Part 6. Rasa

480 149 61
                                    


Third terkejut mendengar pertanyaan dari Sarina. "Maksud lo?"

Sarina tersenyum tipis. "Gue tahu lo nggak sejahat itu."

Bibir Third bagaikan di lem. Ia tak mampu berkata-kata. Ucapan Sarina membuat tubuhnya membeku.

"Gue yakin ini ide Porsche. Dan lo masih mau temenan sama mereka?"

Third semakin membeku. "Ma-maksud lo apa sih? Gue nggak ngerti."

Sarina menatap Third dalam. "Tanya aja hati lo."

Third menelan ludahnya sendiri. Tatapan Sarina menghipnotisnya. Third larut ke dalam iris bewarna hitam milik gadis itu. Jantungnya pun berdetak lebih kencang.

Third susah payah mengontrol detak jantungnya. Dan Sarina malah tersenyum tipis. Jantung Third semakin kacau dibuatnya.

Ini jantung gue kenapa dug dag dig dug nggak jelas sih?

Sarina bangkit dari tempatnya. "Anterin gue pulang. Gue nggak mungkin pulang dengan keadaan begini sendirian."

"Kenapa harus gue?" tanya Third tak terima.

"Lo kan temen orang-orang bangsat itu, jadi lo harus tanggung jawab."

"Ya udah cuma nganterin doang, kecil itu mah. Rumah lo di mana?" Third ikut berdiri.

"Nggak terlalu jauh dari sini kok."

Bukannya menjawab Third berjalan di mana motornya terparkir. "Cepat naik. Sepeda lo gimana? Mau ditinggal di sini gitu?"

Sarina menatap sepedanya yang sedikit rusak. "Biarin aja, nanti gue suruh sepupu gue buat ngambilnya ke sini."

"Nggak takut diambil orang?" Third memiringkan kepalanya.

"Nggak." Sarina berjalan mendekati Third.

"Tunggu." Third menghentikan gerakan Sarina yang akan menaiki motornya. "Baju lo masih basah. Pakai nih jaket gue."

Third membuka jaketnya dan memberikannya pada Sarina. "Cepat."

Sarina ragu untuk mengambilnya. Apalagi memakainya.

"Lo mau atau nggak? Ya udah kalau nggak mau."

"Iya deh iya." Sarina mengambil jaket yang dipegang Third. Dan memakainya dengan cepat.

Third tertawa melihat jaketnya yang kebesaran di tubuh Sarina. Sarina menunduk menyembunyikan semburat merah di pipinya.

"Ya udah naik. Urusan gue masih banyak."

Sarina lalu naik ke atas motor Third. Third langsung menghidupkan motornya dan melesat menuju rumah Sarina.

Entah kenapa jantung Sarina tiba-tiba berdetak tak karuan. Susah payah Sarina menyembunyikannya.

"Masih jauh?" tanya Third membuyarkan lamunan Sarina.

"Baru juga berangkat."

Beberapa menit kemudian mereka sampai di depan rumah Sarina yang cukup besar. Third lalu melesat pergi.

"JAKETNYA?" teriak Sarina.

Love Warning [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang