~Nana Dahlia~
Namaku Nana Dahlia, aku dulunya di panggil dengan nama Nana. Awal aku bertemu dengannya, sudah membuatku bikin kesal dan jengkel. Tahun 1988 aku duduk di bangku kelas Aliyah di pondok pesantren Alurwatul Wutsqaa Benteng Sidrap . Dulu aku adalah Santriwati yang agak tomboy gitu. Waktu itu aku pulang dari pesantren dengan naik angkot. Tapi sebelum sampai di rumah, aku singga di desa yang namanya Kaboe (tempat tinggal sahabatku dulu di pesantren). Nah waktu itu, aku tidak sengaja melihat seorang pemuda yang terlihat seumuran denganku sedang menangkap ular yang sangat besar di peramaian orang. Karena penasaran, aku menarik sahabatku ke sana waktu itu "Eh Vida, ke sana dulu yuk ?" Ajakku ke tempat pemuda itu. "Duh Nana tunggu sebentar. Aku mau narok barang dulu" jawabnya menolak. "Ayolah, barangmu itu masih bisa di tarok nanti kok" kataku sambil menarik Vida pergi. Nah sampaiku di sana, tak seperti yang ku bayangkan. Pemuda itu malah menangkap ular itu dengan gaya yang amat sombong. Dia hanya ingin di perhatikan dan cuma cari sensasi di hadapan perempuan-perempuan yang ada di keramaian itu. Setelah menangkap Ular itu, dia memasukkannya ke dalam karung dan menyuruh saudaranya untuk mengamankan ular itu. "Nah, sekarang kalian tenang. Aku sudah menangkap ular itu, dan akan di amankan oleh saudaraku sendiri" katanya dengan nada yang sombong. Tak sengaja, waktu itu aku kecoplosan dan berkata padanya "Heh, Pemuda itu hanya ingin mencari Sensasi saja biar di lihat sama cewe-cewe kampung" kataku kecoplosan. Lalu spontan Vida menutup mulutku dan berkata "tsss.... jangan bilang keras-keras Nana" kata Vida sambil menutup mulutku. Lalu pemuda itu membalik badannya dan menatap padaku. "Hahaaa.... coba kita lihat di sini ada anak Pesantren. Dia bilang bahwa aku ini cari Sensasi. Lah, terus kenapa ?. Toh itu bisa menyelamatkan orang. Daripada kamu di posisiku kamu mau ngapain ?. Ceramahi ular itu biar nggak ganggu warga ?. Haahh... dasar Santri Ngaur" katanya sambil mengejekku. Waktu itu aku sangat malu dan aku di tertawai oleh seluruh warga yang ada di sana. Aku menarik Vida dan pergi dari tempat itu segera. Dan aku berharap, agar bisa membalas perbuatan Pria itu suatu saat nanti.
~Rangga Prakoso~
Namaku Rangga Prakoso. Aku biasa di panggil Rangga di kampung. Pertemuanku pertama kali dengannya, sudah di jelaskan di atas. Tapi waktu itu, aku belum terlalu kesal melihat tingkah laku wanita itu, Sampai saat pertemuan kami yang ke dua. Di tahun yang sama, waktu itu aku sedang beristirahat setelah kerja di sawah. Namun, pelatihan bela diri Wali Suci sudah mau di mulai. Ibuku sedang memperingatiku untuk pergi tapi aku berkata tunggu karena aku sangat lelah. Dia memperingatiku sampai 2x, tapi aku tetap tidak bisa. Karena waktu itu entah kenapa rasanya malas sekali untuk bangkit berdiri. Sampai peringatan ke 3x nya, dia mulai memarahiku Jadi aku bergegas bergerak. Sementara bergegas, aku mencari rencana agar bisa bebas dan tidak perlu ke pelatihan hari ini. Jadi, aku mengambil rencana dengan pura-pura kesurupan. Ibuku jadi panik dan memanggil warga untuk menenangkanku. Walau di luar dugaan, aku tetap melanjutkan berpura-pura kesurupan. Sampai di waktu yang benar-benar tidak ku sangka, wanita itu datang lagi. Aku melihatnya dulu dan melanjutkan pura-pura kesurupan lagi. Namun di antara semua orang, hanya dia yang berkata "kenapa kalian membantunya ?. Dia kan cuma pura-pura Kesurupan ?" Kata wanita itu. Semua orang terkejut termasuk diriku sendiri. Salah satu warga berkata padaku "lho kok kamu juga terkejut ?" Kata salah satu warga. Dan perkataan itu membuat seluruh warga kembali menatapku termasuk ibu. Jadi aku kembali berpura-pura Kesurupan lagi. Namun, Sudah di ketahui oleh semua warga. Mereka mempermalukanku dan sebagian menertawakanku lalu pergi keluar ke rumah. Saat itu, aku kena marah oleh ibu dan sekampungku Vida dan cewe Santri Ngaur itu malah menertawakanku. Aku kesal sama si Santri ngaur itu. Aku menuju ke arahnya dan berkata padanya "Maksudmu apa tadi mempermalukanku hah ?. Dasar Santri Ngaur" Kataku sambil marah. "Eh si penangkap ular narsis, ini balasanku untuk beberapa hari yang lalu kamu juga mempermalukanku. Bagaimana ? Enak kan ?" Kata Santri ngaur itu. "Enak jidatmu. Aku menangkap ular seperti itu karena itu sudah jadi pekerjaanku" kataku dengan nada yang tinggi. "Kamu anggap itu pekerjaan ?. Mau makan pake apa kamu dengan keluargamu kelak dengan pekerjaan itu. Makan daging Ular ?. Itu haram lho" balas Si santri ngaur itu sambil tertawa. Dengan perasaan yang benar-benar marah, aku berkata padanya "liat saja nanti. Saat aku berkeluarga, aku akan mempunyai istri yang cantik tidak seperti dirimu yang bicaranya ngaur terus padahal santri" kataku dengan Perasaan yang marah. "Heh. kamu kira kau saja ?. Aku juga tidak berharap di imami dan mempunyai Suami Penangkap Ular Narsis sepertimu" Balasnya dengan perasaan marah. "Ok lah kalau begitu" kataku sambil memalingkan badan. "Ok" teriak Santri ngaur itu sambil meninggalkan tempatku berdiri.
*****
Setelah itu, kami berdua hampir tidak pernah ketemu lagi. Bahkan kami berharap agar tidak ketemu. Namun apalah daya, Benang yang sudah Rapuh malah terikat kepada kami berdua dan di pertemukan lagi di tahun 1990 di Kampus perkuliahan yang sama di IAIN Alauddin Makassar, di Fakultas yang sama di Ushuluddin, dan di jurusan yang sama di jurusan Filsafat. Dan mulai saat itulah, Benang-benang yang Rapuh tidak pernah di putuskan lagi oleh Takdir.
Fan Art by : Jaka
Whatsapp : 085256692419
KAMU SEDANG MEMBACA
Benang-Benang Rapuh
Teen FictionJarak yang Dekat, namun terasa Jauh. Terlihat Kokoh, Namun serapuh Daun Kering. Terlihat Tebal bagaikan tali, Namun hanya setipis Benang. dan inilah kisah hidup kami dari awal hingga sekarang, Bagaikan Benang-Benang yang Rapuh ...