PEMASOK

4 1 0
                                    

Dimanakah aku? Aku terbangun dari ketidaksadaranku. Aku tergeletak disebuah ruangan yang kotor, kosong dan agak gelap hanya ada secercah cahaya dari ventilasi udara. Aku berusaha bangun namun aku tak bisa menggerakkan sekujur tubuhku, hanya kedua bola mataku yang dapat ku gerakkan. Didepan mataku terlihat sebuah pintu, terdengar suara langkah kaki dari arah pintu tersebut. Perlahan pintu itu terbuka, terlihat sesosok laki-laki paruh baya mendatangiku. Dia mengenakan sebuah celemek yang penuh darah, serta sebuah pisau ditangannya yang tentu saja ada bekas darah. Badanku merinding ketakutan. Aku berusaha menahan ketakutanku dan berpura-pura masih pingsan.

"Dia belum sadar rupanya." Aku dengar ia mengatakan itu. Aku membuka sedikit mataku dan melihat dia beranjak pergi menuju pintu. Aku bersyukur dia tidak tahu bahwa aku sudah sadar. Tubuhku masih belum bisa digerakkan, tak sadar aku pun tertidur. Aku bermimpi berada disebuah taman bunga yang indah. Banyak kupu-kupu terbang, cahaya mentari yang hangat dan terang, angin sepoi-sepoi berhembus. Lalu tiba-tiba ada sosok monster yang menghancurkan taman itu.

"Hah?!" Aku terbangun dari tidurku, dan mendapati aku telah diseret oleh pria paruh baya itu. Sepanjang lorong aku melihat banyak bercak darah didinding. Aku mulai ketakutan dibuatnya, sekujur tubuhku merinding. Kami tiba disebuah ruangan yang penuh darah. Terlihat potongan-potongan tubuh manusia menggelantung dilangit-langit. Aku sadar bisa menggerakkan tubuhku lagi dan mulai meronta-ronta.

"Tolong! Tolong" Aku pun mulai berteriak

"Diam!!" Sontak teriakan lelaki itu membuatku terdiam. Aku pun mulai menangis ketakutan, berharap ada seseorang yang akan menyelamatkanku. Aku tak mau mati disini, aku terus meronta-ronta.

"Diam kataku!" Teriak lelaki itu lagi, sembari mengangkatku ke tempat tidur. Dia mengikat tangan dan kakiku ditempat tidur, aku masih berusaha meronta-ronta. Dia memukul perutku, aku langsung diam kesakitan. Dia melanjutkan mengikat tangan dan kaki ku. Aku pasrah ya Tuhan, aku tak tahu harus bagaimana lagi.

"Ini tidak akan sakit kok anak muda ahaha..." Terdengar tawanya yang sangat kejam ditelingaku. Dia mengambil sebuah martil besar. Lalu dia berjalan kembali sambil mengayun-ayunkan martil tersebut. Dia berhenti tepat disebelah kepalaku.

Ia mengangkat martil itu dan bersiap mengarahkannya ke kepala ku, "Bersiaplah! Hahaha..." Aku ketakutan, dengan pasrah aku menutup mataku dan bersiap menerima kematianku.

"Daarrrr...!!!"

"Hah... hah.." Aku terbangun, nafasku terengah-engah.

"Sya, kamu nggak apa-apa?" Terdengar suara perempuan dari sebelahku. Aku pun menengok ke arahnya, ternyata itu sahabatku Ratna. Seluruh tubuhku gemetar ketakutan.

"Aku nggak apa-apa Na, tapi aku tadi dapat mimpi seram. Tapi aku kenapa berada di UKS."

"Sudah tenang Sya, kamu nggak apa-apa. Ada aku disini, tadi itu kamu tiba-tiba pingsan saat pelajaran Bu Warni. Tahu nggak? Tadi sekelas pada heboh hloh pas kamu pingsan. Suasana kelas yang serius karena killernya Bu Warni."

"Aku nggak tahu Na, Kenapa bisa pingsan. Aku tidak sakit, atau mungkin kelelahan ya?."

"Nah kelelahan bisa saja Sya, ya sudah istirahat dulu. Aku balik ke kelas ya, sama kasih tahu yang jaga UKS."

"Iya Na, makasih ya. Kamu memang sahabat terbaikku." Ratna melangkahkan kakinya keluar UKS. Aku kenal Ratna saat pertama kali masuk SMA. Ia yang memulai percakapan karena aku tak pintar dalam memulai suatu obrolan. Orang-orang mencapku sebagai seorang pendiam. Yah memang benar aku seorang pendiam dan Ratna adalah sahabat pertama yang ku punya.

Ayah Ratna adalah seorang pengusaha dibidang ekspor-impor aku tak tahu barang apa yang mereka jual, dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Ratna juga memiliki seorang kakak yang sekarang kuliah. Ratna sosok yang baik hati, manis, dan tentu saja gampang akrab dengan orang. Berbeda sekali dengan ku yang pendiam ini. Aku melanjutkan untuk tidur sedikit lebih lama, kapan lagi bisa tidur di sekolah tidak dimarahi.

Pemasok (One Shot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang