Jiho membuka pintu kamar yang sedikit terbuka itu, mencoba menelusupkan kedua matanya ke dalam sana. Namun, sama sekali tak menemukan seseorang yang menjadi tujuannya bangun sepagi buta ini.
"Kim Jiho,"
Jiho hampir menampar wajah itu kalau saja dia nggak mengendalikan dirinya. Tapi, untungnya dia cepat sadar kalau yang ada di hadapannya ini bukan manusia biasa.
Bisa dimurka Tuhan kalau sampai Jiho kelepasan sama cowok yang satu ini.
"Ayo, aku antar kamu ke kantor," katanya, membuat Jiho terbelalak tak percaya, terutama setelah melihat setelan pakaian Jaehyun yang agak berbeda hari ini.
Kaos Hitam berlengan pendek dan jeans yang keren itu tampak cocok di kaki jenjangnya.
Sangat casual dan pastinya tak ada sisi yang terlihat wow kecuali semua kehebatan dan ketampanan sudah terdefinisikan oleh wajahnya. Ya, dengan itulah Jung Jaehyun adalah paket komplit buat siapa saja.
"Kim Jiho?"
Lagi-lagi, Jiho berusaha setenang mungkin di hadapan Jaehyun. Walaupun cukup sulit melakukannya karena detak jantung Jiho selalu berdetak lebih cepat saat bersama malaikat—manusia ini.
"Sini, deh," perempuan itu berjalan mendahului Jaehyun, membiarkan cowok itu mengekorinya di belakang.
Hingga tiba keduanya pada kamar yang ia 'sewakan' pada Jung Jaehyun itu. Mereka berhenti secara serentak. Seolah-olah dua orang yang melakukan paskibra.
"Kenapa?" Tanya Jaehyun, tak paham.
"Kamu bisa di tangkap polisi kalau begini caranya," Jiho sedikit keheranan karena Jaehyun sama sekali tak mengetahui soal berkendaraan di luar sana.
"Polisi itu apa?"
"Kamu nggak punya SIM. Jadi belum bisa memakai kendaraan. Maksudku, belum berhak memakainya."
"SIM itu apa? Lalu kamu belum menjawab yang sebelumnya, apa tadi? Polisi? Siapa mereka?"
Tuhan, dimanakah tingkah Jung Jaehyun yang menggambarkan rupanya yang begitu indah?
"K-kalau begitu... kenapa kita tidak jalan kaki saja?" Tanya Jung Jaehyun, dan merupakan ide cemerlang untuk jalanan yang sedikit macet pagi ini.
Itu kebiasaan di hari Kamis.
🍑🍑🍑
"Jaehyun!" Sudah 10 kali rasanya Jiho berteriak untuk mencegat langkah Jaehyun yang sangat tergesa-gesa masuk ke dalam lift.
Kan, nggak lucu kalau orang ganteng macam dia kesandung dan jatuh di hadapan orang-orang. Khususnya kaum wanita.
"Kim Jihooo! Cepaatt!" Rupanya laki-laki itu sudah berada di dalam lift lebih dulu, maka ia tak tanggung-tanggung menarik tangan Jiho masuk ke dalamnya.
"Hati-hati, Jaehyuunn!" Pekik Jiho sambil meremas dressnya, kesal.
🍑🍑🍑
"Hmmm..." Jaehyun menarik udara segar menelusup ke dalam dadanya, menimbulkan perasaan tenang dan segar.
Dia menatap Jiho, 'teman' seatapnya itu sama sekali tak sudi untuk bicara dengannya. Hanya karena Jaehyun menarik tangannya dengan kasar saat masuk ke dalam lift tadi.
Apalagi, tidak sedikit orang yang berada di dalam lift itu. Jiho sama sekali membenci keramaian!
Jika saja kekuatannya lebih besar daripada cowok itu, Jiho rela terlambat demi menghindari keramaian lift. Dia nggak bakal melupakan kejadian dimana nafasnya terasa sesak saat berdesak-desakan di sebuah lift kantornya.
Itu benar-benar mengerikan daripada saat orang ganteng masuk ke dalam kamar tanpa sepengetahuan pemiliknya.
"Kalau kamu tidak cepat-cepat masuk ke dalam lift tadi, mungkin kamu bakal terlambat. Kamu ini pekerja, Kim Jiho. Harus melakukan semuanya tepat waktu, bahkan harus bersiap dengan baik sebelum waktunya,"
Mulut Jaehyun yang sudah terlatih untuk mengomeli itu tampaknya tidak membuat Jiho goyah, walaupun dengan kata-kata yang lebih hebat dan menusuk untuk Jiho. Jiho tak mau ambil pusing.
"Di mana mobilmu?" Jaehyun menatap sekeliling halaman gedung itu yang hanya di isi dengan sepeda yang berjejer.
"Aku nggak punya mobil! Kalau punya pun sudah aku letakkan di garasi, Jung Jaehyun!" Kata Jiho sedikit berteriak, setidaknya melampiaskan rasa kesalnya.
"Motor?"
"Polusi,"
"Sepeda?"
"Ck! Gimana, sih? Lagian katanya tadi kamu mau jalan—"
"Dimana sepedamu?"
"Malah telat kalau begini,"
"Dimana sepedamu, Jiho? Aku jamin kita akan sampai di kantormu tepat waktu. Dan aku berjanji,"
"Kalau kamu melanggarnya?"
"Kamu boleh cium aku,"
"Anjing,"
"Nggak. Kalau terlambat juga nggak papa,"
"Hah? Y-ya sudah. Jadi, sepedamu dimana?"
"Itu, yang paling pojok di kiri,"
Hingga sebuah sepeda berwarna Hijau yang nampak berkarat, Jung Jaehyun mulai menyunggingkan senyumnya yang akan memeltedkan setiap hati.
"Oke... ayo naik," serunya bersemangat, sebelumnya telah menaiki sepeda yang dua kali lebih kecil dibanding tubuh bongsornya.
Namun, lima detik telah berlalu setelah Jiho menjatuhkan pantatnya pada bagian belakang sepeda yang namanya bukan ban. Apa itu? Author lupa.
"Ayo naik, Kim Jiho!"
"Aku sudah naik, Jung Jaehyun!"
"Belum?"
"Lihat sini!"
"Nanti leherku sakit. Lagipula kenapa, sih? Hanya memeluk pinggangku saja serumit itu?"
-----o0o-----
Tbc
©takoyaki_yn

YOU ARE READING
200th Prince {REVISI}
FanfictionHanya sementara. Kami tidak menetap selamanya. Kami di ciptakan untuk menyempurnakan, sementara kamu adalah kendali yang sesungguhnya. • • • • ©takoyaki_yn 2019