comes and goes

263 18 8
                                    

Di dekat kampus, ada satu gedung exhibiton hall yang lumayan terkenal dan sering dipakai menjadi tempat bagi acara dan pameran bergengsi. Bukan sekali dua kali gedung itu dipakai menjadi arena konser bagi idol masa kini. Cara pernah menonton salah satu idol group favoritnya disana.

Tapi yang membuat Cara datang dengan bersemangat hari ini ke gedung itu bukanlah untuk melihat konser, melainkan berkunjung ke pameran buku yang memang hanya diadakan setahun sekali. Bagi mahasiswa jurusan biologi seperti Cara, penting untuk memiliki buku-buku bertemakan biologi untuk menunjang perkuliahan. Dan di book fair ini, Cara bisa mendapatkan buku-buku tersebut dengan harga miring.

"Tumben ngajak gue ke sini," ucap Lalisa Manoban, sahabat Cara yang berdarah Thailand. Lisa satu fakultas dengan Cara, bedanya dia anak jurusan matematika.

"Gue mau nyari buku, mending beli di sini daripada di toko buku biasa," sahut Cara acuh tak acuh. Tangannya sudah sibuk membolak-balikkan halaman sebuah ensiklopedia, meninggalkan Lisa yang memang nggak terlalu suka baca buku.

"Kenapa nggak ngajak suami lu aja? Dia kan udah lulus kuliah dan belum masuk kerja."

"Chanwoo lagi bantuin bapak mertua gue di kantor, nggak bisa nemenin hari ini."

Lisa membulatkan mulut lalu mulai bergerak menjauh, kayaknya sih melihat deretan novel romance yang biasanya ia baca kalau sedang tidak ada kerjaan.

Sementara itu, Cara yang masih memegang ensiklopedia malah nggak fokus. Penyebabnya? Apalagi kalau bukan pertanyaan dari Lisa. Cara menaruh buku ensiklopedia yang mulai terasa memberatkan tangannya dan membalikkan badan, mencari sahabatnya. Ia hendak menghampiri Lisa, namun urung karena kelihatannya gadis itu sedang asyik sendiri dengan novel yang kemungkinan tidak akan ia beli.

Cara nggak mau mengganggu Lisa, oleh karenanya ia berjalan menuju salah satu rak yang menyajikan buku masak—yang memang agak sepi dibandingkan rak lain—dan merenung sambil pura-pura baca resep.

Suaminya memang lagi sibuk membantu Papa di kantor, tapi bukan itu yang membuat ia tidak pergi ke book fair bersama Chanwoo. Kalau Chanwoo mau, ia bisa menunda sehari pekerjaannya dan pergi menemani Cara mencari buku. Toh Papa juga nggak masalah selama Cara yang jadi prioritas anaknya.

Masalahnya, pagi ini Cara dan Chanwoo baru saja bertengkar. Bukan pertengkaran konyol seperti yang selama ini ia dan Chanwoo lakukan, Cara yakin yang kali ini lain dari biasanya.

Seperti biasa, karena hari ini hari Jumat, yang berarti kelas pertamanya baru dimulai pada pukul 10, Cara beberes sambil menyiapkan sarapan. Buat ia dan Chanwoo saja, karena orangtuanya beberapa hari ini bakal pergi ke luar kota untuk menghadiri resepsi. Seperti biasa juga, karena Chanwoo anaknya mageran parah dan nggak bisa bangun sebelum ditarik selimutnya oleh sang istri, Cara harus membangunkan Chanwoo terlebih dahulu sebelum sarapan.

Keanehan dimulai dari sini. Normalnya, Chanwoo selalu meringkuk di balik selimut tiap kali Cara masuk ke kamar. Tapi pagi ini, Cara sendiri agak shock ketika memasuki kamar dan mendapati suaminya itu keluar dari kamar mandi dengan rambut basah.

Chanwoo menoleh dan melihat Cara berdiri tegak dengan wajah terkejut terheran-heran.

"Kenapa lo?" tanya Chanwoo.

Cara berkacak pinggang. "Kayaknya gue deh yang harus nanya begitu."

"Gue mau ketemu temen," kata Chanwoo sambil melihat-lihat baju di lemari. Cara mengernyitkan dahi, kayaknya selama ini suaminya jarang banget memperhatikan baju apa yang akan ia pakai. Chanwoo itu percaya diri, ia tahu ia tampan meski bajunya nggak nyambung sama celananya. Cara menjadi semakin heran.

By the way, memang siapa yang mau ditemui oleh Chanwoo? Suaminya ini nggak akan mungkin memperhatikan penampilan hanya untuk sekadar bertemu Eunwoo, Donghyuk, Moonbin atau pun sahabat-sahabat Chanwoo yang sudah Cara kenal dengan baik.

Selagi Chanwoo memilih baju, Cara bergerak untuk merapikan selimut yang memang belum dilipat oleh Chanwoo. Dasar pemalas, giliran yang begini aja yang ditimpakan ke istri.

Sehabis membereskan selimut, Cara berniat untuk kembali ke dapur ketika dirinya melihat handphone Chanwoo yang tergeletak di tempat tidur. Pas sekali, ketika Cara hendak menaruh handphone di meja kecil sebelah tempat tidur, muncul notification di layar.

Dahyun

Chan, udah dimana? Jemput dong hehe

"Anjir siapa nih," refleks, Cara mengucapkan apa yang terlintas di otaknya.

Mendengar istrinya mengucapkan sesuatu, Chanwoo menoleh. Matanya langsung tertuju pada handphone yang bertengger di tangan Cara, dan dengan gerakan yang sangat gesit ia mengambil ponselnya dari tangan Cara.

"Jangan seenaknya buka-buka hape orang, dong," meski pelan, Cara masih bisa mendengar gerutuan Chanwoo. Seketika itu juga ia merasa amarahnya memuncak. What the hell is he hiding about? Selama mereka menikah baru kali ini Chanwoo melarang ia untuk menyentuh handphonenya.

Tapi Cara masih menahan marah, ia nggak mau asal ceplos. "Gue nggak buka hape lo, tadi ada notif makanya gue bisa liat siapa yang ngirim Line. Lagian, Dahyun itu siapa sih?" Cara nggak pernah dengar nama itu. Ia tahu teman-teman perempuan Chanwoo dan nggak ada yang bernama Dahyun.

"Temen doang, kok," jawab Chanwoo acuh tak acuh, jarinya sibuk mengetikkan sesuatu—barangkali pesan balasan untuk Dahye, Dahyeon, atau siapalah itu—di layar handphone. Cara tersinggung, jelas.

"Lo mau ketemu sama dia sekarang? Dimana? Berdua aja? Lama nggak?" sebenarnya ada banyak yang mau ditanyakan oleh Cara, namun ia rasa 4 hal itu yang harus ia ketahui. Chanwoo jarang sekali bertemu dengan perempuan jika hanya berdua, ia tahu ia harus menjaga perasaan Cara meski istrinya itu sebenarnya biasa saja selama alasannya jelas.

Tapi untuk yang ini, entahlah, Cara tidak paham kenapa rasanya ia ingin mengunci Chanwoo di kamar dibandingkan membiarkan suaminya pergi keluar rumah.

"Gosh, Cara, kenapa ribet banget sih? Dahyun tuh temen gue, jangan mikir yang aneh-aneh," Chanwoo yang sudah selesai bersiap melirik sinis ke arah Cara.

"Ya respon lu tadi membuat gue jadi berpikir yang aneh-aneh, anjir."

"Udah gue bilang nggak boleh ngomong kasar ke suami sendiri, dan udah gue bilang juga kalau Dahyun itu cuma teman biasa," Chanwoo sedikit meninggikan suaranya. Ia menatap Cara—yang menatap balik dengan pandangan nanar—dan meninggalkan kamar. Setengah menit kemudian Cara mendengar pintu depan dibanting diikuti dengan suara mobil yang semakin menjauh.

Merasa emosional, Cara jatuh terduduk di lantai kamar. Ia pengen menangis, tapi Cara itu strong woman. Dia menahan diri untuk tidak menjatuhkan air mata, lalu meraih handphone untuk mengirim pesan kepada Jihyo selaku teman sekelasnya untuk titip absen. Cara nggak bisa pergi ke kelas dengan keadaan seperti ini.

Maka berakhirlah ia siang ini di book fair bersama Lisa—yang tidak tahu apa-apa—merenungi masalah yang sedang terjadi. Jauh di lubuk hatinya, Cara tahu ia sendiri juga ikut andil dalam pertengkaran. Kalau saja ia tidak tersulut emosi, mungkin Chanwoo tidak akan meninggalkan rumah tanpa pamit pagi ini dan mereka takkan perang dingin seperti sekarang.

Cara merogoh handphone yang ia letakkan di dalam totebag dan melihat notifikasi berbagai social media miliknya. Banyak orang mengirimkan pesan, tetapi ia justru tidak menemukan pesan dari orang yang ia inginkan.

"Cara?" mendengar namanya dipanggil oleh seseorang, Cara sontak menoleh ke arah kanan. Dan mau tak mau ia napasnya tersentak melihat siapa yang tengah berdiri di ujung rak sana.

Seorang pria dengan hoodie merah dan celana jeans abu-abu cerah melambaikan sebelah tangannya pada Cara yang masih melongo. Pria ini juga adalah penghuni kampus yang sama dengan Cara dan Chanwoo—

"Kak Hanbin..."

—dan juga mantan pacar Cara.

husband | jung chanwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang