Bagian 6

10K 1.2K 109
                                    


Zee meringis saat jahitan terakhir selesai, sang dokter tersenyum sambil meletakan guntingnya.

"Bagaimana bisa, tangan secantik itu terkena kaca? Lain kali hati- hati." Kata Dokter ke Zee. Zee tersenyum ala kadarnya lalu turun dari kasur

"Thank you, Robbie." Kata Zein dan Robby mengangguk.

"Sama- sama.''

**

"Zaeline, ayo makan." Kata Zein tetapi Zee menggeleng ia kemudian berdiri untuk menuju MRT, atau kereta bawah tanah. Zein mengikuti langkah Zee dan meninggalkan mobilnya di parkiran.

"Pergilah, Rahma pasti mencarimu." Kata Zee saat berbalik melihat Zein. Zein mengangguk ia kemudian melangkah mundur.

"Hati- hati di jalan." Zein langsung melangkah pergi, bukannya ia lebih memilih Rahma tapi kesal dengan Zee yang tidak mau memberikannya waktu sedikit lagi untuk bersamanya. Sedangkan Zee ingin menangis karena Zein pergi memilih Rahma.

"Padahal tadi hanya alasan." Gumam Zee, Zee juga gak jalur- jalur kereta.

**

Zee menunggu kereta lewat. ia duduk sambil melamun tak lama tiga berandalan mendekatinya dan saling memberi kode untuk mengganggunya.

"Hei, come on baby." Kata mereka sambil menatap Zee dengan tatapan cabul. Zee  sadar ia langsung berdiri dan tetap terlihat tenang,

"What do you want?" tanya Zee sambil menatap mereka satu persatu.

"Your body." Jawab mereka lalu maju untuk memegang Zee.

"STOP." Teriak seseorang kemudian ia berlari lalu memukul mereka bertiga membabi buta.

"Dia istriku! Istriku brengsek!." Zein memukul rata mereka bertiga hingga terkapar. Zein menarik nafasnya setelah itu berbalik dan menggendong Zaeline untuk pergi.

"Zein lepaskan." Kata Zee.

"Zaeline jangan membantah atau kau tidak akan kupertemukan dengan Hiqab." ancam Zein yang sedang menepati janji ke sang anak. Bagaimana bisa ia meninggalkan Zaeline begitu saja sedangkan dia adalah tambatan hatinya.

''tapi mereka gak mati kan?'' tanya Zee sambil menengok ke belakang.

''Tidak tau, paling hanya patah tulang. Jangan nengok ke belakang.'' Kata Zein.

Zee tidak menengok kebelakang lagi. ''Lingkarkan tanganmu di leherku.'' Perintah Zein.

''Gak.''

Zein menatap Zaeline tajam tanpa suara membuat Zee tergugup takut dengan pelan tangannya memeluk leher Zein. Zein sedikit mengeratkan pelukannya lalu kembali melangkah tanpa goyah sekalipun.

''Kamu makin ringan, bahkan ingin melemparmu ke udara.'' Kata Zein sambil menatap ke depan. Zee melihat wajah Zein dan tersenyum remeh.

''Maumu? Aku bukan Zee yang dulu.'' Jawab Zaeline.

''Aku tau, kamu sudah berubah dan semakin cantik.'' Jawab Zein.

''Itu tau.''

Zein sampai di parkiran mobil, ia mneurunkan Zee dan membukakan pintu mobil.

''Masuklah, kita akan ketemu Hiqab.'' Zein memegang bahu Zaeline untuk masuk ke mobil. Zein menutup pintu dan memutari mobilnya untuk ikut masuk.

''Kamu tidak menjebakku kan?'' tanya Zee.

''Nope, aku sudah janji sama dia untuk bertemu denganmu.'' Zein memasang sabuk pengaman lalu segera menyalakan mobil.

''Pasang sabukmu.'' Kata Zein sambil menjalankan mobilnya pelan. Zaeline memasang sabuk pengamannya dan menghadap ke depan.

''Awas aja bohong.''

**

Zein dan Zee masuk ke dalam restoran. Pintu ruangan vvip terbuka menampilkan sosok anak laki- laki duduk di kursi awalnya Hiqab tidak sadar karena fokus dengan mainan tapi saat ia mendengar suara Zaeline.

"Hiqab, Hiqab.'' Panggil Zaeline, Zaeline segera bersembunyi di balik tubuh Zein yang tinggi. Hiqab segera menengok dan melihat ke asal suara. Ia melihat hanya ada Zein yang tersenyum sambil memasukan tangan di saku celana.

"Mamah." Panggil Hiqab.

"Find mama Hiqab, mama is  here." Kata Zein. Hiqab langsung berdiri dan berlari ke arah Zein lalu berusaha menengok ke belakangnya.

"Mamah I find you." Pekik Hiqab sambil melihat Zein lalu menunjuk Zee. Zee keluar dari persembunyiannya dan memeluk Hiqab. Zee menggendong anaknya dan menciumnya gemash tak rasa ia kemudian menangis karena Tuhan mempertemukannya.

"Dont cry mamah." Kata Hiqab pelan, ia mengusap pipi Zee. Zee menggeleng sambil tertawa.

"No, mama senang bisa ketemu Hiqab." Kata Zee. Zein membawa mereka berdua duduk di kursi makan.

"Zein apa dia bisa kubawa pulang?" pinta Zaeline.

"Bisa asalkan kau tidak membantahku, tidak melarangku datang ke apartemenmu dan melayaniku seperti dulu." Kata Zein sambil mengambil makanan yang tersaji. Zee melihat Hiqab yang memeluknya erat.

"Pikiranmu seperti anak- anak, egois tidak pernah berubah! Semua mau jadi milikmu, apa- apa harus sesuai kemauanmu. Kejam." Zee berdiri ia kemudian pergi sambil menggendong anaknya.

"Zaeline." Panggil Zein. Zee berbalik dan menatap Zein.

"Tidak ada kesempatan kedua Zein. Berhentilah mengejarku dan nikmati pilihanmu." Kata Zaeline.

Mantan suamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang