Prolog

5 0 0
                                    

Berbicara soal cinta, aku mungkin orang yang paling sensitif terhadap kata tersebut. Bukan bermaksud menjauhi, tapi lebih kepada mencari makna kata tersebut seutuhnya. Jangan tanya aku sudah punya pasangan atau tidak, karena sejak masuk kuliah aku sudah tidak minat lagi berpacaran. Pentingnya aku lebih nyaman dan tentram saat-saat ini. Selain itu juga pengeluaranku tidak terlampau banyak. Jadi bisa sedikit berhemat lah, hehe

Aku mulai perjalanan mencari makna cinta sejak SD. Jangan kaget dengan pernyataanku sebelumnya, sebab itulah adanya. Aku sudah berkelana dengan dunia percintaan sejak SD, walaupun masih cinta monyet. Entah ajaran dari siapa yang jelas aku sudah paham cinta sejak masa itu. Mulai dari saat aku duduk di bangku kelas 5 SDN Karawang Kulon VI dan saat itu juga aku berpacaran untuk pertama kalinya.

Saat itu bulan puasa, dan saat malam hari ketika tengah menunaikan ibadah tarawih aku merasa ada yang memerhatikanku. Saat aku melihat kebelakang, di shaf perempuan, dua orang yang sebelumnya tengah memperhatikanku langsung memfokuskan matanya kepada apa yang mereka berdua tuliskan. Entah apa yang mereka tulis, yang jelas gelagat yang ditunjukkannya membuatku sedikit risih. Tak ingin ku menanggapinya, aku langsung mengalihkan pandanganku ke ustad yang saat itu sedang kultum.

Sebelum berlanjut lebih jauh cerita ini, aku yang berusaha hijrah ini akan berkenalan dengan pembaca. Namaku inisial Bagas Candra Braga, biasa dipanggil Candra atau Bagas (Eh itu sih bukan inisial ya). Aku tinggal di Karawang persis  di kampung belakang Masjid Agung Karawang. Tak perlu cerita lanjut lagi ya, lanjut saja pada kisah yang akan aku ceritakan.

“Bagaimana aku mulai ceritanya ya?”

Take Me to HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang