"Kau baik-baik saja? Hmm?"
Gadis itu menggelengkan kepala. Ia tak bisa berbohong pada pria dihadapannya. Minhyuk menggenggam erat tangan Sena dan menariknya untuk pergi.
Mata nanar Eunkwang masih memerhatikan kepergian mereka berdua. Nyeri didadanya meningkat. Anggapan buruk tentangnya semakin membesar. Apa itu kesengajaan? Kau sengaja melakukannya? Lalu, apakah ini arti dari ucapanmu yang menyuruh untuk mengabaikan.
(***)
Adalakalanya seseorang yang terlihat kuat menjadi benar-benar rapuh. Bukan karena terjatuh sedalam mungkin melainkan lebih dari itu. Tak ada kata yang muncul darinya selain tangisan penuh luka yang tanpa henti menyayat.
Luka itu berhasil membuat Minhyuk yang setia menemani menyimpan amarah. Ia memang sakit saat melihat kedekatan Eunkwang dengan Sena, tapi lebih menyakitkan melihatnya terabaikan seperti ini. Dia tak berhenti menangis, apa sebanyak itu air mata yang ia miliki? Jika setiap tetesnya melambangkan satu luka maka berapa banyak luka yang ditampungnya selama ini.
"Pasti sangat menyakitkan. Bersandarlah sebentar dan kau bisa menangis lagi dibahuku" Minhyuk memiringkan kepala gadis itu agar jatuh pada bahu kanannya.
Sepertinya luka itu benar-benar berat, ia meletakkan kepalanya begitu saja tanpa perlawanan. Perlahan dirasakannya tetes air mata dingin yang membasahi kemejanya. Dingin dan penuh rasa sakit. Air mata yang mengalir dibahu Minhyuk menyisakan luka sendiri baginya.
Sementara itu, Eunkwang tidak kembali keasrama BTOB maupun rumahnya. Ia memilih kerumah abu tempat kekasih masa lalunya menetap. Karena larut malam, tempat ini sangat sepi. Rasa takutnya terkalahkan oleh perasaan yang hancur. Dia berdiri dan hanya menatap bingkai foto Yoo Jin yang tersenyum.
"Yoo Jin-a, kenapa kau menggiringku pada orang yang salah? Aku tidak ingin membencinya tapi aku tidak bisa membiarkan keluargamu terlantar.."
"Kau tahu, ini sangat menyakitkan..."
Nyeri dalam dada itu muncul kembali setiap kali wajah Sena melintas dipikirannya. Ia menjatuhkan diri dilantai dan bersandar pada tembok penyangga gedung. Kepalanya mengarah keatas dimana Yoo Jin tersimpan.
"Sekarang, aku harus bagaimana? Aku terluka sangat dalam"
Eunkwang menangis dalam keheningan dan kesendirian. Tak tahu kemana harus melangkah. Kakinya terasa sangat kaku untuk sekedar berdiri. Kenapa gadis berkerudung itu tega pada perasaannya yang serius? Apa semua itu karena dendam? Apa dia memiliki dendam?
Bisa jadi, dia kehilangan banyak harta karena ketamakan keluarga Yoo Jin dan sekarang waktu yang tepat untuk membalas. Apa dia menghitungnya sebagai hutang? Berapa banyak itu hingga membuatnya melampaui batas. Gadis cantik bak malaikat bumi yang menjelma menjadi wujud asli sebagai monster. Itukah dia?
(***)
Hari sudah menjelang pagi, namun Eunkwang masih belum larut dalam mimpi. Pria itu gelisah, bahkan pikirannya masih penuh dengan bayangan Sena. Ia duduk diujung ranjang dengan memegang sebuah syal abu-abu berinisial namanya.
Rasa sakit itu muncul lagi saat senyum dan air mata Sena memenuhi matanya. Ia ingin marah, tapi percuma. Hatinya terluka saat mengetahui perilaku gadis cantik berkerudung itu.
"Kenapa kau melakukannya padaku? Sena-ya..."
Kenapa rasa cinta menjadi sangat menyakitkan disaat seperti ini? Kenapa bayangan cantik itu tak mau menghilang dan pergi? Sebodoh itukah hingga mudah untuk dibohongi. Kenapa dengan mudah mempermainkan perasaan ini? Kesengajaan yang terlalu jahat dan melukai. Kesengajaannya membuat hati hancur.
Pria itu terkejut saat mendengar suara pintu kamar yang terbuka dengan kasar. Didapatinya Minhyuk berjalan dengan cepat kearahnya. Pria itu tampak dipenuhi oleh amarah. Tanpa aba-aba, Minhyuk melayangkan satu pukulan keras mengenai wajah Eunkwang membuat pria itu tersungkur kelantai.
"Apa itu sakit?"
"Minhyuk-a, kenapa denganmu?"
"Kenapa? Kau bertanya kenapa? Kuperingatkan sekali lagi, kalau tidak sanggup menjaganya maka berhentilah mengganggunya! Setidaknya jangan membuatnya menangis!" lantangnya.
"Kau tidak mengerti..."Eunkwang mengusap darah yang mengalir disudut bibirnya
"Tidak mengerti? Kau yang bodoh!!"
Tangan Minhyuk sudah melayang diudara bersiap menghantam pukulan lainnya. Namun, itu tak sampai karena seseorang menaha lengannya dengan kuat. Didapatinya Hyunsik berdiri dibelakangnya.
"Haruskah kalian bertengkar hanya karena ucapan tidak jelas dari dua gadis itu?" pertanyaan Hyunsik membuat keduanya diam.
"Hyung, kalian sudah dewasa dan tidak lahir kemarin sore. Bijaklah dalam menentukan keputusan. Aku tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah, tapi kumohon. Jangan membuat perseteruan kalian meluas dan berakibat pada semuanya..." lanjutnya lalu melepas lengan Minhyuk.
Ada benarnya kalimat penengah yang dilontarkan oleh Hyunsik. Tapi, bukan berarti semua telah berakhir dengan begitu mudah. Minhyuk kembali mendekat kearah Eunkwang yang masih terduduk dilantai.
"Jika aku melihatnya menangis lagi karena kau. Maka aku tidak akan tinggal diam. Kita menyukai gadis yang sama, tapi setidaknya aku lebih percaya padanya daripada bualan gadis yang kau percayai saat ini" tegasnya lalu berjalan meninggalkan kamar Eunkwang.
Hyunsik menghela nafas pelan lalu menepuk pundak Eunkwang sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan pria itu. Perlahan Hyunsik menutup pintu dari luar. Eunkwang menatap nanar kepergian temannya itu.
'Tidakkah ada jalan? Terlalu banyak air mata dan rasa sakit menggores. Sesulit inikah percaya kepada seseorang. Lalu sebenarnya dipihak siapakah kebenaran itu? Tuhan, tidakkah kau memberi sebuah petunjuk untuk jalan keluar. Pikiranku membencinya tapi hatiku menyayanginya dan terus berteriak bahwa semua itu tidak benar. Lalu, mana yang harus aku ikuti?'
To Be Continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TIME: When I Love You ☑
Fanfiction"SENA!!!!!!!!!!!" Teriakan Eunkwang juga kecepatan lari Minhyuk tak mampu mengejar gadis berkerudung itu. Sangat jelas kedua bola mata mereka melihat tubuh Sena terpelanting dan berguling diatas bumper mobil hitam itu. Tepat saat tubuh kecilnya jatu...