"Nahan diri supaya nggak nangis itu sama aja sesaknya kaya lagi nahan boker!"
"Kemana tuh cewek?" Sambil celingak-celinguk langkah Eza semakin cepat. Ia mencari Raina yang sempat dilihatnya sekilas. Seperti nya gadis itu sedang ada masalah.
Dugaan nya benar.
Langkahnya tiba-tiba terhenti karena mendengar seseorang menangis, lagi-lagi di ruang olahraga. Sekarang Ia ingat beberapa hari yang lalu ketika memergoki seseorang yang sedang menangis.
Akhirnya ketemu juga ia bernafas lega.
Dengan langkah perlahan, ia berjalan mendekati pintu ruangan tersebut. Sambil memegang knop pintu yang sedikit terbuka, Eza mengintip kedalam. Apakah benar itu manusia?
"Pantes aja ruangan ini sering dibilang angker banyak setannya. Ternyata ini yang disebut setan!" sindir Eza berdiri diambang pintu.
Ruangan ini memang sepi, gunanya untuk menyimpan peralatan olahraga. Tak heran jika banyak siswa yang sering mendengar orang menangis. Eza juga pernah menjadi korbannya.
Raina mengusap air matanya dan membalikkan badan menatap orang yang sudah mengganggunya.
"Ngapain Lo kesini!?" ucapnya parau dengan wajah sedikit merah antara menahan malu dan marah.
Eza mengamati mata Raina yang sedikit sembab akibat ulahnya menangis. Jika Eza tidak datang, mungkin gadis itu akan menangis sampai jam istirahat selesai.
"Liat atraksi." jawaban Eza yang sangat luar biasa, membuat Raina mulai malas meladeni.
"Minggir!" Raina menerobos tubuh yang menghalangi sebagian pintu. Namun benar-benar dihalangi oleh Eza.
"Gak! Sekarang Lo ikut gue." perintahnya sambil menatap tajam manik mata Raina.
Belum sempat Raina menolak, Eza sudah lebih dulu menarik tangan Raina dengan paksa.
"Gue nggak mau ikut! Lepasin!" Raina meronta seraya memukul tangan Eza. Apalah daya Raina? Tenaganya tidak sebanding melawan Eza.
"Atau gue gigit!!" Jeritnya mengancam Eza yang tak kunjung melepaskan tangannya.
Eza tidak takut dengan ancaman gadis itu, dan tetap menarik tangannya.
"Za, gue mohon lepasin. Kita mau kemana? Kalo ada yang tahu bisa jadi masalah buat Lo," Raina mulai merendahkan intonasi suaranya.
Eza berhenti. Kemudian ia berbalik dengan posisi menghadap Raina.
"Dengerin gue baik-baik. Gue sama sekali gak takut, gua bukan pembuat masalah tapi gue suka mencari masalah. Paham? Jadi sekarang diem, kita bisa lewat belakang." setelah itu Eza kembali menarik lengan Raina.
Sekali lagi Raina diam mengikuti perintah laki-laki itu.
Mereka melewati tangga belakang sekolah, tangga ini biasa digunakan untuk perbaikan atap dan sebagainya.
"Biar gue bantu," Raina meraih tangan Eza. Mereka pun sampai di atas rooftop sekolah, tempat yang diidam-idamkan para pembaca wattpad.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFAIR
Teen Fiction(On Going) Karena disini, keadilan dipermainkan. Raina Adhyaksa adalah siswa SMA kelas 12. Ia hidup seorang diri. Ibunya meninggal saat ia dilahirkan. Jangan tanyakan ayahnya kemana? Ayahnya meninggal karena dituduh sebagai pembunuh pada tahun 201...