EVERYDAY.

181 13 58
                                    

-
You as Seol x Park Sung-jin's Day6

-

"Yang benar? Ku pikir dia kekasihmu."

-


"Seol! Cepat ke bawah dan sarapan!"

Seorang wanita paruh baya sedang sibuk meyiapkan sarapan di ruang makan yang tak terbilang besar itu dengan apron jingga yang tersemat rapi ditubuhnya.

"Iya Bu, Seol datang!" Gadis dengan rambut tergerai sebahu segera berlari-lari kecil menuju arah dimana suara ibunya terdengar, sembari membawa tas hijau lumutnya dan kaos kaki yang belum terpakai apik dikedua kakinya.

"Seol, jangan buat pamanmu menunggu diluar, kasihan dia,"

"Siapa suruh dia menunggu diluar, Bu. Sebenarnya paman juga tak perlu mengantarku setiap hari, kan Seol bisa naik bis," ujar Seol sambil mengunyah roti selai stroberi kesukaannya dengan lahap dan meneguk susu rasa pisang disamping piringnya.

"Seol, kan tempat kerja paman searah dengan sekolahmu, ibu pikir ya bisa untuk menghemat uang jajanmu kan dan pamanmu tidak keberatan tuh."

"iya deh iya. Kalau begitu Seol berangkat ya Bu," gadis itu tak akan pernah menang jika berdebat dengan ibunya soal finansial, well ibunya paling hebat jika berbicara soal uang.

"Seol, ini berikan pada pamanmu, pasti dia belum sarapan."

Seol segera bergegas menuju pamannya yang sudah menunggunya diluar, sambil mengenakan sepatu sneakers yang talinya masih belum sepenuhnya terikat.

"Selamat pagi no-na-mu-daa!" pria dengan kemeja hitam bergaris dan celana kain itu menyapa Seol sembari menekankan panggilan terakhir sapaannya pagi ini.

"Selamat pagi pa-man-ku yang tam-paan!" timpal gadis itu sambil menyambut helm yang ada ditangan pamannya.

Jika boleh jujur, Seol sebenarnya sangat senang jika ia setiap hari berangkat bersama pamannya yang satu ini. Hei, gadis mana sih yang tak senang jika diantar oleh pria tampan dengan motor sport-nya?

"Ini, dari ibu. Sarapan untuk paman."

"Wah! memang ibumu yang terbaik. Ayo, naik! Kau akan terlambat."

Seol segera menaiki bagian jok belakang motor sport hitam milik pamannya dan mereka segera melesat menjauh dari rumah Seol.

"Seol belajarlah yang rajin, jangan mengecewakan ibumu, masuklah ke universitas yang terbaik impianmu itu," ujar pamannya saat mereka sudah sampai di area depan gerbang sekolah Seol sembari mengusap lembut puncak rambut Seol.

"Ya! Paman pikir aku masih kecil? Paman yang harus segera mencari pasangan hidup dan menikah, dasar jomblo!" Alih-alih mengiyakan ucapan pamannya, Seol malah menepis tangan pamannya.

Seol agak tak nyaman jika pamannya mulai berkata serius seperti itu terutama di area sekolah, seperti bukan pamannya yang biasanya. Paman yang selalu menemani dari ia kecil sampai sebesar itu, paman yang selalu usil dan jahil, paman yang mengajari ia matematika yang membuatnya selalu ingin menyerah. Seol berusah untuk menghindari tatapan pamannya yang sendu itu, takut jika pamannya dapat membaca raut wajahnya yang hendak bersemu.

"Ya! beraninya kau!" Spontan paman Seol mencubit hidung Seol, gemas.

"Ya! hentikan paman, malu tahu. kalau begitu aku masuk dulu, jangan lupa dimakan sarapannya. Sampai jumpa!" Seol melirik trotoar, tampak Mina teman karibnya berjalan perlahan kearahnya, lamat-lamat sambil mengamati Seol dari kejauhan.

Bagus, sebentar lagi Mina akan menginterogasinya -hal yang paling dibenci Seol. Entah mengapa hari ini murid-murid di sekolah datang lebih awal, biasanya Seol akan meminta pamannya untuk menurunkannya agak jauh dari gerbang sekolah.

"Oh iya Seol! nanti aku tak bisa menjemputmu, aku ada urusan setelah kerja. Naik bis bisa kan?"

"iya iya aku bisa sendiri. Dah! Sampai jumpa," Seol memberikan isyarat pada pamannya untuk segera pergi sambil mendorong pelan bahu pamannya.

"Seol!" gadis berkuncir kuda -Mina, sukses membuat Seol terperanjat kaget seperti habis ketahuan masuk diam-diam ke rumah tetangganya.

"Hey, siapa itu tadi? Ah, pacarmu ya?" Mina hanya bertanya tapi sukses membuat Seol salah tingkah.

"Ya! jangan asal bicara. Dia bukan pacarku, dia pamanku," Seol berujar sambil memelankan kata terakhirnya.

"Apa, kau bercanda kan, ayolah Seol jujur saja, aku kan sahabatmu."

"Mina, aku serius, duarius, beriburius! Barusan itu pamanku," terang Seol sambil menunjuk kearah pamannya tadi menghilang.

"Dia-tadi-itu? Pamanmu?" tanya Mina disusul anggukan kepala Seol.

"Adik dari ibumu?" Seol mengangguk kedua kalinya.

"Wah, wah! aku tak habis pikir. Kenapa tidak dari dulu kau kenalkan padaku Seol? Ah, jangan-jangan kau tidak mau membaginya denganku ya? mentang-mentang dia tampan seperti itu mau kau miliki sendiri. Eh, siapa namanya?"

Sudah Seol duga. Mina akan berubah menjadi detektif dan Seol seperti tersangka sekarang.

"Sung-jin, namanya Park Sung-jin."

Seol terpaksa memberitahu nama pamannya, karena jika tidak Mina akan mengganggunya dengan pertanyaan yang sama sampai jam sekolah usai.

"Oh, jadi namanya Sung-jin."

"Awas ya! jangan main-main dengannya," Seol peringatkan Mina, ia tau Mina akan berubah menjadi gadis centil jika sudah melihat laik-laki tampan, ingin rasanya berkata jika jangan dekat-dekat pamanya tapi Seol tidak ingin terlihat agresif, takut jika Seol ketahuan.

"Ha ha! sungguh, aku masih tak percaya. Yang benar saja? Ku pikir dia kekasihmu, padahal kalian tampak cocok, kau tahu sekarang kan musim yang muda suka dengan yang dewasa."

"Ha ha! Oh astaga, jangan salahkan aku ya jika aku nanti lebih sering ke rumahmu," goda Mina sambil tersenyum jahil pada Seol.

"Ya! Kang Mina, Awas kau!" Seol berusaha mengejar Mina dan berminat mecubit pipi chubby-nya, tapi Seol kalah gesit, mereka pun saling mengejar sembari menuju ke kelas.

Gara-gara Mina menggodanya begitu seketika sekelebat bayangan pamannya yang tertawa lepas terlintas dipikiran Seol dan membuat pipinya sedikit bersemu merah.

"Ya Lihat! wajahmu sudah seperti buah persik."

"Sini kau Mina! ku hajar kau."

Seol masih muda, ia pasti memiliki rasa egois walaupun sedikit, dimana ia ingin jika setiap hari bisa bertemu dengan pamannya

[Fin.]


Note: Maafkan cerita yang super gaje ini T-T buat para fans bang Sung-jin maafkan, dia kujadikan om om ahahaha, habis gemes lihat dia punya rambut baru kyk gitu, jadi kyk om om :')

SWEET DAY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang