Desa kecil di kawasan dataran Himalaya. Terpencil, sukar dijangkau. Tidak banyak penduduk yang bermukim di sana. Hanya yang berstatus penyihir dapat tinggal di desa ini. Karena itu mereka menyebut desa ini Desa Witchamore, desa penyihir satu-satunya di muka bumi.Para penyihir sudah ada sejak seribu tahun yang lalu. Penyihir pertama, Selline Andorra merupakan manusia biasa pada awalnya. Ia hidup menderita di Nevada karena menerima banyak umpatan kebencian akan wajahnya yang kurang cantik. Sungguh malang nasibnya hingga usia ketujuh belas. Ia melakukan ritual memanggil Iblis dan membuat hubungan dengan makhluk berhati api tersebut. Selline pun menjadi cantik tetapi dia harus menerima kenyataan jika dirinya kini berubah menjadi penyihir dengan simbol pentagon di mata sebelah kiri serta IQ yang jauh di atas rata-rata manusia biasa.
Mulanya, hidup Selline yang hitam kini menjadi berwarna. Banyak orang yang mau berteman dengan gadis itu. Cantik dan pintar, begitulah ungkapan mereka tentang Selline. Bahkan tidak sedikit lelaki yang melamar Selline untuk menjadi kekasih. Gadis bermarga Andorra itu hanya membalas dengan senyuman.
Kehidupan manisnya berubah ketika mereka mulai bertanya-tanya bagaimana Selline dengan cepat betransformasi. Tidak hanya itu banyak yang berspekulasi tentang simbol pentagon di mata kiri Selline yang terlihat jelas dan bodohnya gadis itu tidak menutupi. Selline telah menjalin hubungan dengan iblis, begitulah batin mereka. Selline pun di asingkan ke dataran Himalaya sebantang kara. Sementara itu, orang tuanya bunuh diri karena tidak kuasa menerima fakta jika anaknya telah bersekutu dengan iblis.
Lambat laun, Selline yang sebatang kara menemukan seorang pemuda tampan di dataran Himalaya, tempatnya menggantungkan nasib. Mereka pun berteman dan saling bertukar cerita. Pemuda itu bernama Jackson Hills, ia mencintai Selline walaupun gadis itu telah menjalin kontrak dengan iblis. Jackson merupakan manusia biasa yang kabur dari rumah karena hubungan orang tuanya sedang diujung tanduk. Ia tidak tahan karena setiap hari orang tuanya selalu bertikai, ia pun memilih dataran Himalaya yang sunyi untuk pelarian.
Jackson pun melamar Selline tanpa mengenal usia yang masih tergolong dini, sembilan belas tahun. Gadis cantik itu menerima lamarannya asalkan Jackson mau menjadi penyihir abadi sama sepertinya dan merubah marga mereka menjadi Altina. Pemuda tersebut hanya mengiyakan tanpa pikir panjang lagi. Beberapa bulan kemudian mereka memiliki sepasang bayi kembar penyihir yang diberi nama Jennie dan Josh. Jackson dan Selline berencana menikahkan mereka berdua untuk meneruskan gen penyihir guna membalaskan dendam orang tuanya yang terbunuh di tangan manusia yang keji.
Semakin lama dataran terpencil Himalaya terisi oleh para penyihir baru. Mereka setiap minggu, setiap hari Jumat selalu melakukan ritual untuk menambah kekuatan supaya dapat menaklukkan dunia. Manusia selalu merasa paling benar, mereka saling membunuh, saling menipu, saling bermusuhan, dan selalu membuat kekacauan di muka bumi. Manusia juga kerap merusak alam sehingga keseimbangan ekosistem terganggu. Sellin dan Jackson pun membuat surat wasiat sebelum mereka menjemput ajal, ia meminta kepada warga Desa Witchamore untuk menaklukkan dunia supaya manusia tunduk dan mau berberes atas kekacauan yang telah mereka buat.
Beberapa tahun kemudian lahirlah seorang bayi perempuan cantik dari rahim Jane Altina. Franklin, sang ayah memberi nama Freya Altina. Semua orang terus memandang lekat bayi itu, terutama warna rambutnya yang berbeda dengan penyihir lainnya, kecokelatan. Ya, seluruh penyihir di sini memiliki surai sekelam malam kecuali Freya. Karena keajaiban itu, penduduk Desa Witchamore menyebutnya Freya Si Lambang Kedamaian seperti yang tertuang dalam buku wasiat Selline. Akan ada satu anak yang lahir berbeda tetapi kelak ia akan menjadi lambang kedamaian bagi umat penyihir, begitulah bunyinya.
Beberapa tahun berselang. Freya tumbuh menjadi anak yang pandai dan bijaksana. Pada usianya yang ketiga, bocah itu sudah bersekolah, berbeda dengan teman-temannya yang masih sibuk bermain daripada belajar.
"Bu Ashley, mengapa kita memusuhi manusia. Setahuku mereka tidak bersalah," tanya Freya kepada gurunya yang membuka sesi tanya jawab setiap sebelum pulang.
"Karena mereka berlaku seenaknya. Alam semakin tidak seimbang dan mulai menunjukkan taringnya. Manusia selalu lalai dalam menjaga lingkungan karena terlalu dimanjakam oleh alam. Manusia itu perusak. Maka dari itu sesuai semboyan kita?"
"Kita harus memusnahkan manusia dan menguasai dunia?" jawab Freya ragu.
"Benar sekali," Ashley tersenyum.
"Aku tidak yakin. Maksudku, penduduk desa ini hanya puluhan orang. Apakah dengan puluhan orang ini kita bisa menguasai dunia?" Freya bertanya lagi.
"Tentu, asal kita mau bekerja sama. Lagipula kita adalah penyihir. Kita memiliki kekuatan super untuk menunjang keinginan kita," tutur Ashley lalu melirik arlojinya.
"Baiklah, sekarang waktunya untuk upacara di tengah desa."
"Upacara lagi," banyak murid yang menggerutu tak terkecuali Freya. Setiap minggu mereka selalu melakukan upacara dengan penduduk Witchamore lainnya.
"Jangan menggerutu, ayo bentuk dua barisan!" pinta Ashley. Mereka pun melaksanakan dengan enggan lalu berjalan bersama menuju tengah desa.
Ketika menuju ke tengah desa, Freya, gadis kecil itu merasakan sebuah firasat buruk yang akan terjadi. Walau hanya tiga tahun ia hidup di desa ini, tidak pernah ia merasakan rasa yang sangat amat mengganjal seperti yang sedang ia rasakan saat ini.
Tiba-tiba telinganya berdengung, tanda bahwa ia mendapat sebuah pesan telepati.
Suara lembut tiba-tiba menyapa pendengarannya. Ibunya dengan sangat lemah berkata "Freya anakku, kau tetaplah berada di sekolah mu, kali ini, upacara.... tidak akan diadakan. dan satu lagi, kau harus berada di sekitar pengawasan Bu Ashley.... ya sayang. Hhhh.....Aku tau kau pintar, maka dari itu ibu.... tidak akan menutup-nutupi fakta bahwa sekarang ini, desa tercinta kita sedang di serang oleh bangsa manusia yang tamak. Kau... harus selamat.... nak. Hhh... Mungkin setelah ini kau tidak bisa melihat ibu lagi. Jadi.... Hhhh..... Tolong balaskan dendam kaum penyihir sesuai semboyan kita,"
"Kita harus memusnahkan manusia dan menguasai dunia" Gadis polos itu dengan bercucuran air mata tetap menjawab telepati sang ibu yang nyawanya sedang diujung tanduk. Terdengar suara tawa yang sangat-sangat lirih.
"Ibu.... dan ayah sangat sayang kepadamu nak, jika kau selamat, tidak kau harus selamat!!. Kumohon demi ayah dan ibu, tolong balaskan dendam kami. Kami sangat menyayangimu."
"Ibuu..." Gadis malang itu menangisi kepergian kedua orang tuanya. Tiba-tiba suara ledakan terdengar di arah pintu masuk sekolahnya.
Suara orang-orang yang tengah memaksa mulai masuk terdengar.
"FREYA!!! AHKKK!!" Ashley yang tiba-tiba menghampiri Freya ambruk di depannya. Ternyata ia berusaha melindungi Freya dari peluru yang di tembakan di luar gedung. Sekolahnya sudah dikepung.
"Freya, ibu mohon... Pergilah, gunakan kekuatanmu untuk selamat dari tempat ini" Ashley berkata sambil menahan sakit di perutnya, tempat bersarangnya peluru.
"Tapi aku tidak bisa meninggalkan ibu dengan kondisi seperti ini"
"Tidak kau harus bisa! Cepat Freya kumohon!"
Terdengar suara peluru bersahut-sahutan.
"Ahkk...!!"
"Bu Ashley!! Baiklah aku pasti bisa"
Freya mencoba berkonsentrasi. Ia menutup mata dengan sangat rapat.
"Bawalah aku ke tempat yang diselimuti kedamaian"
Seketika suara berisik yang menyakitkan lenyap dan tergantikan oleh klakson mobil yang bersahutan.
To be continued
..
.
Hi, what's up?
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca book ini. Dukung kami dengan menekan tombol vote dan beri komentar jika ingin mengoreksi atau memberi saran karena pada hakikatnya kami masih pemula.
See you ;)
Alisa and Lalice
KAMU SEDANG MEMBACA
FREYA
RandomFreya Altina. Bocah tiga tahun yang tengah mengadu nasib di kota New York. Sebatang kara, terpisah dengan kedua orang tua karena status kaumnya yang dibenci manusia. Masih tercetak jelas di ingatannya dua puluh jiwa melayang sedangkan dirinya berlar...