Part Two

595 16 0
                                    

Dengan mengendap-ngendap dia kembali ke kelas 4/8 Ok. Sekarang waktunya duduk dan merenggangkan tubuhnya. Sebelum buk, kapur mendarat dikepalanya. Mengelus kepalanya yang sakit, semua murid di kelasnya melihat kearahnya.

"Itu contoh siswa yang tidak pernah memperhatikan dan tidak akan bisa naik kelas lain" teriak guru yang didepan sambil memoloti Pang, pang hanya menggaruk kepalanya ketika beberapa murid melihat kearahnya. "Manfaakan semua ilmu yang bapak ajarkan dan jangan jadi seperti dia." Pang hanya mendengarkan dengan malas apa yang guru katakan di kelas. Dia melihat ke jendela. "Sekarang, kita lanjutkan soal Parasut telur." Itu adalah rumus yang dia praktikannya ketika mengambil hp yang disita. Tersenyum.

Namaku Pang. Seperti yang kaliah lihat, aku cuma murid bodoh. Melihat kesekeliling. Banyak teman-teman sekelasnya yang seperti dirinya. Bermain game, mengobrol dengan murid di belakangnya. Lalu tertewa cekikikan ketika mendengar gosip terbaru. Tak ada satupun dari mereka yang mendengarkan guru di depannya. Yang masuk ke sekolah nomor satu negeri ini, tapi ada di kelas paling bawah di sekolah. Itu bukan masalah kalau saja sekolah ini nggak punya peraturan aneh, yang membagi-bagi kelas sesuai kecerdasan siswa. Sambil melihat ke pin yang ada di seragam sekolahnya. VIII.

Pang mengobrak ngabrik semak-semak di bawah. Mencari sesuatu yang dijatuhkan nya tadi. Melihat kesekeliling, siapa tahu ada orang yang mengambil duluan selain dirinya.

"Woi, Pang" seseorang memukul dirinya dengan tas.

"Sialan kau" ujar Pang kaget.

"Sekarang pakai taktik canggih, nih? Pakai eksperimen Parasut Telur?" tanyanya. Dengan memamerkan handphone yang ditemukannya. Dia menaiki gerbang, lalu berdiri di hadapannya. "Kau menganggap seirus hal-hal macam ini?"

"Ini rencanamu, kan?" tuduh Pang. "Tidak, aku memberitahu rencananya, tapi itu buat dua orang." Jelas nya. "Bagaimana kalau kau menjatuhkannya dan orang lain menangkapnya?" ucapnya menunjukan tangkapan handphone tadi.

"Tapi kau kan bukan orang lain." Jawab Pang mengambil Handphone di tangan temannya. "Lain kali hati-hati, jangan kayak bocah." Nasehat orang yang didepannya.

Ini Nack, sahabutku. Dia Siswa Kelas 1. Dan bergaul denganya adalah contoh terbaik untuk menunjukkan perbedaan siswa kelas atas dan bawah. Siswa kelas 1 punya lebih banyak keistimewaan dibanding kelas lain. Bisa makan siang lebih dulu. Yang artinya makanan kafetaria mereka lebih baik dari siswa bawah sepertiku. Pang melihat makanan yang sedikit dipiringnya. Karena dia siswa kelas VIII otomatis dia makan siang setelah kelas lain muncul. Hanya ada beberapa sendok nasi, entahlah ini adalah sisa makanan dari kelas lain.

Fasilitas juga lebih baik. Mulai dari Wi-Fi. Ritdha_4-1 sampai Ritdha_4-8. Nack bisa mendownload apa saja dengan cepat, dan koneksinya selalu stabil. Tidak seperti dirinya. Dia harus mencari sinyal, satu menit Nack selesai mendownload bergiga-giga file, sedangkah dia mencari sinyal dari satu koridor ke koridor lainnya. Sampai toilet. Toilet untuk kelas 8 seperti dirinya penuh dengan coret-coretan dari kata-kata sampai gambar-gambar yang tidak enak di lihat. Tidak ada air, jadi dia harus mengelap tangannya dengan baju seragamnya. Dan asramanya.... Siswa kelas 1 bisa memilih teman sekamar mereka. Siswa kelas 8 sepertiku mustahil tinggal di sana kalau bukan karena Nack.

"Tapi kurasa, itu tidak adil." Ucap Pang dengan tangan yang menyangga wajahnya.

"Apanya?" ucap Nack malas, dia bersandar dengan buku ditangannya.

"Sistem pembagian kelas sekolah. Cuma bikin siswa tambah merasa buruk."

"Memang kau merasa seburuk itu?" Tanya Nack mulai mengalihkan perhatiannya ke Pang. Pang terdiam sejenak "Nggak, sih. Tapi bikin frustasi." Nack tersenyum, lalu menyondongkan badannya agar lebih dekat ke Pang. "Makanya sekolah kita punya Tes Penempatan." Nack mulai menjelaskan. "Tes Penempatan itu kesempatan kedua buat siswa kelas bawah sepertimu. Kalau nilaimu bagus, kau bakal masuk kelas atas." Menggerakkan tangannya dari bawah ke atas. Lalu beralih ke buku yang dipegangnnya. "Nilaiku juga harus bagus agar tidak ditendang ke kelas bawah." Melanjutkan bicaranya lagi. "Intinya, kalau mau dapat hal baik, kau harus rajin belajar." Pang menggelengkan kepalanya, Nack tersenyum, turun dari tempat tidur dan duduk di sebelah Pang. "Jangan terlalu dipikirkan, Pang. Kurasa sistemnya bagus, kok. Murid sekolah kita rajin belajar. Memangnya ada sekolah lain yang begitu? Berusahalah biar naik kelas kali ini. Kesempatanmu makin kecil di M.5." Pang memandang putus asa. "Berhentilah mengeluh dan mulai baca bukumu!" Nack memukul kepala Pang dengan buku yang di genggamannya. Pang tertawa, begitupun Nack.

Pang masih memikirkan perkataan panjang kali lebar Nack tadi. Dia benar. Batin Pang. Tidak ada yang mau turun kelas, jadi kami semua rajin belajar. Bahkan kelas 8 berjuang untuk dapat nilai lebih baik. Melihat ke teman-teman sekelasnya yang sedang serius menyontek satu sama lain, sedangkan dirinya hanya melihat mereka dengan tangan di wajah. Tapi, apa harus begini?. Tanya dirinya.

TBC 

THE GIFTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang