Redup

30 5 0
                                    

Character is not mine.
Semuanya milik bang Fujimaki Toshida. Saya hanya meminjam.
______________________________



.
.
.
.
.






Metroseksual.kota dengan sejuta pesona lampu kerlap kerlip yang panas.

  Alunan suara musik malam menggema menatang hilir kota yang ramai dan menarik gairah para kaum pemuja berahi. Suara sorak, puji, dan makian terdengar secara bersamaan sayup seperti bisikan. 

Nyatanya setitik tempat  telah riuh dengan segala suara panas.

Tawa dan desah.

Para penonton memuja dewa dewi dari dasar neraka, bertaruh kejayaan agar dapat menjamah sala satu.

Tiga orang berdiri diatas panggung tari tiang, semuanya lelaki. Seorang di antaranya berambut emas,  sisanya berambut hitam.

Tiang dingin di genggam dengan jemari lentik, tatapan dingin manik topas  terang menghujam para penonton. Saat tangan yang satunya turut bermain di tiang dingin,  dua rekannya yang lelaki mulai ikut meliuk. Para penonton dibuat bersorak, bedesak-desakkan agar dapat melihat lebih dekat dan menikmati tubuh indah yang hanya tertutup busana minim.

Seorang penonton memaki. Memukul keras temannya tepat di punggung. "Aomine lihat mereka!" suaranya nyaring di gendang telinga.
Rambut biru gelap di usap, tangan si peneriak di hempas kasar. Lelaki itu memaki.

"Pelankan suaramu bedeba!"

Aomine Daiki adalah korban yang acuh. Manik gelap bergulir, teman yang berambut keperakan diabaikan.
"Ayolah kawan, jangan terlalu kaku, disini kau tidak sedang melakukan tugas" bahu tegap di rangkul. Aomine mengabaikan sementara matanya sudah di tawan pemuda pirang yang sibuk meliuk diatas panggung tari tiang. "Diamlah Haizaki, jangan sampai kepalamu kubuat lubang hanya karena mulut bocormu!" Haizaki terkekeh. Dan Aomine masih fokus pada tubuh mulus si penari pirang.

Jemari, lengan, pundak,  leher jenjang,  bibir tipis, kemudian manik emas madu. Aomine dibuat menyeringgai. Haizaki sudah kabur mencari mangsa. Aomine sama sekali tidak peduli. Sekarang urusannya hanya ada pada si pirang diatas podium. Dia harus tanggung jawab karena berani mengajak bermain berahi si biru gelap.

"Si pirang itu milikku!" lembaran yen bernominal besar dibanting kasar. Bunyinya cukup membuat kaget Mibuchi Reo selaku pemilik Bar. Mibuchi tersenyum centil,  mengedipkan sebelah mata lalu berdiri mengusap genit punggung Aomine. Ia berkata,  "ia milikmu tampan" Aomine di buat mengeringgai lebih lebar lagi.

Mibuchi Reo berjalan menuju podium tempat si pirang incaran lelaki biru gelap.  Ia memegang tiang dingin milik si penari, mendekat, memegang pundaknya yang masih bermain di tiang keras,  berbisik "lihat lelaki itu" jemari lentik Mibuchi mengarah pada Aomine, "kau miliknya malam ini".
Senyum Mibuchi Reo mengantar  itu pada pekerjaan barunya dimalam yang remang.
.


.
.

              To be continued
.
.
.
.

______________________________

Mohon kritik dan sarannya.
Saya hanya seorang penulis amatir yang kurang pengalaman.

Salam Damai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black (AoKise) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang