Jenniara Atara mengguncang badan Anna ga santai, kaget.
"Iya sis" respon Anna sekenanya sambil ngelepas tangan Jeje dibahunya. Pusing juga ternyata pagi-pagi badannya sudah di guncang ga santai.
"Kapan deket? Kok ga cerita?"
Kayanya Anna mulai sekarang harus membiasakan diri dengan kalimat yang baru aja keluar dari mulut Jeje, karena kemarin Bona, Joy, dan Ara sudah rusuh di line menghujani pertanyaan serupa.
"Deketnya baru aja sih, orang baru digaspol. Kalo sukanya udah dari kelas 11 kemarin. Cuma ya gitu, maju mundur guenya soalnya gue denger Haris nolak Chelsea. Masalah gue ga cerita, gue takut malah diceng-cengin. Liat tu gue sama Zen pernah canggung parah, padahalkan dia temen gue bukan gebetan gue"
Cerocos Anna panjang lebar sambil minum dancow putih andalannya dipagi hari.
"Gila sih, diem-diem udah jadian aja"
"Iya gila emang gue Je"
"Sadar ternyata lo" Jeje ketawa mukul paha Anna. Memang selalu ada aja orang yang mau bahagia mesti nyiksa temen dulu, Jeje contohnya.
"Gimana Haris? Ih sumpah masih ga bisa nerima kenyataan gue, anak anteng pacaran sama anak rusuh kaya lo"
Anna senyun kecil, "maaf tapi sekarang lo harus percaya kenyataan. Haris gimana? Ya gitu kaku kaya kanebo. Gue sih berharapnya dia mungkin bisa sedikit berubah. Secara gitu kan gue orangnya caper gimana gitu, pokoknya siapa sih yang ga senang sama perhatian? Asal ga berlebihan"
Jeje ngangguk-ngangguk.
"Ga masuk kelas lo?" Tanya Anna mengingat kelas XII Mipa 3 jaraknya lumayan jauh, jadi ga ketauan wali kelas udah masuk apa belum.
"Bel aja belum, sans"
"Literasi"
"Belum bel bego"
"Ya jaga-jaga siapa tau wakel lo udh datang"
"Mau kayanya dia datang" sarkas Jeje sambil ngebuka hpnya.
"Na, ganteng gak?"
Anna ngehela nafas pas Jeje nunjukin foto Andreas Fathan, mantannya Jeje.
"Masih..." Anna ngelirik Jeje capek. Udah disakitin sampe jungkir balik juga bocah satu ini masih aja.
"Hehehe"
"Bucin goblok"
"Iya tau gue goblok" Jeje ngelengkungin bibirnya kebawah.
"Hedeh... ayo move on! Cowok bukan cuma Fathan, Je. Banyak"
"Iya, tapi yang mau sama gue cuma Fathan. Gimana?"
"Sadar, Fathan juga udah ga mau sama lo"
"Ish lo mah mulut kaya silet"
"Ya habis lo di halusin mental. Di kasarin juga tetep aja bego, heran"
"Iya tau mipa 1"
"Kenapa emangnya kalo mipa 1?"
"Pinter lah"
"Inget gue cuma anak nyasar disini"
Jeje ngakak. Anna ikut ketawa, asal liat Jeje senang rasanya ikut senang. Entah kenapa dia capek ngeliat Jej sedih, rasanya Jeje juga berhak bahagia. Bahagia milik semua orang tapi kenapa selalu kesedihan yang datang kearah Jeje?
《save me, save you》
"Serius lo sama Haris?"
Anna mijat pelipisnya pelan. Pusing dengar kalimat yang sama seharian ini. Mau dikelas, dikantin di aula, di musholla. Sama aja.
"Zen gue tabok sumpah lo nanya gituan"
"Loh orang nanya, kan saya kaget kakak"
"Kaget lo nyebelin, mending diem"
"Kirain lo ga minat pacaran"
"Diem gak Zen?!"
"Ya Allah, galaknya sudah mendarah daging ini"
"Ssttt, mending beliin risoles deh. Itu antrinya haduh. Lo kan tinggi, jadi keliatan gitu kalo ada yang beli"
Zen ketawa, "yaudah siniin duit lo"
Anna nyodorin uang 6ribu, untuk dua risoles.
"Satu satu nih? Asyik di traktir!"
"Heh!"
"Eh iya kakak maaf maaf"
"Kakak kakak, udah kaya mbak mbak olshop aja lo"
"Sensi banget, kenapa sih? Heran manusia ganteng"
Anna ga ngebalas omongan Zen, dia ngedorong bahu Zen buat cepetan beliin risolnya.
"Halo Haris lapor terjadi perselingkuhan disini"
Anna mukul kepala Arif. Bacot banget gusti. Anna sudah pening dapat pertanyaan bertubi-tubi dari orang-orang.
"Brisik, ga niat incest sama Zen"
Lagian kenapa sih? Apa salahnya seorang ekstrovert pacaran sama introvert? Selagi mereka masih bisa jalan kan?
Anna bingung kenapa orang-orang seheboh itu dengar berita dia pacaran sama Haris.
"Dasar netijen" rutuknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Visualisasi
|Jenniara Atara
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
|Andreas Fathan
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
