16. DI RUMAH MARKO

60 9 1
                                    

▪■■☆ Apa tidak ada cara lain untuk menjebakku?☆■■▪
_______________________________________________________________

***
Hampir setiap petang melawan gerimis berkeliling kota Daeng. Dengan mengikuti ajakan Marko, Putri sedikit lebih baik daripada terus-terusan terikat dengan Reno. Bahkan ia sering mengabaikan telepon dari pacar pelautnya itu.

Mereka terus berkeliling, mampir di rumah makan kesukaan mereka dan bercanda di halte bus ketika hujan datang. Tak sadar merrka sudah menghabiskan waktu hingga larut malam.

"Kak, ini sudah tengah malam." Jam tangan Putri menunjuk jam 12 malam.

"Iya," jawab Marko santai.

"Kostku sudah dikunci kalau jam segini," lirih Putri.

Tidak ada ampun untuk penghuni yang terlambat pulang. Yang bertamu juga tidak bisa keluar lagi sampai jam 6 pagi.

"Jadi bagaimana? Apa kita tidur disini saja?" Marko terkekeh dan Putri menganggap itu sebagai bercanda.

"Antar saja aku ke cafe Orto. Aku nginap di sana saja."
'Kesempatan bercerita dengan Miranda juga.'

"Lalu aku?"

Bagaimana Putribisa meninggalkan Marko sendirian.

"Kamu tidak punya teman sekitar sini?" Tanya Putri.

"Ada, tapi tidak mungkin mengganggunya tengah malam begini."

"Jadi bagaimana?" Putri bertanya bingung.

"Kita ke penginapan saja bagaimana?" Marko memberi usul yang salah.

Putri tidak menyangka jika Marko akan mengeluarkan ajakan yang tak pantas itu. Tapi Putri mengingat keseharaian dia yang dewasa dan sangat setia pada istrinya, maka Putri jadi takut menuduhnya sembarangan. Ia melawan firasat tidak masuk akal yang berusaha masuk ke akal.

"Hah? Ke-ke penginapan?" Putri terbata.

"Jangan salah paham dulu. Aku tidak mungkin jahat sama kamu." Marko berusaha meyakinkan Putri.

Tapi Putri pernah semalaman dengan teman cowok di penginapan tapi tidak berbuat mesum. Tentu saja tidak, karena mereka ada bertiga dengan Susanti. Waktu itu mereka juga terjebak hujan dan macet saat pulang dari Pantai Losari.

"Tapi tidak ke penginapan juga kali." Ucap Putri.

"Kalau begitu kita ke rumahku saja!" Marko memberi ide yang lumayan lebih baik.

Putri berpikir mungkin rumahnya dekat atau mungkinn hanya ditempuh 25 menit saja. Ia sangat yakin, tidak mungkin hanya ada satu kamar saja di rumah pak Marko itu. Dan mungkin dia punya adik perempuan atau keluarga lainnya di sana. Tidak mungkin istrinya cemburu, karena dia jauh lebih cantik dan dia modis seperti model. Putri pernah melihatnya di folder galeri foto milik Marko dalam laptop miliknya.

"Tapi... istrimu nanti bilang apa?" Tanya Putri sedikit ragu.

"Dia tidak ada di rumah. Malam ini dia kerja sampai jam 8 pagi."

Putri tidak bertanya lebih jauh lagi karena ia lebih memikirkan Marko jangan sampai terlantar.

'Sejak kapan aku harus peduli?'

Perjalanan ke rumah Marko ternyata sangat jauh. Walaupun tengah malam bukan jam macet di Makassar tapi perjalanan mereka sudah memakan waktu hampir 1 jam dengan kecepatan 50-70 meter per jam.

"Kak, rumahnya masih jauh?" Putri mulai gelisah.

"Setengah perjalanan lagi," Marko menjawab singkat, "kamu kedinginan?"

Mencintai Hingga LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang