Nanon menatap heran Chimon yang sejak pagi terlihat murung. 5 menit lalu bel istirahat berbunyi, biasanya Chimon langsung menghampiri tempat duduk Nanon dengan begitu semangat untuk mengajaknya ke Kantin bersama.
"Kenapa sih? Ada masalah?" Tanya Nanon begitu menghampiri Chimon, ikut menduduki kursi di sebelah Chimon.
"Kakak kamu kemana sih? Dihubungin susah banget?" Chimon menampilkan raut kesalnya begitu menatap Nanon.
"Oh. Jam segini sih dia di Kampus"
"Ckk aku juga tau. Tapi udah semingguan Kak Pluem susah dihubungin." Gerutu Chimon, tangannya meremas ponsel genggamnya kesal. Nanon hanya mengedikkan bahunya.
"Kenapa gak samperin aja ke Rumah?"
"Masalahnya aku gak tau Kak Pluem pulang ngampus jam berapa. Suka gak nentu. Kamu juga, satu rumah tapi gak tau apa-apa"
"Bodoamat. Aku pulang buat tidur makan doang"
"Dasar anak jalanan"
ฅ'ω'ฅ
Pukul setengah empat sore mereka sampai di Rumah Nanon. Pada akhirnya Chimon memutuskan untuk mengunjungi Rumah Nanon sambil menunggu Pluem pulang dari Kampus. Chimon berdiri menunggu Nanon memarkirkan motornya.
"Kenapa gak langsung masuk aja?"
"Hehe gak enak, udah lama gak main kesini"
"Huh dasar" Nanon menyentil pelipis Chimon begitu melihat cengiran sahabatnya itu.
Begitu memasuki kediaman keluarga Vihokratana tersebut, suasana terlihat sepi, hanya ada mereka berdua, sepertinya.
"Sepi banget, Mom Dad kamu kemana?"
"Ke ChiangMai, ngunjungin Nenek yang lagi sakit"
"Nenek sakit?"
"Hmm"
"Frank kemana?"
"Gak tau, tidur kali"
"Laper..." Rengek Chimon sambil memegang perutnya. Nanon yang melihatnya hanya terkekeh kecil.
"Ya udah aku delivery pizza mau?"
"Mau! Yang banyak keju nya"
"Hm, sementara buat ganjel perut makan aja cemilan yang ada di Kulkas" Chimon langsung melemparkan tas ranselnya ke Sofa yang ada di Ruang Keluarga. Kakinya langsung melangkah riang menuju Dapur. Sedangkan Nanon hanya tersenyum menatap kepergian Chimon yang tingkahnya seperti anak kecil itu.
"Kak Pluem" Chimon menatap Pluem yang sedang berdiri sedikit membungkuk dibelakang seorang wanita yang duduk di kursi meja makan. Entah apa yang sedang mereka lakukan. Yang pasti Chimon merasa hatinya memanas melihat Kak Pluemnya itu berdekatan dengan si wanita.
"Chimon. Kamu disini?" Pluem bertanya dengan ekspresi terkejut nampak diwajahnya. Melangkah mendekati Chimon yang masih berdiri di pintu Dapur.
"Kenapa gak bilang kalau mau kesini?" Tanya Pluem begitu berdiri di depan Chimon
'Percuma, ga bakal dibales' ucap Chimon dalam hati
"Oh kenalin ini Janhae, teman kampus . Jan, ini Chimon --"
"Pacar, aku pacarnya Kak Pluem" Lanjut Chimon, sedangkan Janhae hanya tersenyum canggung. Seketika suasana menjadi berbeda, tidak ada lagi yang berani mengeluarkan suara, Chimon memilih pergi meninggalkan Dapur.
"Ck kenapa lagi?" Tanya Nanon begitu melihat Chimon sudah berdiri dihadapannyanya yang kini sedang duduk di Sofa sembari memainkan game diponselnya.
"Mon!"
Panggil Pluem yang ternyata mengikuti Chimon menuju ruang keluarga itu. Sedangkan Nanon menatap keduanya bergantian dengan kerutan didahinya. Tapi tak lama Nanon dikejutkan dengan Chimon yang tiba-tiba memeluknya sangat erat seolah tidak mengizinkannya untuk bernafas. Langsung saja Nanon mencoba untuk melepaskan pelukan Chimon begitu melihat gelagat gelap sang Kakak yang menatapnya tajam.
"Mon, please.. Aku lagi males berantem sama Abangku" Bisik Nanon, posisi mereka saat ini adalah Chimon yang duduk dipangkuan Nanon dengan menenggelamkan kepalanya diceruk leher sahabatnya itu.
"Bodo!" Jawab Chimon semakin mengeratkan pelukannya. Akhirnya Nanon hanya bisa pasrah, menjatuhkan belakang kepalanya di kepala sofa, menghela nafas lelah.
"Mon, kamu salah paham, Janhae cuma teman satu jurusan. Kita lagi ngerjain tugas kelompok. Tadi di Dapur kita lagi makan, udah itu doang" Jelas Pluem prustasi, masih berdiri disana.
"Nanon... hayu anterin pulang" Rengek Chimon, tidak memperdulikan penjelasan Pluem.
"CHIMON!" Karena tidak tahan dengan sikap Chimon, Pluem membentaknya.
"Biasa aja dong Bang! Ga usah ngebentak segala." Nanon berdiri, membuat Chimon juga ikut berdiri. Tapi posisinya masih membelakangi Pluem.
"Ga usah ikut campur" ucap Pluem menatap Nanon tajam, Nanon menatap balik Pluem tidak kalah sengit.
"Udah Non, ayo pulang aja." Ujar Chimon, suaranya tersendat seolah menahan tangis. Nanon meliriknya lalu mengangguk.
"Chimon maaf, Kakak ga bermaksud bentak kamu. Kakak lagi emosi aja tadi, banyak tugas kampus yang belum kelar dan kamu malah salah paham gini, bikin Kakak tambah pusing. Kamu ngertikan? Jangan marah ya, hmm?" Bujuk Pluem, sambil tangannya memegang lengan Chimon.
"Aku ngerti ko, aku ngerti banget, aku ngerti Kakak sibuk sampe susah aku hubungin. Line aku ga dibales, telepon aku gak pernah diangkat, dan tiba-tiba tadi aku lihat Kakak sama orang lain sedeket itu. Gimana aku ga mikir yang engga-engga?"
"Maaf, kakak-" ucapan Pluem terpotong karena Nanon dengan cepat menarik Chimon pergi. Pluem hanya bisa menatap punggung kekasihnya semakin menjauh. Sedangkan seseorang mengintip kejadian dramatis itu dengan tatapan bersalah.
ฅ'ω'ฅ
"Udah dong, masih nangis aja" Ucap Nanon, sambil membantu Chimon melepas helmnya.
"Udah ngga" jawab Chimon dengan suara parau
"Alah paling besok juga udah baikan kalau entar malem uda chatingan lagi" Ujar Nanon bermaksud menggodanya.
"Gak bakal"
"Udah ya aku pulang, cuci muka sana. Nanti kalau Papi Mami kamu lihat, aku lagi yang disalahin karena dikira aku yang bikin anak perawannya nangis"
"Enak aja anak perawan" Ucap Chimon setengah berteriak, tangannya hendak memukul kepala Nanon, namun Nanon dengan cepat mencegahnya.
"Haha, ya udah aku balik ya"
"Hmm, makasih. Hati-hati. Chup" Lagi dan lagi Chimon mencium pipi teman sekelasnya itu. Nanon membiarkan tanpa bereaksi apapun. Sudah biasa memang, sahabat rasa pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONFUSED (NanonChimonPluem)
Fanfic"sebenarnya pacarku itu siapa?" -Chimon "aku" -Pluem "aku siap jadi siapapun buat kamu :)" -Nanon