💕23💕

963 158 15
                                    

"Apa Caca pernah mengalami hal serupa sebelum ini?"

Adam dan Rani saling berpandangan, sementara Nilam melihat dengan tatapan bingung keduanya.

"Pernah dok, saat usia kehamilannya dua bulan," sahut Adam.

Riza, dokter keluarga Mahesa menatap prihatin ke arah Caca yang tergeletak tak berdaya di ranjangnya.

"Sebenarnya, hal ini sangat berbahaya bagi ibu dan juga janinnya, karena serangan panik yang tiba-tiba membuat oksigen yang berada di otak lumpuh dan bisa berakibat fatal, pasokan oksigen terhambat karena pasien mengalami sesak dan detak jantung yang awalnya cepat, melemah."

Rani tidak sanggup mendengar penjelasan Riza, ia tidak ingin membayangkan sesuatu yang terburuk menimpa putrinya.

Apalagi keadaan Caca sekarang yang tengah mengandung.

Nilam mengusap punggung Rani, ia juga merasakan sakit saat melihat Caca terbaring lemah.

"Mba, hubungi Khalil, suruh dia pantau keadaan Caca, kalau cairan infus yang kedua ini habis dan ia masih lemah, bawa ke klinik."

Rani mengangguk, ia segera merogoh tas mengambil benda pipih tersebut dan menghubungi putranya.

Riza menatap Adam dengan tajam.

"Menurut kasus yang pernah saya tangani, Keadaan seperti ini tidak jauh dengan konflik pikiran pasien, saya berharap, tidak untuk kasus Caca."

Adam terpaku saat ucapan Riza menusuk pendengarannya.

Ia melihat laki-laki matang yang usianya hampir sama dengannya berlalu.

Nilam menarik Adam keluar.

"Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa Caca bisa pingsan dua kali selama hamil, apa yang kamu lakukan Dam?"

Adam meringis dalam hati, ia melihat mata Nilam yang sembab.

"Adam nggak tau bu, Adam sama sekali nggak mau keadaan Caca seperti ini, bahkan kemarin, kami masih baik-baik saja."

Tidak sengaja mata Nilam menangkap sosok Firda yang duduk sendiri si sofa ruang tamu.

Wanita itu juga terlihat kacau.

Nilam menatap dalam, manik putranya.

"Kenapa Firda bisa sama kamu?"

Adam terkesiap, ia hampir lupa dengan keberadaan Firda.

"Itu ..."

Nilam tersenyum miris, ada apa dengan putranya? Apa ia belum bisa melupakan Firda? Bahkan di saat Caca, istrinya sedang mengandung?

"Jangan bilang kamu masih berhubungan dengan Firda, Astaghfirullah, pikiran kamu di mana Adam?"

Adam terkejut, saat kalimat ibunya meluncur dengan lancar.

Mengapa wanita selalu berpikir dengan melihat keadaan yang belum tentu benar.

Kemarin Caca, hari ini ibunya, besok siapa lagi?

Apa ibu mertuanya?

Adam mendesah dalam hati.

"Bukan seperti itu bu, Aku memang datang dengan Firda, tapi kami tidak satu mobil."

"Untuk apa kamu bawa dia ke sini?"

Adam memijat keningnya, ia seperti sedang di interogasi.

"Kebetulan Adam ada kerja sama dengan perusahaan tempat Firda bekerja ..."

"Apa hubungannya kamu bawa dia ke sini?" Nilam memotong cepat kalimat Adam, ia sedang tidak ingin berbelit.

Adam menghela nafas berat.

CINTA BERSELIMUT TASBIH  ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang