"Khasus kemaren belum di selidik?"
"Sudah tuan. Menurut peneliti yang meneliti jasad nya dia memang tertembak, bukan di organ vitalnya tapi di sisi dada sebelah kanan. Dan peneliti menyatakan jika peluru yang di tembakan sudah di modifikasi menjadi beracun."
Guan menghela nafas lelah.
"Lalu siapa yang menyuruh peneliti itu berbohong."
"Mereka mengaku tak tahu, meraka bilang jika mereka di bayar untuk tutup mulut."
"Sialan." Guan menghidupkan rokok yang sedari tadi ia pegang.
Ia menyesap dan mengeluarkan asapnya, dengan mata tertutup, ia mencoba berpikir.
Beginilah cara guan mengeluapkan kepenatan hidupnya. Dengan merokok ia dapat lebih tenang.
"Pak Kim. Kirim uang untuk keluarga korban, kita yang akan bertanggung jawab." Pak kim mengangguk dan pergi meninggalkan guan yang tengah memandang lurus langit.
Seulgi. Teman seperjuangan nya dulu, teman bela dirinya dan juga teman nakalnya. Ia tak sangka jika saat ini lawannya adalah seulgi, mantan pacar nya.
Guan tidak ingin munafik, ia akan jujur jika di hati kecilnya masih menyimpan perasaan cinta untuk seulgi. Tapi melihat seulgi yang memandangnya dengan tatapan sengit membuat Guan lebih menggunakan pikiran dari pada hatinya.
Ingatannya kembali pada dimana ia bertemu seulgi untuk kedua kalinya.
"Jangan pernah nyentuh zee. Lo berurusan sama gue bukan sama dia. Jadi jangan libatin dia dalam masalah ini."ucap nya penuh penekanan.
Seulgi tersenyum merendahkan, ia dengan cepat mendekat dan menarik kerah kemeja guan.
"Sayangnya gue di tugaskan untuk ngabisin dia, bukan lo."
Sebuah ketukan pintu membuyarkan ingatannya. Ia menoleh melihat siapa yang masuk. Dan seseorang tengah berdiri dengan senyum yang membingkai wajahnya.
Guan tersenyum lebar.
###00###
"Pak, beneran lo ngechat pak ceye gitu??" anjir lah anjir.. Nih orang kesini buat orang kesel ae dari tadi.
"Iya.. Dan ceye mau. Lu mau kan??"
"Gak.. Lu mah mutusin sendiri njir."kesel gue.
Pak kai dengan enaknya ngangkat kaki dia dan makan cemilan yang dari tadi dia pegang.
"ihh gak papa kali.. Biar makin deket gitu." muka dia kok tiba tiba ngeselin sih.. Jadi pen nabok deh."Gak, ntar gue di serang sama degem degem dia lagi." gila aja.. Yang ada ntar gue makin di musuhin sama cabe cabean sekolah. Bayangan para muka muka sangar yang terpampang di para cabe sekolah tiba tiba memenuhi otak gue. Ngeri coy.
"Gak kali, segitunya banget emang? Tenang aja gue yang ngelindungin lu." pak Kai masang senyum sok pahlawan.
"Dihh sok mo ngelindungin orang, lu aja kalo di kejar sama degem degem lu pasti lu kabur."
"Ihh nggak lah.. Kalo degem degem gue ngejar, ya gue baperin langsung. Susah amat." beginikah pikiran lelaki??
"Cihh najis."
"yeee gak percaya lu. Si rara dulu degem gue tau."
Gue masang muka datar.
"Heh mas.. Gue tau yah kisah lu sama mbak rara.. Lo kali yang dulu fans nya mbak rara sampe ngejar ngejar dia.. Iya kan iyaa kan??" todong gue. Gue inget betul pak Kai yang dengan niatnya berdiri di depan pager cuma mo nungguin mbak rara pulang ngampus. Serem amat yah kalo di pikir pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda ✔ PCY (Trio Bangsat) [Selesai]
Fiksi PenggemarGanteng?? beuh gk usah di tanya tinggi?? banget. lucu? iya pinter?? pasti bisa main musik?? hati aku aja bisa dia main in apa lagi cuma alat musik.. hah!! sexy?? uhh.. hot daddy banget dari semua ini dia kelihatan sempurna tapi sayang, dia... DUDA...