Alif mulai terbiasa dengan kegiatannya saat ini. Tidak hanya soal kuliah, banyak hal yang ia lakukan di negara itu. Kini Alif aktif dengan kegiatan masjidnya, mengikuti beberapa organisasi kampus, dan menjadi ketua perwakilan mahasiswa beasiswa dari kampusnya. Semuanya ia jalani dengan santai tanpa menjadikannya suatu beban. Itu semua atas dasar keinginannya sendiri.
Ratna tetap belum bisa menjauh dari Alif, padahal ia sudah memiliki beberapa teman di masjid tempat pengajiannya. Tapi ia masih merasa belum menemukan seorang yang benar-benar selalu bisa membimbingnya. Sejak saat itu, Ratna mulai terbiasa dengan pakaian syari'nya. Hingga saat ini ia masih tetap menggunakannya. Tekad dan niatnya untuk hijrah sudah tetap. Perlahan ia sudah mengurangi banyak bicaranya. Ia lebih sering menanyakan suatu hal yang belum ia ketahui pada Alif. Setiap hari ia semakin giat memperdalam ilmu agamanya. Tingkahnya saat ini membuat Alif sedikit tenang.
"Lif, nanti tolong sampaikan ke ustadznya kalo aku gabisa hadir hari ini, biar dia sampaikan ke istrinya."
"Kamu mau kemana emang?"
"Ada sesuatu yang mau aku cari."
"Hmmm... Oke deh."
Hari ini Alif berjalan menuju masjid sendirian. Biasanya Ratna selalu mengikutinya. Dalam pikirannya, ia penasaran dengan apa yang sebenarnya ingin dilakukan Ratna. Hingga tiba di masjid, Alif langsung menghampiri ustadz Ahmad.
"Ustadz maaf, sepertinya saya hari ini tidak bisa ikut kegiatan di masjid. Begitu juga dengan Ratna."
Alif merubah pikirannya. Ia ingin mengikuti kemana sebenarnya Ratna akan pergi. Ustadz Ahmad pun meng-iyakan pemberitahuan Alif tadi. Ia langsung bergegas pergi dan berlari mengejar Ratna sebelum ia pergi jauh dan menghilang.
Dari jauh terlihat Ratna sedang berhenti di persimpangan jalan. Ia terlihat seperti ingin menyeberang. Alif berhati-hati menjaga jarak agar tidak diketahui oleh Ratna. Ia pun mengikuti wanita itu menyeberang dengan berjalan diantara pejalan kaki yang lain. Layaknya seorang detektif, Alif mengendap-endap mingikuti targetnya. Tiba-tiba langkah Ratna terhenti. Alif segera bersembunyi dibalik tiang lampu jalan. Walaupun sebenarnya itu tidak menutupi dirinya sepenuhnya. Justru hal itu membuat Alif semakin terlihat jelas keberadaannya. Ratna terlihat seperti sedang mencari sesuatu dalam tasnya. Dari dalam saku, handphone Alif berdering. Dilihatnya ada panggilan masuk dari Bejo. Tidak dihiraukannya, langsung ia tekan tombol kunci layar handphone-nya itu. Terlihat Ratna melanjutkan lagi langkahnya. Tidak jauh dari tempat berhentinya tadi, Ratna memasuki sebuah toko bunga. Alif bergegas mendekati toko itu dan berusaha untuk melihat apa sebenarnya yang akan dilakukan Ratna. Ia mencoba untuk mengintip dari kaca depan toko bunga itu. Alif terkejut saat ia baru saja memalingkan matanya lewat kaca, dari dalam Ratna lebih dulu menampakkan wajahnya sambil tersenyum di depan kaca untuk mengejutkan Alif yang berniat ingin melihatnya. Lalu Ratna menghampiri Alif yang sedang kaget diluar.
"Hayoooo.... Kamu lagi apa??? Hahahahahahaa...."
Ratna tertawa melihat wajah Alif yang memerah malu karena ketahuan oleh Ratna.
"Hah? Engg.. enggak... Aku lagi ini.... Mau liat-liat bunga."
"Hahahahaa... Aku tau kok kamu bakal ngikutin aku."
"Ihh ke-geeran."
"Kamu lucu yaa kalo lagi panik hahahahaa..."
Alif benar-benar malu dengan apa yang baru saja ia lakukan. Ditambah lagi Ratna yang saat ini sedang bahagia mentertawakan dirinya. Sekarang ia bingung harus berbuat apa dengan keadaan yang sekarang ini. Ratna langsung mengajaknya masuk kedalam toko bunga itu.
"Kamu sebenarnya kesini mau ngapain?"
"Gapapa... Aku mau liat-liat bunga aja."
Alif menatap bingung Ratna yang sedang melihat-lihat bunga. Nampak raut bahagia diwajah Ratna. Wanita itu sepertinya benar-benar menyukai bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alif : Hafizh's Story
Teen Fiction🏅#1 in Motivasi novel (May 12, 2018) Popularitas semasa sekolah menengah membuat Alif hampir melupakan setiap juz yang sudah pernah ia hafal. Hingga akhirnya Alif memulai perjalanan rantaunya untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi. Disana...