Tiga Puluh Lima

2.7K 253 42
                                    

Pagi ini, fajar mengajak dira untuk menemaninya latihan di pelatnas. Walaupun rumahnya dekat dengan pelatnas namun dira sangat jarang untuk mengunjungi pelatnas, malah rumahnya selalu jadi basecamp anak anak pelatnas dikala malam hari.

Dira memandangi fajar yang sedang latihan, keringatnya bercucuran itu yang membuat fajar terlihat tampan di mata dira. Apalagi dengan sedikit brewok di sekitar rahangnya, membuat jiwa kebapakannya muncul.

Kali ini fajar sedang bermain bersama danish, anak bang owi. Fajar terlihat sangat sigap dalam menjaga danish, sesekali dira membayangkan kalau danish itu adalah anak mereka. Sebuah senyum tipis tergambar di bibir dira.

Fajar selalu bermimpi, suatu saat anaknya akan seperti dirinya bahkan harus lebih dari dirinya. Menjadi atlet badminton yang berprestasi. Itu mimpi fajar yang selalu fajar bicarakan dengan dira saat malam hari.

"Dek minta minum dong" ucap fajar yang saat ini menggendong danish.

"Danish juga mau minum?"

"Mau tante" jawab danish

"Ini, pelan pelan ya minumnya" ucap dira lalu danish meminum air mineral yang diberikan dira.

"Terima kasih tante"

Setelah itu fajar kembali ke lapangan dengan mengajak danish berlari kecil dan kali ini fajar benar benar latihan, tidak bermain lagi dengan danish. Entah kenapa dira sangat menyukai saat fajar berkeringat setelah latihan, bahkan dira suka mencium bau keringat fajar.

"Dir"

"Iyaaa" jawab dira, dira menengok kearah sumber suara, "ehh zi. Apa kabar?" Tanya dira kepada mitzi yang sekarang duduk disamping dira.

"Baik dir. Lu apa kabar"

"Alhamdulillah baik zi. Daritadi?"

"Iyaa dir, tapi tadi dari kamarnya ginting"

"Hayoloh ngapain dikamar?" Ledek dira.

"Beresin pakaiannya ginting dir, abis turnamen selalu berantakan kamarnya"

"Kirain ngapa ngapain" ucap dira sambil tertawa.

"Gemukan dir? Udah berapa bulan?"

"Alhamdulillah bahagia zi, 5 bulan zi"

"Wah bentar lagi dong dir"

"Iyaa zi, doain ya lancar. Tapi kayaknya pas lahiran gabisa ditemenin sama fajar, kan dia turnamen"

"Masa dir?"

"Iya zi, udah gue itung pas HPL dan itu pas banget waktu fajar turnamen"

"Yaah, sayang banget dong dir, terus gimana?"

"Yaa paling ibu sama ayah gue yang kesini liburan sekalian nemenin gue"

"Semangat ya dir!"

"Siap zi. Ohh iya, lu kapan sama mas onik?"

"Belom kepikiran dir, masih mau ngejar cita cita dulu. Kita kan masih sama sama muda"

"Cita cita itu bisa di raih sama sama loh zi, nikah enak loh. Serius deh"

"Dua atau tiga tahun lagi dir"

"Sukses terus ya zi. Ohh iyaa gimana usahanya, lancar"

"Puji tuhan lancar dir" jawab mitzi, setelah itu mereka membicarakan tentang tentang usaha mitzi yang semakin hari semakin maju, dira bangga dengan mitzi yang sekarang. Dia jadi pribadi yang mandiri dan dewasa dari sebelumnya, dan yang membuat dira kagum adalah mitzi bisa membimbing mas onik menjadi lebih baik.

Kamu Adalah Takdirku{Fajar Alfian} | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang