Terkadang.. sebuah penyesalan tak harus disesali mendalam, hadapilah dengan berani dan senyuman…!!
Bel sekolah tanda berakhirnya pelajaran berbunyi, para siswa berhamburan keluar kelas dengan semangat menuju rumah masing-masing. Aku dan beberapa anak di kelasku hari ini kebagian piket di akhir pelajaran sekolah. Sekolah kami memberlakukan piket kelas saat kelas telah bubar alias saat siswa telah pulang sekolah. Hari itu seperti biasa aku kebagian piket bersama Nino, Putra, Rafi, Sendy dan Jessica. Entah apa yang selalu membuatku selalu bahagia saat giliran kelompok kami kebagian piket. Hanya sebuah kebetulan aku memuja seorang gadis imut, pendiam dan misterius atau memang ada sesuatu lain hal entah apa itu. Namun dia dengan kelakuannya membuatku selalu kagum untuk ukuran anak zaman sekarang ini. Jessica, teman sekolahku dari kami belum mengenal membaca sampai menghapal rumus-rumus fisika dan kimia yang selalu membuat kepalaku puyeng. Bagiku dia adalah gadis lugu, polos dan sedikit pendiam. “Jes, tolongin dong angkat kursi ke meja, masa’ sih cuman kita-kita” aja celetuk Nino. Nino dikelas memang terkenal dengan omongannya yang ketus namun dibalik semua itu dia baik dan periang.“Loh kan kalo anak-anak cewek cuma nyapu aja kerjaanya.” Sendy mencoba membela Jessica. Dengan sedikit tersenyum pada Sendy, Jessica dengan wajah lugunya mencoba mengangkat kursi ke atas meja. Ya begitulah Jessica, gambaran lugu dan polosnya seorang gadis yang tanpa beban. Dengan wajah bangga Nino mempercepat mengangkat kursi-kursi lainnya. Aku pun tersenyum sendiri tanpa ada yang menyadari, sedangkan Putra terkenal dengan sifat “aneh” pendiam seribu bahasanya. Dia lebih parah dari Jessica dalam sifat pendiam. Selesai semua tugas piket, kami berenam berlalu pergi menuju rumah masing-masing. Kebetulan jalan rumah ku dan Jessica searah dan tidak begitu jauh dari sekolah, jadi pergi dan pulang sekolah kami selalu berjalan kaki. Sembari berjalan munuju rumah aku mencoba berbincang-bincang santai dengan Jessica. “Jes, kok kamu mau aja sih disuruh nino, Pake acara senyum-senyum lagi, jangan-jangan kamu suka ya sama Nino.“ Cetusku sambil mencoba mengerjai Jessica. Aku memang selalu ingin membuat Jessica terlihat kesal dengan kata-kataku. Namun itulah Jessica dia selalu tersenyum sebelum berbicara. “Apa-apan sih kamu Nat.” dengan sedikit tersenyum dia berlalu begitu saja. Wajah polosnya selalu menggangu ku untuk bisa membalas dengan kata-kata lain. Namun bukan Nathan namanya kalo tidak bisa mengerjai Jessica. “Eh kalo kamu gak ngenjawab ntar aku bilangin ama Nino dan temen-temen lainya ya..” Celetukku lagi. Dia dengan sedikit terkekeh sambil tangannya menutupi mulut,“Hihiii.. kamu ini Nat gosip aja yaa.. kerjaannya.” Singkat, tidak padat dan tidak berisi menurutku jawabannya. Dan hari itu pun berlalu setelah dia sampai didepan rumahnya dan mengucapkan “Aku duluan ya.. Nathan”
Hari berlalu begitu cepat, dan tiba akhirnya kami harus meninggalkan sekolah tercinta kami dan pergi melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi lagi. Tidak ada yang berita “Wah” tentang teman-teman dan juga Jessica, saat hari hari berlalu sebelum kami beranjak pergi meninggalkan bangku sekolah menengah atas. Hanya beberapa gosip dari teman-teman kalau seorang teman dikelas kami suka dengan Jessica. Namun itu tidak terbukti dengan mereka pernah berduaan atau tertangkap basah sedang jalan bersama. Mungkin sifat Jessica yang sedikit tertutup dengan kehidupan pribadinya atau memang mereka tidak ada hubungan spesial sama sekali. Selama ini yang terdengar olehku hanyalah Jessica tidak pernah dekat dengan seseorang secara terbuka. Suatu hari seorang teman memberitahuku kalau Jessica sedang dekat dengan seseorang yang aku kenal dan dia adalah kakak kelas kami di SMA. Ada sedikit kesal dihati Kenapa harus orang itu yang digosipkan dengan Jessica, karena yang aku tahu dia itu terkenal dengan kehidupannya yang ugal-ugalan dan playboy, sangat bertolak belakang sekali dengan kehidupan Jessica. Namun berita itu berlalu cepat karena kami telah pindah dari tempat asal menuju tempat tinggal baru karena untuk melanjutkan pendidikan sekolah.
Selama melanjutkan pendidikan didaerah yang jauh dari daerah asal kami, satu-satunya alat untuk tetap terhubung dengan teman-teman lama dari SMA selain Hp adalah jejaringan sosial seperti Twitter. Tidak sedikit teman-teman sekelas ataupun satu sekolah kami yang mempunyai akun di twitter. Jadi kalau hanya mencari teman-teman sekelas sangat mudah jika mereka memiliki akun di twitter tentu sebagai syaratnya. Dan beberapa teman-teman memang sengaja menggunakanya supaya bisa saling tetap menjaga hubungan baik dengan yang lain. Sama seperti yang lain aku pun mempunyai akun di twitter dan memfollow akun Jessica juga Sendy. Pernah suatu ketika aku mention lewat twitter dengannya sekedar menanyakan kabar dan kuliahnya, namun seketika aku menanyakan apakah dia memiliki hubungan dengan salah satu kakak kelas kami. Dia hanya menjawab dengan tertawa “Hehehee.. kamu ini ada-ada aja.” Ciri khasnya tetap terjaga walaupun didunia maya. Hari berganti bulan dan tahun. Suatu ketika seorang teman tiba-tiba menelpon di siang hari saat aku hampir terlelap tuk tidur siang. “Nat.. hey sob tau gak sih si Jessica yang temen SMA kita dulu, sekarang dia kayaknya udah jadian sama kakak kelas yang dulu aku ceritain ke kamu.” Mataku terbelaak saat mendengar berita itu seakan rasa kantukku hilang seketika. “Yang bener kamu. Jangan nenggosip lagi.” Sahutku. “Bener Nat, kemaren aku liat Jessica boncengan dengan seseorang pas pulang dari pantai. Kayaknya sih Jessica gak tau kalau aku merhatiin dia, dia kan sekarang lagi mudik.” Hp seketika aku matikan. Perasaan apa ini.. mengapa hatiku bergetar hebat sepertinya aku hanya terdiam selama ini dan terbangun sesaat setelah seseorang menggoyangkan tubuhku dan kencang. Bukankah aku hanya seorang teman biasa yang mengagumi pribadinya tidak lebih.
Suatu hari saat aku sedang membuka twitter, kulihat di “timeline” ternyata ada Jessica yang sedang membuat sebuah tweet. Dengan sedikit memberanikan diri aku mementionya seakan tidak terjadi apapun. “Jes.. woii lagi apa ne, gimana kabarnya?? dah lama gak ada kabar.” cetusku memulai pembicaraan. Menunggu jawabannya membuat tanganku bergetar dituts keyboard.“Hai Nat.. baek-baek aja. kamu sendiri gimana?” Balasnya. “Sama nih kayak kemaren-kemaren gak ada kelebihan dan kekurangan hehehe..” celetukku singkat. Lama aku memikirkan untuk bertanya tentang berita itu. Kucoba untuk membuatnya seperti lelucon dan aku memberanikan bertanya. “Eehhhh.. kmren kamu ke gep jalan bareng sama seseorng yaa.. ke pantai neh hohoo..” celetukku melanjutkan mention. Sedikit agak lama Jessica membalas mention dariku. Mungkin dia sedang berfikir siapa yang telah memberitahuku. “Hehee.. gak kok, kamu gosip mulu Nat. Tau dari mana sih..??” sahutnya. “Ada deh.. cie cie yang sekarang udah ada gebetan, beneran juga gak pa pa kok..” sahutku lagi. Dia hanya membalas singkat dengan tertawa. Dan mention berakhir setelah listrik dikosku mati tiba-tiba.
Beberapa minggu kemudian setelah lama aku tidak membuka akun facebook karena tugas-tugas kuliah memaksaku tuk fokus sesaat dikuliah. Setelah selesai kuliah, aku menyempatkan untuk online sejenak. Betapa terkejutnya aku, seakan aku tidak bisa bernafas dan sesak didada saat melihat tulisan di bio twitter akun Jessica “Hanif’s” yang aku tahu Hanif adalah kakak kelas yang terkenal dengan ugal-ugalan dan playboy itu. Karena selama ini Jessica terkenal dengan kehidupan pribadinya yang tertutup dan tidak pernah terdengar sebuah hubungan spesial apa lagi di media sosial seperti ini. Jadi jika dia memang sudah berani membuat status seperti itu bisa dipastikan 1000% kebenarannya. Sungguh hari itu seperti tubuhku tersambar petir dan tidak bisa berdiri hingga sejenak aku tidak mampu berfikir seperti biasa.
Mungkinkan kekaguman akan pribadi seseorang bisa membuat sepeti ini. Ataukah hal itu telah berubah menjadi perasaan lain. Yang aku tahu kekaguman akan sosok pribadi itu biasa terjadi. Namun jika itu benar terjadi, semoga Hanif telah menjadi seseorang yang telah berubah dari anggapan teman-teman dan aku selama ini. Karena aku tidak mungkin bisa membuat hubungan mereka berubah karena kami hanya teman selama ini dan selamanya dan tidak lebih dari itu. Hingga pada akhirnya waktu yang mampu menjawab semua ini. Aku berusaha yakinkan diri agar hati ini tetap mengaguminya dan sebatas itu dan tidak berubah menjadi sebuah perasaan suka terlebih benci. Karena jika teman bahagia dengan kehidupannya, kita harus ikut bahagia dengan itu. Dan biarlah waktu menyimpan semua kenangan manis kami dan selalu begitu selamanya. Biarkan perasaan dan kekaguman ini tersimpan indah dalam hati karena memang tidak akan bisa menjadikan sebuah hubungan karena dari awal perasaan suka memang tidak pernah ada.