#23

6.7K 273 0
                                    

(Ustadz Imran Pov.)

***

Sudah lebih dari seminggu setelah aku menyatakan perasaanku dan mengajak gadis cantik nan anggun dengan sifat malunya itu, aku belum lagi bertemu dengannya...

"Ya Allah, apa yang akan dipikirkan oleh Ameera tentangku jika dia tidak mendapati aku di kampus, mungkinkah dia menganggapku lelaki bajingan yang sangat pengecut dan tidak bertanggung jawab?" tanyaku dalam hati dengan perasaan cemas

Sudah tiga hari ini aku tidak lagi berada di Jogja, aku mengambil cuti cukup lama dari mengajar di kampus sebab orang tuaku menyuruhku untuk pergi ke rumah kakekku di salah satu kota di Jawa Timur, tempatku berdakwah dulu...

"Assalamualaikum ran" ucap salam ibundaku dari seberang Aceh sana

"Waalaikumsalam bun" jawabku dengan nada sedikit lesuh

Bagaimana tidak, disini aku bukan berlibur ataupun bertugas, melainkan menuruti keinginan orangtuaku untuk bertaaruf dengan salah satu gadis shalihah di desa tersebut yang sudah kenal dengan ibunda dan abiku dari kakek...

Aku sudah menolaknya, sebab hatiku sudah terisi dengan nama Ameera Shanum Az-zahra..

"kenapa suaramu seperti itu? Bagaimana kelanjutannya? Apa kamu sudah mantap dengan taaruf ini sayang ?" tanya ibundaku
"Bun, Imran kan sudah pernah ngomong kalau Imran sudah punya pilihan sendiri di Jogja, lalu kenapa bunda menyuruhku taaruf dengan orang lain?" tuturku dengan sedikit kesal

"ran, pilihan kakekmu sudah tentu yang terbaik, jalani saja dulu, kalau tidak cocok, kamu boleh perkenalkan calonmu pada bunda" jelas ibunda dengan nada lembut

"tapi bunda, demi menuruti keinginan bunda, aku meninggalkan dia yang sudah aku ajak untuk bertaaruf, astagfirullah.." jelasku sembari menangis karena bingung dengan keadaan ini

Di Jogja, aku meninggalkan Ameera tanpa jawaban, sedang disini, aku tak nyaman bertaaruf dengan wanita itu..

"Astagfirullah... Astagfirullah.." ucapku berulang kali dengan nada pelan dan merasa bersalah dengan Ameera
"ran, maafkan bunda, ini permintaan kakek dan abimu, bunda tidak bisa menolak mereka ran, jalani saja dulu siapa tau cocok kan?" tutur bunda

"tapi bunda, apa yang akan dipikirkan Ameera tentang Imran, Ameera pasti kecewa, mungkin dia sudah mencariku dan memberi jawabannya atas ajakanku taaruf" ujarku menjelaskan pada bunda

"sayang percayalah, Allah tahu apa yang terbaik, jalani permintaan kami dengan ikhlas, Allah pasti memberi petunjuk yang terbaik" ucap bunda

"astagfirullah... Baiklah bunda, Imran akan mencobanya, tapi jangan salahkan Imran jika tidak cocok dengan gadis itu" jawabku dengan nada sedikit kesal

"nah gitu dong baru anak bunda, gimana udah bertemu dengan Asyila?" tanya bunda

Asyila Meyra Nasseva adalah gadis pilihan mereka untuk bertaaruf denganku, aku sama sekali belum mengenalnya, dia lulusan salah satu universitas di Surabaya, kota terdekat dengan kota tempat tinggal kakekku

"Belum" jawabku cuek

"kok belum ran, kenapa?" tanya bunda

"Imran belum siap bun" lanjutku

"ran, ayolah, coba bertemu dulu, bunda janji kalau nanti memang kamu tidak cocok, maka bunda akan menyetujuimu bersama Ameera yang kamu ceritakan itu" tutur bunda memberikan janji

"bunda serius?" tanyaku
"iya sayang, seorang ibu pasti melakukan apapun untuk kebahagiaan anaknya" jelas bunda
"baiklah kalau begitu, Imran akan mencoba bertemu dengannya besok" jawabku

"iya sayang" sahut bunda

Setelah ku tutup telepon dari bunda, ku rebahkan tubuhku di ranjang dan memikirkan semua ini...
Namun, ku berubah posisi duduk dengan raut wajah yang bingung dan frustasi..

"Aaarrgghhhh..." teriakku sambil mengacak-acak rambutku

"apa-apaan semua ini, kenapa abi dan bunda menyuruhku bertaaruf dengan orang lain, padahal aku sudah memiliki calon yang aku yakin dia mau denganku" gerutuku pada diriku sendiri

Tiiit... Tiit...
Suara teleponku berbunyi...

"Assalamualaikum, halo?" ucapku
"Waalaikumsalam, ran gawat ran" ujar orang yang meneleponku dari seberang yang tidak lain adalah sahabatku, Anand

"eh kau nand, gawat kenapa? Ada apa?" tanyaku dengan sedikit geram karena sudah bingung malah Anand telepon seperti ini

"itu ran, Ameera" jawab Anand

"Ameera kenapa nand, bicara yang jelas dong, aku ini sedang pusing jangan menambah beban pikiranku nand, astagfirullah.." lanjutku
"itu nand, Ameera nyari kamu dari tiga hari yang lalu, dia selalu bertanya padaku tentang keberadaanmu tapi aku menghindari pertanyaannya ran, terus aku harus ngapain ini?" jelas Anand padaku

"Astagfirullah, aku juga bingung nand, ini abi sama bunda mendesak aku buat bertemu dengan wanita yang dipilihkan untukku, sedangkan kau tahu sendiri hatiku sudah terisi Ameera" tuturku panjang lebar

"hmmm, kasihan kau nand, turuti aja kemauan orangtuamu, percayalah, Allah akan memberi jawaban untuk semua ini"

"okelah nand, sebenarnya aku ingin dengan Ameera, tapi aku pun belum tahu jawaban Ameera nand, apa dia bicara sesuatu padamu?" tanyaku

"nggak ran, dia ga bicara jawabannya, tapi aku lihat dari wajahnya dia akan menjawab iya untuk ajakanmu ran, aku tahu, aku kasihan dengannya, sepertinya dia kecewa padamu" lanjut Anand menjelaskan

"Iya aku tahu, wanita manapun tidak akan ingin berada di posisi Ameera saat ini nand, tapi aku juga tidak mungkin menolak permintaan kedua orangtuaku" sahutku dengan nada lesuh merasa bersalah

"Hei ran, kau pasrahkan saja semua sama Allah, insyaallah akan baik-baik saja" ucap Anand menenangkanku

"baiklah nand, oh ya, surat yang aku titipkan buat Ameera sudah kau kasihkan?" tanyaku

Sebelum aku berangkat ke Jawa Timur, aku sengaja menulis sepucuk pesan untuk Ameera, agar dia tahu apa yang membuatku pergi begitu saja

Anand hanya diam tak menjawab...

"halo, nand.. Anand, gimana?" tanyaku padanya

"Belum ran, aku ga tega ngasih suratmu, pasti dia bakal kecewa sama kau ran, dia wanita yang baru saja kau beri harapan namun sekarang kau tinggalkan" tutur Anand yang ternyata belum memberikan surat itu kepada Ameera

"iya nand, aku tahu, tapi setidaknya dengan dia membaca suratku, dia akan mengerti dan memaafkanku, kalaupun nanti aku berjodoh dengannya, dia tidak akan menyimpan sakit hati padaku" jelasku

"hmmm... Okelah ran, besok akan aku berikan ke Ameera, semoga saja dia bisa menerima" jawab Anand

"oke nand, terimakasih..., doakan ya biar semuanya baik-baik saja" pintaku

"oke.. Assalamualaikum" ucapnya
"Waalaikumsalam" jawabku

Perkara hati ialah sulit, rumit, namun aku percaya jika jodoh takkan kemana, ya rab, dia yang aku inginkan bukan yang lain, ku mohon berilah jawaban atas semua ini, aamiin...

>>>Bersambung<<<

Assalamualaikum readers tercintah akuuhhh...

Ustadz tampan Imran taaruf dengan wanita lain?? 😱😱Gimana nih perasaannya jadi Ameera, aduh pasti kecewa marah sakit hati campur jadi satu... 😭

Kok ada surat-suratan juga, kayak tahun 90-an aja nih ustadz Imran, kira-kira apa ya isinya??
Tungguuuu yaaak... 😄

Jangan lupa vote dan komen yaaa, jangan sungkan-sungkan loh, ehehehehhe...

Terimakasih banyak...
Wassalamualaikum... 🤗🤗🤗😅😅😅

Jannah Ku Bersamamu Ustadz (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang