31. Tambah Lagi

5.1K 498 86
                                    

"Ical ndak cantik lagi."

Keenam orang dewasa sedang menahan tawa sedari tadi setelah menenangkan Crystal yang menangis karena tersandung. Sedang Sky tampak mengelus rambut Crystal yang menutup mukanya.

"Ical ndak cantik kayak Syahlani."

"Syahrini," koreksi Maulia dengan nada lembut.

"Iya, itu." Bibir Crystal mengerucut, menampilkan wajah merah. "Utut Ical uga atit. Mamma, obat utut Ical."

"Kan, ada dokter. Om Surya." Namira menunjuk seorang pria tampan yang tersenyum manis. "Bibirnya jangan begitu, Sayang," tegur Namira memegang mulut Crystal terus mengerucut.

"Crystal nggak mau diperiksa sama Om? Crystal nggak rindu sama Om?" tanya Surya ramah.

Ragu, Crystal malah membuang muka. "Ical ndak cuka Momo Uya! Momo Uya ja'at! Ndak ada ...." Crystal berusaha mengingat ajaran Namira tentang kata-kata yang baik. "... watu Kakak Cai atit." Anak itu terengah-engah, kesal sekali dalam mengingatnya. "Ical ndak cuka Momo Uya!"

Tangisan Crystal muncul kembali. Ingusnya meluber. Adik Sky itu pun menangis sekian menjadi-jadi.

Pria tampan itu langsung memeluk Crystal. "Anak cantik nggak boleh menangis. Nanti cantiknya hilang, dong."

Tak ada lagi tangisan meski air mata dan ingusnya masih tetap mengalir. "Ical ndak nanis, kok. Ical gini-gini aja. Hiks!"

Tentu Surya menahan geli melihat tingkah Crystal begitu lucu. Apalagi gaya rambut Crystal tak rapi, berbeda sekali sebelum sakit.

"Nah, kita periksa, ya."

Crystal mengangguk, tersenyum senang ada pria tampan keempat berada di sini. Anak itu kegirangan sambil berbicara. Surya semakin cemas saat saksama menatap Crystal tampak terlihat aneh.

"Sayang," panggil Surya. Crystal menoleh, senang. "Sedikit bicaranya, ya. Om takut kamu---"

"Ical bayik-bayik aja, kok." Crystal bersedekap, keras kepala. "Cembuhin inus Ical dong, Momo Uya. Ndak enak!"

"Berhenti teriak, Sayang."

"Kakak Cai!" Crystal mendekatkan diri pada Sky, memelotot tajam pada Surya. "Momo Uya ndak cuka, ya, cama Ical?! Kalo gitu, Ical uga ndak cuka!"

"Tolong---"

"Ada apa, Surya?" tanya Dodi penasaran. "Mengapa kamu tampak cemas? Katakan pada kami."

Surya membuang napas setelah tak mendapat respons dari Crystal masih mendekap Sky. Lebih memilih menatap Dodi, barulah Surya menghirup napas panjang.

"Begini, Do. Tenggorokan Crystal agak lain. Dia terlalu lama berbicara hingga enggak tahu sampai kapan berhenti. Dia mesti memerhatikan kondisinya itu. Ditambah Crystal menarik kembali ingusnya. Seakan aku mengenang teman Shinchan namanya Bo."

"Tapi, Bo baik hati dan enggak keras kepala. Crystal kan, keras kepala," bisik Dodi di telinga Surya agar tak terdengar anak manja satu itu.

"Sekarang Crayon Shinchan enggak ada lagi. Terkenang masa-masa dulu, ya." Surya bercerita tentang zaman penuh kartun bersama Dodi yang mengangguk antusias.

"Iya---auww!"

Semua menoleh mendengar teriakan Dodi. Crystal melepas dekapan Sky, hendak meluncur dari tempat tidur, tetapi dihalangi Sky. Crystal menunduk ketakutan ketika ditatap penuh intimidasi oleh kakaknya sendiri. Dia jadi ciut.

"Melanturnya jangan ke mana-mana, woy!" hardik Tayana. "Kita cemas akan kondisi Crystal, kalian main Shinchan-Shinchan?! Ini zaman milenial dan kamulah aktornya, Dodi!"

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang