Tommy & Fadil (Completed)

Satu

Sebuah bus Trans Jakarta mendekat. Pintu bus yang sudah aku tunggu tak kurang dari lima belas menit itu terbuka. Aku segera bergerak masuk, sambil menahan tubuhku dari desakan penumpang lain di belakang. Setelah berhasil masuk, aku segera mengambil tempat duduk favoritku, bangku paling belakang sebelah kiri.

Bus kemudian mulai berjalan meninggalkan Harmony Central Busway. Tak sampai lima menit, lajunya mulai terseok-seok di Jln. KH. Hasyim Ashari. Aku menengok sedikit ke luar. Di depan sana tampak beberapa mobil pribadi mulai memaksa masuk jalur busway. Ini akan menjadi perjalanan pulang kantor yang sama buruknya dengan hari-hari sebelumnya. Tak kurang satu setengah jam akan aku habiskan di bus ini.

Aku merogoh ponsel dari dalam tas ranselku yang kudekap di dada. Di Aplikasi Instagram, kubuka satu Insta Story paling kiri. Tampaknya baru saja diunggah pemilik akunnya dua menit yang lalu. Aku tak terlampau memedulikan isinya. Kubiarkan saja ia bergerak ke Insta Story yang lain, lalu menuju satu akun ke akun lainnya.

Jempolku sontak menekan layar tak kala menyadari sosok seorang pria dalam sebuah video. Laju Insta Story terhenti tepat pada saat pria dalam video itu tersenyum menghadap kamera. Senyum yang aku kenal betul, senyum yang setelah tiga tahun berlalu tak pernah memudar dalam ingatanku. Aku melepas jempolku dari layar. Insta Story kembali bergerak, menyisakan getaran-getaran kecil di hati.

Aku menekan kembali lambang Insta Story teman kuliahku itu. Video yang sama kembali terlihat, membangkitkan kembali perasaan demi perasaan yang sudah kukubur sekian lama. Pria itu telah kembali dari perjalanannya menempuh pendidikan di Jepang. Seperti caption yang ditulis si pemilik akun, selamat datang kembali di Jakarta, Dil, pikirku.