Rana membuka matanya, berkedip berkali² untuk menyesuaikan cahaya dan kepala yg tiba² terasa sakit. Keningnya berkerut melihat sekeliling kamar.
Gue dimana?,batin nya.
Rana bangun,tapi terjatuh lagi karna sesuatu yg memeluk perutnya.
Kepala menunduk,menatap tangan yg sedang melingkar di perutnya. Jantungnya berdegup kencang dan begitu cepat,memikirkan sesuatu yg tidak pernah terpikirkan olehnya untuk melakukan hal itu.
Mulutnya kelu untuk berbicara saat melihat bajunya tergeletak di lantai samping tempat tidur.
Jantungnya semakin berdegup kencang, matanya sudah berkaca². Terisak meratapi nasib dan masa depannya. Apalagi saat mamanya tau, rasanya dia ingin bunuh diri saja.
"Argh"erangan seseorang yg sedang bersembunyi di dalam selimut, Rana semakin menangis mendengar erangan itu suara seperti suara pria. Pikirannya semakin kacau
Orang itu menyentuh paha Rana tapi kepalanya dia sembunyikan di dalam bantal.
"Rana,lo kenapa?"tanya orang itu dengan suara seraknya.
Tidak mendapat jawaban,orang itu terpaksa membuka matanya dan melihat Rana yg menangis menutup wajahnya.
"Rana? Lo kenapa nangis?"tanyanya khawatir hingga terduduk di depan Rana
Rana mendongak kepalanya saat mendengar suara itu begitu familiar di telinganya.
"Dinda"panggil Rana geram dan menghapus kasar pipinya yg sudah basah.
"Lo knp sih? Lutut lo sakit lagi?"tanya Dinda dengan sedikit malas.
"Lo ngapain buka baju gue?"
Dinda berbaring lagi dan memejamkan matanya.
"Dinda,jawab dulu pertanyaan gue"Rengek Rana menggoyang²kan tubuh Dinda.
"Baju lo basah,Gue gak mau lo masuk angin. gue buka baju aja baju lo. Gue tutupin pake selimut"jawab Dinda malas
"Baju lo juga basah kenapa lo gak buka?"
"Malas"
"Nanti lo sakit"
"Ada lo yg ngerawat. Lo kenapa bangun sih? Lutut lo sakit lagi?"
"Ngak,gue haus. Gue mau ambil minum dulu"Rana sudah berdiri dan akan melangkahkan kakinya,tapi terjungkal lagi ke atas kasur karna cekalan Dinda di tangannya.
"Lo tunggu aja disini. Kaki lo belum sembuh"
"Gue ambil sendiri aja,lo mending tidur deh"
Dinda tidak menghiraukan ucapan Rana. Malah berjalan malas dan sempoyongan sampai menabrak pintu kamar. Membuat Rana meringis melihatnya sekaligus terharu. Dinda itu paling malas jika sudah berbaring dan tidur di atas kasur. Dia lebih sering menyuruh dari pada disuruh. Tapi skrng,demi Rana dia rela bangun dan mengambil Rana air minum. Rana terus menatap pintu kamar, menunggu kedatangan Dinda. Rana bisa saja mengikuti Dinda,tapi itu hanya sebuah pilihan yg buruk yg pada akhirnya membuat Dinda marah karna tidak menuruti keinginanya.
Dinda kembali dengan sebuah botol yg berisikan air mineral yg dia ambil dari dapur.
"Nih"Dinda menyerahkan botol itu kemudian kembali tertidur lagi dengan keadaan tengkurap.
Rana hanya menggelengkan kepalanya.
"Makasih Din. Tapi lo bisa gak tidurnya bagusan dikit? Gue gak bisa tidur ini"keluh Rana
"Hmm"Dinda berbaring di atas kasur.
Rana berbaring di samping Dinda dan langsung mendapatkan pelukan dari Dinda. Rana balas memeluk Dinda dan mengusap kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend? Don't Leave Me(Completed)
RandomKisah Persahabatan Rana Dan Dinda, Yang Penuh Tantangan. Kisah Dinda dengan cinta pertamanya dan juga sahabat yg menjadi prioritas di atas segalanya bahkan di atas orang tuanya. Kisah Rana yg selalu membuat Dinda Terluka Orangtua Dinda yg berpisah...