Tiga Puluh Empat

2.7K 243 23
                                    

Sekarang dira sedang berada dikamarnya. Memasukkan pakaian fajar ke dalam koper untuk di bawa fajar turnamen besok. Usia kandungan dira memasuki usia 4 bulan, ini yang selalu di khawatirkan fajar kalau dia harus meninggalkan dira sendiri dirumah saat dia sedang turnamen ke luar negeri.

Kandungan dira lemah saat ini, itu yang membuat fajar sangat mewanti wanti dira untuk tetap diam di rumah, bahkan fajar melarang dira untuk turun dari ranjangnya. Tapi bukan dira namanya kalau tidak menentang larangan fajar. Dira yang selalu keras kepala, tapi selalu diam hanya dengan satu tatapan tajam dari fajar.

"Aa! Ini yang mau dibawa apa aja?" Teriak dira dari dalam kamar.

"Sebentar! Lagi beresin raket" jawab fajar yang tak kalah keras dari dira.

Setelah itu dira kembali melipat baju baju fajar. Fajar akan keliling eropa selama 2 minggu, itu membuat dira sangat sedih, karna waktu antara indonesia dan eropa berbanding terbalik. Malamnya indonesia adalah paginya eropa, begitupun sebaliknya.

"Dibilang biar aa aja yang beresin! Malah dia yang beresin! Udah balik lagi ke kasur sana!" Ucap fajar yang datang dengan membawa tas raket kesayangannya.

"Apaan sih a! Orang cuman ngelipet baju doang! Emang ngangkat ngangkat. Kan enggak"

"Udah minum obat belom?"

"Belom. Nanti aja mau tidur"

Setelah itu fajar bangkit dari duduknya kemudian keluar kamar, dira melihat fajar dengan keheranan melihat ulah suaminya yang tidak jelas ini.

Tidak lama fajar kembali dengan membawa baki berisi teko dan gelas, "kan udah aa bilang, air mineral harus ditaro di atas nakas. Biar adek ga bolak balik ke belakang ngambil air" celoteh fajar seperti nenek nenek kehabisan sirih.

"Dih! Ngoceh mulu lu kaya beo"

"Beo yang kaya gue!"

"Auk amat ah a!"

"Nih minum obatnya dulu! Jangan gak minum obat"

"Kayak orang sakit minum obat!" Ucap dira sambil memanyunkan bibir.

Cuuuup. Satu kecupan mendarat di bibir dira, membuat dira melirik sadis ke arah fajar dan membuat fajar tertawa terpingkal pingkal melihat ekspresi dira. Fajar sangat menyukai saat dira kesal seperti ini.

"Jangan jutek jutek apa dek! Nanti dedeknya jutek loh. Cukup bundanya yang jutek, anaknya gausah yaa"

"Omongan doa loh a!"

"Coy amit amit! Dedek jangan jutek kaya bunda yaa. Nanti ayah stress loh kalo adek juga jutek" dira terkekeh mendengar ucapan fajar.

Setelah itu mereka meneruskan aktifitas merapihkan barang barang yang akan di bawa fajar selama 2 minggu kedepan. Fajar membawa 2 koper, satu koper besar berisi perlengkapan turnamennya dan satu koper sedang berisi pakaian santainya dan cemilan cemilan yang fajar sukai.

"Alhamdulillah selesai" ucap dira setelah menyenderkan punggungnya di kaki kasur.

Fajar langsung tiduran di paha dira. Walaupun badan dira kurus tapi tempat ini menjadi tempat ternyaman untuk fajar.

Dira memainkan brewok tipis yang berada disekitar rahang fajar, dira melarang fajar memangkas habis brewoknya karna menurut dira itu sangat menggemaskan untuk fajar. Yaa, walaupun di luaran sana para pemuja rahasia fajar selalu memuji muji fajar dengan brewoknya itu, tapi itu tidak masalah buat dira. Karna dira sudah terbiasa akan hal itu.

"Dek!" Panggil fajar ketika dira masih mengelus pelan rahang fajar.

"Iya"

"Aa selalu kepikiran kalo turnamen jauh begini dek. Kata kata dokter kemaren selalu kebayang bayang sama aa"

"Apaan sih a! Adek gapapa. Tenang aja apa. Emang usia kandungan segini kan rawan. Aa doain aja ya biar adek sehat terus"

"Tapi aa ga tega ninggalin adek sendirian"

"Kan ada mba reni a disini, jadi gausah khawatir yaa. Nanti adek selalu kabarin aa kok, asal aa konsinsten yaa, jangan kepikiran adek disini"

"Tapi kejadian kemaren bikin aa truma dek" ucap fajar sambil memainkan jari jari dira. Kejadian yang membuat fajar hampir pingsan saat melihat banyak darah dilantai. Saat itu dira terpeleset di depan kamar mandi dan membuat dira pendarahan hebat, untungnya fajar dengan sigap langsung membawa dira ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan pertama dan alhamdulillah kandungan dira baik baik saja, hanya dira harus benar benar bedrest untuk benerapa waktu.

"A, adek gapapa. Kekuatan cinta aa yang bikin adek dan anak kita kuat a. Aa harus doain kita berdua darisana. Jangan lupa solatnya jangan bolong bolong biar bisa doain kita terus"

"Tapi rasa khawatir itu pasti ada dek"

"Iya a, adek tau. Adek gak suka loh aa begini, nanti konsentrasi aa buat turnamen terganggu. Adek gamau. Nanti peringkatnya turun lagi, udah stop bikin adek jantungan ngeliat aksi aa sama mas jom di lapangan ya a, jangan bikin adek jantungan juga liat peringkat aa"

"Iya dek, insyaAllah aa bakalan konsinten. Adek doain aa ya dari sini. Jaga kesehatan, jangan ngelakuin hal hal berat. Kalo butuh apa apa bilang mba reni. Kita bakalan jarang komunikasi pasti, soalnya perbedaan waktu disini sama di eropa itu jauh dek"

"Iya a. Adek bakalan laksanain perintah aa, yang penting komunikasi yaa. Jangan pernah putus"

"Siap bunda" ucap fajar dan membuat pipi dira memerah karna panggilan bunda dari fajar.

"Dih pipinya merah" ledek fajar sambil mencubit pipi dira, "aa mau manggil bunda aja ah sekarang, gamau adek lagi. Nanti kalo bundanya dipanggil adek anaknya dipanggil apa? Kaka?" Lanjut fajar sambil terkekeh.

"Apaan sih a?"

"Kok kaya jombang sih apa apan sih apaan sih"

"Kan adek soulmate sama masjom sekarang"

"Soulmate apaan?"

"Kepo amat. Pokoknya sekarang aa harus konsentrasi buat tour ini, jangan sampe pecah konsentrasi. Biar jadi juara"

"Aamiin. Doain aa ya dek biar aa juara besok"

"Aamin. Udah yuk tidur, udah malem. Besok kan pesawat pagi aa"

"Ayuk, aa juga ngantuk" jawab fajar kemudian bangkit dari tidurannya lalu berpindah ke kasur.

"Vitaminnya minum dulu dong bunda" ucap fajar sambil memberikan satu buah vitamin dan gelas berisi air mineral. Dira menelan obatnya dalam satu tegukan.

"Makasih ayah" ledek dira kemudian menarik selimutnya menutupi separuh badannya.

Fajar mencium kening dira, rutinitas seperti biasa sebelum tidur, "selamat tidur bunda. Love you"

"Selamat tidur juga ayah. Love you too" jawab dira kemudian fajar menarik tubuh dira kedalam pelukannya. Dan akhirnya mereka sama sama terlelap.

-TBC-

Kamu Adalah Takdirku{Fajar Alfian} | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang