09- Tak Sadar

39 24 0
                                    

"Gue bukan siapa-siapa tapi kenapa gue khawatir?"
-Eza Gian Adhitama-


"Kamu berangkat pagi za?" Ambar bertanya kepada anaknya yang sudah berseragam lengkap itu.

"Iya ma, Eza mau pinter." ia menuruni tangga sambil memamerkan cengiranya khas nissya sabyan.

"Kamu ini ada-ada saja."

"Eza berangkat duluan ya ma, nanti bisa sarapan di sekolah..." Tanpa mengucapkan salam atau bersalaman kepada mamanya, Eza sudah menghilang dibalik pintu.

⚖️⚖️⚖️

"Depan kiri ya bang," ucapnya kepada sopir angkot yang ia tumpangi. Raina memang selalu berangkat pagi, bahkan datang paling pertama di sekolahnya. Alasannya karena jika masih pagi angkot biasanya dipenuhi ibu-ibu belanja. Lain lagi jika sudah siang. Mungkin sudah Macet parah!

"Makasih ya bang,"

"Iya neng."

Raina turun dari angkot dan langsung menyebrangi zebra cross yang ada di depan sekolahnya.

Tiiitttt.... Tiiitttt... Ciiitttt.

BRAKKK!!

"Akhhh..!!!" Raina menjerit ketika tubuhnya terpental tidak jauh dari trotoar jalan. Apa tadi barusan? Raina tergeletak lemah di aspal, matanya mengerjap-erjap berusaha melihat rumunan orang-orang yang mengelilingi nya. Namun yang ia lihat hanya bayangan samar-samar dan akhirnya Gelap. Raina pingsan!

Sementara si pelaku segera melajukan mobilnya kencang. Entah siapa yang melakukan tabrak lari tersebut.

Bunyi suara motor yang dikendarai Eza mendekat kearah rumunan tersebut sehingga membuat salah satu siswa menghentikan motor Eza.

"Ini.. ada apa?" Eza membuka helm dan memakirkan motornya di tepi jalan. Ia bertanya kepada teman sekelas nya, Sekar.

"Itu za.."

"Kangbunuh ketabrak," gumam seseorang menyeletuk.

Belum sempat Sekar menyelesaikan ucapannya. Ada seseorang yang sudah memotong pembicaraan nya dengan Eza.

Ketika Sekar berbalik menghadap Eza. Ternyata cowok itu sudah menghilang entah kemana.

Ternyata eza sudah berlari menerobos rumunan yang semakin ramai itu, dikarenakan banyak murid SMA Tunas Bangsa yang sudah mulai berlalu lalang masuk menuju gerbang.

"Minggir!" Sekali hentakan mereka semua memberi jalan kepada Eza untuk menghampiri Raina yang tak sadarkan diri itu.

"Raina!? Rain.. bangun. Please bangun ada gue disini.." ia menggoyangkan bahu Raina guna membuat Raina sadar. Darah segar bercucuran di sisi kanan dahi Raina.

"Kenapa kalian pada diem aja brengsek!!! Cepett panggil ambulans!!!!" Eza sangat kesal! Kenapa disaat seperti ini teman-temannya itu sama sekali tidak menolong? Seburuk itukah Raina bagi mereka? Tidak ada gunanya ia marah, ia sangat khawatir sekarang.

UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang