Chapter 8

13.6K 1.2K 18
                                    

“Demi dokter yang baik hati dan tidak sombong dengan berat hati saya menolak”

Demi apapun aku mana siap, demi langit dan bumi yang sampai sekarang hanya pesawat apolo yang tahu seberapa jauhnya, aku menolak permintaannya.

“saya ngga minta jawaban kamu, ya kamu harus mau”

tenang-tenang ini bukan pernyataan cinta ko!

“kali ini aja saya nggak mau dok, saya mau turun diperempatan aja, eh kalau diperempatan nanti banyak orang ya, habis indoapril aja dok turunnya sepi”

“kamu udah kaya pelakor ya ra minta saya turunin di tempat sepi”

“iya emang nanti orang pada liat, terus besoknya tukang sayur pada ghibah, si ramania kemaren turun dari mobil sedan mahal kayanya sama om-om.. gitu “

“emang saya keliatan kaya om-om?”
Aku memalingkan muka ku ke kanan dan  mulai menilai dari atas,
IYA LO KAYA AHJUSSI muka terang tanpa pori

“pokonya saya ngga mau ya dok, saya nggak laper”

“ya kalau nggak laper gausah makan, temenin saya aja saya paling males makan sendiri”

“nahkan mending langsung pulang aja biar ada temennya makan”

“dirumah saya ngga ada siapa-siapa makannya saya ajak kamu”

Yass Here i'am on passanger seat, di mobil bapak dokter dipta yang terhormat, hari ini aku diminta ikut serta dalam rapat bulanan dinas kesehatan tentang AKI-AKB, dokter dipta sudah pasti ikut serta beliau adalah tim audit untuk AKI-AKB sedangkan aku sebagai perwakilan dari setiap RS.

Rapat tadi berjalan lancar hanya menghabiskan 2 jam dan setelahnya malah terjadi siksaan karena dipaksa ikut pulang bersamaan.

Kaum hawa coba pernahkan kalian mendengar pelakor akhir-akhir ini siapa yang tidak takut akan gelar pelakor.
Fotomu akan terpangpang di embe-lurah dan tiba-tiba jadi selebgram yang followers nya banyak, dengan hanya memikirkannya bulu kundukku berdiri, bukannya aku geer aku akan digosipkan dengan dokter dipta hanya saja si bocah pemaksa ini sudah dianggap suami bersama oleh fans-fans panatiknya.

Beliau adalah dokter favorite di daerahku pasiennya banyak bahkan followers di instagramnya beribu-ribu, bagaimana kalau ditempat makan ada yang lihat dia terus lihat aku dengan seragam kerja ku....

“arghhhhhh" geramku frustasi tanpa bersuara "dok saya yang pilih tempatnya kalau begitu, makannya di hotel anggris ya ?”

Karena tidak mungkin menang beradu paham dengan silempeng dodol ini,  hotel anggris adalah hotel di kaki gunung gedes, mungkin akan sedikit orang yang akan datang ke resto tersebut ditambah ini adalah musim hujan orang normal mana yang akan datang ketempat dingin di musim hujan... tentu saja aku normal hanya saja ini untuk menyelamatkan hidupku profesiku dan martabatku *sing mars IBI*

“kamu mau ajak saya ke hotel?" Tanyanya

“yaampun bukan begitu dok, emmhh ituu saya pengen makan sop buntut direstonya, iya sop buntutnya enak dok heheh”

“kamu yakin ini lagi musim hujan pasti dingin, nanti kamu alergi lagi”

Persetan dengan alergiku, aku hanya tak mau bersanding denganmu
“saya bawa jaket dok, nih lumayan tebel” sambil kulihatkan jaket warna hitam polos miliku

“yasudah” dia pun kembali fokus menyetir

***

Tek-tek-tek~
Bukan itu bukan suara si mamang yang jualan mie tek-tek, ini melainkan suara gemertak gigiku! Ha-Ha 22 derajat celcius astagaaaaa  apakah hawa dipta yang membawanya seperti ini

hey you! you must be kidding me!”
Aku membanting ponsel ku kemeja, ramalan cuaca hari ini diperkirakan akan hujan gerimis pada pukul 16.00, dan suhu bisa sampai 20 celcius

“sekalian aja hujanya sekarang yang gede!”
Seketika langit yang tadi mendung menahan air sudah tidak bisa menahannya dan memuntahan segala isinya
“HAHAHA -..—“

“kamu kenapa ketawa sendiri”

Kulihat rambut yang basah acak-acakan (kemana rambut pomade yang selalau rapih?) dan kemeja yang digulung sampai siku, kalau si Putri yang lihat pasti teriak, HWATTTTTT BABY !

“hah ?" Aku melongo "dokter hehe udah selesai dok shalatnya?”

“sudah, kamu mau shalat dulu apa mau pesen dulu?”

im on my period dok, jadi langsung pesen aja deh dok?”

dokter dipta melambai-lambaikan tangannya dan seorang pramusaji menghampiri meja kami

“mas nggak ada sop buntut ?” tanya dokter dipta membolak-balikan menu

“sop buntut pak?" Mas pramusaji mengerutkan alisnya "resort kami tidak menjual menu local pak, hanya japanese”

Mampossss mana kutahu ini japanase resto,  yaelah akupun baru pertama kali kesini.

CITO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang