berpikiran 'ah, sudahlah. Toh sudah terlewat' atau 'namanya juga hidup, biarkan saja'. Namun, bagaimana dengan sebagian lainnya? Bagaimana dengan mereka yang mengatakan dirinya sudah 'ikhlas' tapi memiliki pemikiran yang lain dalam kepalanya?

Perasaan itu akan mengendap di dalam benak. Menumpuk dan terus menumpuk hingga membentuk gunung yang siap meledak. Menginvasi tiap rongga tubuh dengan kejengkelan yang tak bisa terdeskripsikan. Membuat pikirannya korup hanya untuk perasaan yang sebenarnya bisa dimusnahkan.

Yah, 'dimusnahkan'.

Jika di ponsel terdapat fitur delete untuk menghapus pesan yang tak diinginkan, manusia juga demikian. Sayangnya, fitur delete yang diterapkan pada manusia ada kalanya tak berjalan mulus sebagaimana yang dijabarkan lewat teori.

Mereka butuh pelampiasan untuk menumpahkan semuanya. Segala-galanya. Memindahkan perasaan mengganggu yang berkecamuk dengan tujuan memiliki kondisi batin yang lebih tenang.

Mereka butuh tempat berbagi. Mereka butuh tempat bercerita. Tempat di mana mereka akan diterima dan disimak dengan apa adanya. Sesuatu atau seseorang yang mengerti mereka, bahkan di saat mereka tidak menjadi diri mereka sendiri.

Dan aku lega karena aku sudah menemukan tempat itu.[]


**Bersambung**


Chii's Note:

New story~

What do you think, guys? :3

.

.

RosyidinaAfifah

02/02/2019

02/02/2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote here

↓↓↓

[✓] 'Bestie' is typing ....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang