EPISODE 4

7.3K 364 10
                                    

꧁​꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧇꧔꧇꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧂


AUTHOR P.O.V.

Arya menatap Mocca tajam-tajam. Tidak biasanya Arya berlaku seperti itu. Rasa ingin tahunya perihal Bagus yang akan mengantarkan Mocca pulang malam ini menjadi alasan kuatnya. Pasalnya Mocca dan Bagus baru kenal belum lama ini, mereka tak terlihat dekat dan mereka posisinya hanya sebatas seorang anak didik dan seorang pelatih, begitu pikir Arya saat itu.

"Sebenarnya...dia itu anak pelatih MB ku waktu SD" kata Mocca.

"HAH! SERIUS?!" Arya berteriak kencang, ia terkejut bukan main setelah Mocca memberitahukan segala rahasia masa lalunya bersama Bagus. "Ja...jadi...?"

Mocca mengangguk lalu melanjutkan lagi ucapannya, "Iya. Aku sudah kenal dari lama saat aku masih SD, dia sudah SMP waktu itu. Kita kenal berapa tahun ya aku lupa, tapi setelah itu dia harus pulang ke kota untuk lanjut sekolah SMA"

"Awal ketemu kemarin aku nggak tahu kalau itu dia, dan aku nggak pernah menyangka sih. Kenapa aku nggak notice kalau itu dia, ya karena ia merubah namanya karena suatu alasan tertentu, dan juga setelah bertahun-tahun aku juga nggak ingat lagi sama wajahnya"

"Wah kamu pakai sembunyi-sembunyi segala dari aku, Mocc"

"Bukan gitu. Aku bingung saja mau cerita dari mana" ucapnya. "Makanya, Ar, mumpung aku diajak pulang bareng siapa tahu hubunganku yang pernah putus waktu itu bisa balik lagi seperti dulu" lanjut Mocca.

Arya hanya mengangguk paham. "Oke, oke. Alasan yang sangat cukup untuk diterima. Tapi itu terlalu singkat ceritanya"

"Itu udah lebih dari cukup kayaknya sih, Ar."

"Tapi ngomong-ngomong, mana orangnya kok nggak datang-datang? Jadi nggak tuh nganterin pulang?" tanya Arya heran. Mocca juga heran mengapa Bagus tidak kunjung ke parkiran untuk pulang. Padahal jam pulang latihan sudah berlalu lebih dari 15 menit yang lalu.

Mocca mencoba menelponnya. Panggilannya masuk tapi tidak ada jawaban dari Bagus. Ia lalu mendecih, matanya melirik pada jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Jadi apa nggak sih?" gerutu Mocca sendiri.

"Udah tinggal aja, nggak jelas juga loh, Mocc haha"

"Nggak enak. Udah janji pula aku tadi, masa aku tinggal" jelas Mocca.

Arya tersenyum, "Masih ada hari lain kali. Yuk pulang saja" ucapnya sembari meraih punggung Mocca. Mocca memegangi keningnya pusing. Gara-gara diajak pulang bareng saja pusing si Mocca.

"Oh begini saja. Kalau kamu pengen cepat-cepat pulang, duluan saja, aku nggak apa-apa disini"

"Yakin?" tanya Arya, "Aku bukan perkara itu, Mocc, kasihan kamu!"

Mocca mengangguk dengan kencang, "Yakin, kok. Daripada kamu kemalaman?!"

"Mocc, nggak mungkin aku ninggalin kamu sendirian disini"

"Nggak apa-apa, Ar. Nggak ada yang mau nyulik juga"

"Ya kalau kamu mintanya begitu, aku pulang. Ngapain juga nunggu yang nggak jelas seperti si Bagus itu" ejek Arya lalu tertawa.

"Sialan!"

Arya tergelak lagi, ia lalu menyerahkan helm Mocca yang tergantung di kaca spionnya. "Ya udah nih. Aku pulang ya"

Mocca mengangguk.

"Bener ya? aku pulang nih. Bukan perkara aku ninggal temen loh ya"

Mocca mengangguk bahkan sampai membungkuk. Arya lalu berlalu dari parkiran setelah itu. Kini hanya tinggal Mocca sendiri, bersama deretan-deretan sepeda motor yang terparkir cukup berantakan.

Pacarku, Pelatihku [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang