#22

6.5K 276 0
                                    

"gimana ra? Kapan ke rumahmu sama ustadz Imran?" tanya mbak Dina yang sedang mengutak-atik laptopnya mengerjakan tugas

Namun.. Aku hanya terdiam lesuh dengan wajah bingung...

"ra, kenapa kusut gitu mukanya?" tambah mbak Dina

"ndak tau lah mbak" jawabku dengan kepala tertunduk
"ra, coba cerita, ada apa sebenarnya?" ucap mbak Dina dengan raut wajah yang berubah sedikit serius

Tak terasa air mataku mengalir tanpa izin..

"ra, kenapa kamu menangis? Cerita sama mbak ra?" tanya mbak Dina

"mbak.. Aku tadi niatnya ingin bilang ke ustadz Imran, tapi aku cari dia ndak ketemu, sudah seminggu sejak dia mengutarakan hatinya kita belum bertemu mbak, hiks.. Hiks.. Ustadz Anand juga seperti menyimpan rahasia tentang ustadz Imran, hiks.. Hiks.. Mira bingung mbak..." tuturku dengan isakan tangis

"ya allah ra, kenapa jadi seperti itu.." ucap mbak Dina sambil merangkul tubuhku ke dalam pelukannya

"Mira juga ndak tau mbak, apa sebenarnya yang terjadi.." jawabku

"Menangislah sayang, biar kamu lega, tapi kamu harus berpikiran positif dulu, bisa jadi ustadz Imran sedang sibuk kan?" ucap mbak Dina
"mbak, tapi udah aku cari, udah aku tanyain ke ustadz Anand tapi tak ada jawaban" jelasku

"ra, lelaki yang sudah berani mengutarakan isi hatinya seperti itu, itu tanda kalau dia tidak main-main dengan perasaanmu" lanjut mbak Dina menasihatiku

"tapi mbak, dia tidak menemuiku, akupun belum memberi jawaban, lantas dia menghilang begitu saja..hiks.. Hiks.." tambahku lagi dengan sesenggukan

"sayang, dengerin kata mbak.. Kamu kan baru mencari sekali bukan? Bisa saja besok kamu akan bertemu dengannya" ucap mbak Dina
"tapi mbak, saat aku bertanya, kan bisa ustadz Anand menjawab keberadaan ustadz Imran, tapi ini apa? Dia seperti menyimpan rahasia dan tidak mau menjawab" tuturku

"ra, ayolah berpikir positif, mungkin saja ustadz Anand sedang terburu-buru saat itu, kamu cukup bersabar dan besok coba kamu cari lagi, kalau sudah bertemu utarakan jawabanmu padanya ra" jelas mbak Dina padaku sembari mengusap air mata yang sedari tadi membanjiri pipiku

"Baiklah mbak.. Aku coba lagi besok.." jawabku sambil menyapu air mata

"nah gitu dong baru adik mbak.. Cup.. Cup.. Cup.."  ucap mbak Dina

Malam pun tiba, aku masih saja memikirkan dimanakah keberadaan ustadz Imran... Nomor teleponnya aku punya, tapi? Apa mungkin aku menghubunginya? Tidak, aku takkan menghubunginya..

***
Di kampus...

Mega merah telah berganti sedikit jingga terang, merangkak ke atas dengan santai, hangat namun tak panas..
Di sebuah bangku tua namun masih cantik di taman kampus, ya disana aku duduk dan melantunkan ayat-ayat quran..

Sama seperti kemarin ku dapati ustadz Anand yang tengah berbincang dengan laptopnya, ku kira dia sedang mengerjakan tugasnya...

Aku melangkah perlahan ke arah tempatnya duduk, aku ingin bertanya keberadaan ustadz Imran, dan alasannya tiba-tiba menghilang...

"Assalamualaikum ustadz.." ucap salamku padanya

"Waalaikumsalam" jawab ustadz Anand sembari menoleh ke arahku dan lagi-lagi dia pergi begitu saja dengan setumpuk rahasianya...

Dengan rasa cemberut berbalut kesal, aku berbicara dengan hatiku sendiri..

"ya rab, kenapa ustadz Anand selalu saja lari dari pertanyaanku, bahkan sebelum aku bertanya... Ya rab, jikalau memang ustadz Imran membatalkannya, lantas mengapa tidak langsung bicara padaku? Hiks... Hiks.. Hiks.." gerutuku dengan butiran bening dari kedua kelopak mataku mengalir

"Assalamualaikum Ukhti.." ucap salam orang dari arah belakangku yang ternyata adalah Anita
"wwaa.. Waalaikumsalam.. Hiks.. Hiks.." jawab salamku dengan terbata-bata
"loh, Mir kamu nangis? Kenapa?" tanya Anita yang mulai khawatir dengan keadaanku

"ndak kok nit, aku ndak apa-apa" sahutku

"Mir, udah kamu jangan bohong" lanjut Anita

"aku kesel nit sama ustadz Anand, dari kemarin nyari ustadz Imran buat ngasih jawaban tapi ndak ada, dan pas aku tanya ke ustadz Anand, dia lari kaya nyembunyiin sesuatu gitu, aku sebel nit" gerutuku dengan raut wajah kesal

"ahahahah... Si Ameera bisa kesel juga ternyata, udah sih bawa santai aja" tambah Anita yang membuatku semakin kesal

"Anitaa,, jangan bikin aku tambah kesel deh, gimana bisa santai, aku belum memberi jawaban tapi dia udah pergi seenaknya sendiri" ucapku dan tak terasa bibirku ini manyun karena kesal

"eh.. Ehh... Iya iya maaf, gitu aja ngambek" jawab Anita sambil menoel daguku dengan jari telunjuknya

"Anitaaaa...!!! Mira kesel sama Anita juga" sahutku
"Mira sayang, Anita minta maaf yaa, udah jangan ngambek lagi, biar Allah yang ngatur" tambah Anita menenangkanku ke dalam rangkulannya

"yaudah Mira maafin tapi ada syaratnya" Ucapku
"hmmm.. Kayak anak kecil deh" jawab Anita
"aku mau ditraktir bebek goreng di kantin kayak biasanya" tuturku

"hmmm... Oke, yuk" ajak Anita

Kami berdua pun berjalan menuju kantin untuk sekadar sarapan yang tentunya kali ini ditraktir sahabat baikku disini, ku lupakan sejenak pikiranku tentang lelaki yang pernah mencuri hatiku itu....






>>>Bersambung<<<

Assalamualaikum readers akuuhhh yang ku sayangi.. Eh.. Ciye..

Maaf ya lama update nya, gimana nih sahabat Ameera dan Imran, kira-kira Imran kemana yaaa???

Kuy tebaklah dikolom komentar, jangan lupa vote nya yaa, jangan sungkan untuk meninggalkan kritik dan sarannya yang membangun tentunya... 😉😉

Terimakasih...
Wassalamualaikum... 😅😅🤗🤗🤗

Jannah Ku Bersamamu Ustadz (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang