First time

8 1 0
                                    

Author POV

"Menurutmu aku lebih cocok dengan yang mana?" 

Tanya seorang gadis bermahkota coklat tua, menatap manis pemuda disebelahnya yang sibuk mengamati tiap helai pakaian yang terpajang dengan rapi dipusat perbelanjaan.

Pria itu menatapnya balik, seulas senyum tipis ia berikan, ketika dilihatnya gadis itu menunjukan dua helai pakaian padanya.

"Mm.. Menurutku, kamu cocok pakai yang ini" serunya memutuskan pada pakaian yang menurutnya anggun, dengan memilih dress berwarna kuning pucat.

"Kalau yang pink?" tanya gadis itu kurang puas ketika dia menarik dengan cepat kain yang ingin ditunjukannya berwarna merah muda berenda tipis bunga.

"Ah, aku gak suka kamu pakai itu!" jawab pria itu kesal, siapa yang tidak kesal? Pakaian itu terbilang seksi dimana potongan dress pendek itu diatas lutut bahkan lebih tinggi!

"Tapi ini imut..." cicit gadis itu masih tidak merelakan pendapat pria itu, pada pakaian kesukaanya.

"Oktaaaa"

Gadis yang dipanggilnya itu menghembuskan napasnya pasrah, lalu dengan berat hati menyimpan dress itu, diliriknya pria itu masih menatapnya kesal.
Yah, dia tau. Pria disampingnya ini bukan badboy rendahan pinggir jalan, yang senang hati menggoda tiap gadis yang lewat dengan sengaja memakai rok mini.
Dia itu Badboy kelas atas, meskipun dia gemar sekali ribut, saat masa-masa awal masuk sekolah, dimana ia dengan senang hati diajar ngecer dengan kakak kelasnya yang terkenal suka ngebully, dan dia akhirnya mendapatkan julukan Lord dari anak se gengnya ketika berhasil menaklukan kakak kelasnya dengan telak hanya dengan beberapa luka kecil ditubuhnya.

Menjadikannya dengan cepat sebagai pangeran sekolah, yang ditakuti kaum adam dan diinginkan kaum hawa disekolah.

Dia tetap dengan senang hati, menjaga kehormatanku sebagai perempuan

"Mau ku cium disini, biar gak cemberut lagi?" tanya pria itu memberikan seringaian nakal sambil melipat kedua lengannya, gadis yang melamun itu langsung tersentak dan memukul beberapa kali lengan pria manis itu.

"Cium aja tuh tembok! Dasar gak punya malu!" ketusnya berbalik badan dan melangkah pergi, kedua tangannya menggengam erat tali tasnya hingga buku-buku jarinya memutih, ia berjalan dengan cepat guna menyembunyikan blush dipipinya karna malu.

Pria yang ditinggal itu menatapnya bingung, mendesis perih lalu menghembuskan napasnya kesal sambil menunduk, ia ikut melangkahkan kakinya hendak menyusul, namun..

"Okta..okta, bajunya kenapa gak dibawa, gue udah lama nungguin malah ditinggal pula!" gerutu pria itu mengambil dress kuning pucat lalu menyimpannya dilengan kiri.

"Padahal kalau aku cium gak pernah nolak, pakai malu-malu segala lagi...liat aja nanti" gumamnya dengan langkah lebar sambil tersenyum, mengacuhkan pelayan yang sedari tadi menatapnya berbinar penuh harap.

***
Alexa POV

Masa-masa MOS adalah masa-masa paling menyebalkan,

Oke, mungkin menyenangkan. Apalagi jika mereka berada diposisi atas dan mendapat kesempatan untuk membully kami para junior, dengan senang hati mereka memanfaatkannya dengan baik.

Dan tak jarang justru banyak sekali yang kelewatan sampai melukai kami dan memeras. Katanya, program MOS itu dilakukan supaya dapat mendekatkan junior dengan senior, sebagai pengenalan baru, memberi pengalaman baru.

Dan menurutku itu kenyataannya omong kosong!

"Upil Badak! Ngapain lo disitu?!, sini!" teriak senior tingkat dua menunjuk temanku Toni, tubuhnya yang hampir sepantar denganku dengan raut putih pucat ketakutan, ia berjalan perlahan-lahan sambil bergetar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Match for IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang