Sepuluh

382 10 10
                                    

"Keluarkan kami, anak muda yang tolol! Apa salah kami semua? Kau pikir kau siapa bisa menculik kami seperti ini?" Tuan Dawton berteriak keras ke arah depan. Perjalanannya sebentar lagi berakhir. Jason tak perlu susah-susah menjelaskan apa yang sedang terjadi, karena cepat atau lambat, mereka bertiga akan tahu apa yang telah terjadi di masa terdahulu.

"Tutup mulutmu, bajingan tua! Kau akan segera mengetahui jawabannya."

Dengan mendadak, mobil menukik tajam ke arah komplek terbengkalai dengan semua bangunan jelek dan runtuh. Semua penumpang terombang-ambing karena jalanan yang dipenuhi bebatuan. Bila mereka terlalu lama di perjalanan, akan ada kemungkinan seseorang di pesta itu menyadari kehilangan keluarga Dawson.

Rem diinjak dengan sangat mendadak, membuat semua penumpang terlempar ke depan. Eksekusi akan segera dilakukan, aliran darah Jason yang dipenuhi kebencian mulai mendidih, ia ingin semuanya lancar terkendali. Sejauh ini, semuanya berjalan sesuai rencana, pikirnya.

Dua orang berpenampilan layaknya preman keluar dari dalam bangunan roboh di depan mobil, lalu berlari untuk mengeluarkan si tahanan. Jason melangkah di depan semuanya memasuki bangunan tua itu, lalu menuruni tangga di pojok ruangan, berbelok ke kanan dan ke kiri, sampai akhirnya berhenti di depan dua kursi yan berhadapan. "Ikatkan para wanita dan biarkan si tua ini melihatnya menderita!" Perintah Jason.

Saat itu, Sheri tak bisa melihat Jason seperti caranya melihat Jason sebelumnya. Ia telah berubah menjadi monster ganas yang tak berperikemanusiaan. Ia menjerit di balik penutup mulut yang ditalikan ke belakang lehernya. Matanya memerah dan basah, ingin menangis tapi ia tahu tangisannya tak akan merubah apa pun. Ia dan ibunya diseret dengan paksa untuk duduk di kursi yang berhadapan. Ia tak bisa melihat ibunya tersiksa, ia lebih baik mati terlebih dahulu daripada semuanya daripada melihat orang yang ia cintai tersakiti. Mereka berdua diikatkan dengan tali tambang kasar yang menggores kulit setiap kali mereka membuat pergerakan. Sekujur tubuhnya terasa sakit dan lelah, dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tatap mata ibunya, wanita yang selalu membuatnya aman dan sekarang tatapan itu tidak memberikan rasa aman apa pun. Yang ia lihat dari mata ibunya hanyalah rasa sakit dan keputusasaan. Kepala ibunya terkulai lemas, menunduk ke arah lantai dan tidak lagi melakukan pemberontakan apa pun. Di saat kritis seperti itu, Sheri teringat Tuhan dan ia pun berdoa untuk keselamatan semuanya.

"Ucapkan kata terakhir kalian, para wanita. Dimulai dari kau, wanita tua!" Jason menghampiri Nyonya Dawson dan membuka pengikat di mulutnya. Nyonya Dawson tersengah-engah dan membuang napasnya dengan cepat. Ia menatap benci ke arah Jason yang berlutut di hadapannya, seakan menghormatinya untuk terakhir kali. Hati Nyonya Dawson sudah dipenuhi kebencian pada pemuda itu. Dengan sangat cepat, Nyonya Dawson menenggakkan kepalanya dan meludahi pemuda itu. Jason tertawa terbahak-bahak, namun kejahatan terdengar dari tawanya. "Wanita liar!" Jason mengusap pipinya yang terciprat ludah, lalu membungkam lagi mulut Nyonya Dawson. "Kau telah kehilangan kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal."

Jason beralih pada Sheri yang tidak tahu-menahu apa yang sedang terjadi. Semuanya begitu mendadak dan tak terkira. Bagaimana mungkin kekasihnya yang selama ini menghabiskan kebahagiaan bersamanya tega melakukan hal sekeji ini.

Jason membuka tali yang membungkam mulut kekasihnya, lalu mencoba untuk menciumnya, namun Sheri memalingkan wajah dengan kasar. Ia tak mau menatap lelaki itu. "Apa yang ingin kau katakan, sayang?" Jason menunjukkan cengirannya, lalu meraih dagu Sheri. Saat mereka bertatapan, ternyata Sheri tengah menangis. Seakan ada semacam sihir dari matanya, otak Jason terganggu dari semua rencananya, hatinya melembut, badannya melemah, jantungnya membeku, dan perasaan bersalah menyelimutinya.

"Setelah semua yang telah kita lewati, Jason? Kau serius untuk melakukan ini pada keluargaku? Pada orang yang kucintai? Pada orang yang telah membesarkanku?" Tangis Sheri semakin dalam, ia ingin menjerit namun hatinya terlalu sakit untuk melakukan itu. "Aku bahkan tidak mengerti. Aku tidak mengerti mengapa kau tega melakukan hal sekeji ini padaku. Apa salahku? Apa salah kedua orangtuaku?"

DENDAM (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang