Senior Junior (1)

169 22 7
                                    


"Pagi.." Peluknya dengan suara parau. Mata ku mengerjap. Menatap sosok manja yang sedang bergelut di lekuk leherku. Kebiasaannya di setiap pagi.

Aku mengecup pucuk kepalanya pelan.

"Pagi." Balasku yang juga parau.

Ia menggeliat kecil.

"Bangun yuk, hari ini hari penting kamu." Ucap ku sambil membalikan badan. Sekarang menghadap dia yang masih memilih menutup matanya.

"ngantuk" jawabnya singkat. Seulas senyum tidak bisa ku tahan. Ada bahagia kecil jika melihat tingkah gemas gadis ini. Apalagi ini masih pagi, suatu awal yang sempurna untuk memulai hari.

"jadi mau tidur terus?" Ucapku sambil mengelus rambutnya. Menatapnya masih menjadi kegemaran ku. Tiap senti wajahnya yang sedari dulu memaksaku untuk hanya menaruh tatap untuknya. Tidak bisa kemana-mana. Terkunci dalam indah yang tidak pernah terpikir, aku pemiliknya.

Tak ada jawaban.

Mungkin tertidur lagi atau pura-pura.

Ku putuskan untuk beranjak dari kasur. Berbenah diri kemudian berencana membuat sarapan. Supaya saat Tuan putri bangun, semua siap pada tempatnya.

Tapi sepertinya gadis ini tidak mengizinkan.

Karena dengan cepat ia menahan tangan ku. Walau masih menutup matanya.

"Tidur lagi." Katanya.

"Nanti kamu telat"

"Tidur Lagi!" Rengeknya dalam suara lemas.

"Tidur aja atau di tidurin?" Godaku.

"Tidurin.." Balasnya tak mau kalah. Aku tertawa mendapati respon gadis di depanku. Jangan memancing macan yang belum 'sarapan'.

Aku menaiki badannya. Sekarang tubuhnya tepat berada di bawahku. Dan ia hanya tertawa mendapati posisi siap menyerang dari ku.

"Serius?" Tawanya

"Laper dedek~" Jawab ku manja sambil menyentuh pinggangnya. Dia kegelian. Mencoba mendorong ku. Tapi tidak semudah itu hey tayo~

"Makan kalau laper ih!" Katanya sambil tersenyum.

"Bener nih yah?" ucapku dengan tatapan menggoda. Dia tertawa melihat tingkah ku. Kemudian menarik ku dalam peluknya.

"Ini kode boleh dimakan?" Godaku

"Masih pagi jangan engas sayang"

"Lah, tadi mancing." Aku melepas pelukan. Kemudian mendekatkan diri ke pemilik wajah. Menopang berat badanku di tangan . Membiarkan rambutku jatuh menyapa wajahnya.

Ia menatap ku lekat. Tak menghilangkan senyum di wajahnya.

Dengan perlahan ia menyingkapkan rambut di telinga ku. Membuatnya lebih jelas melihat sosok di depannya. Aku. Kekasihnya.

"Aku ingat waktu pertama ketemu kamu di kampus. Songong amat." Ucapnya tiba-tiba.

Aku mengerutkan dahi. Kemudian menjatuhkan tubuhku di sampingnya lagi.

"yah namanya Kating, harus gitu" ucapku sambil tertawa

"Emang sih, waktu awal masuk, kakak tingkat sombong-sombong semua. Sok kecantikan. Tapi kamu beda."

"udah cantik dari lahir, ngapain sok kecantikan?" balasku bercanda.

"Kan songong." Tawanya.

"Tapi beneran deh. Cuma kamu yang beda. Auranya beda. Aura songongnya itu keluar banget. Banyak teman-teman aku yang sempat gak suka sama kamu, sampe kita semua syok waktu kamu ternyata ngulang di kelas kami. Mungkin aku yang paling kuat ngetawain kamu waktu itu." Tawanya.

Girls At The Rainbow City (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang