- d; chance

335 62 7
                                    

chan tengah berkutat dengan laptopnya saat jisung dan changbin datang ke studionya. mereka membawa beberapa plastik makanan ringan di tangan masing-masing. pasalnya malam ini akan jadi malam yang panjang untuk menyelesaikan lagu baru.

"hm? ada gerangan apa kau menulis lagu seperti ini, hyung?" tanya jisung heran ketika melihat rangkaian nada yang tertera di laptop chan.

chan sedikit gelagapan saat jisung semakin memperhatikan track yang baru dibuatnya. buru-buru ia simpan hasil kerjanya dan menutup laptop. pandang jisung memicing ke arah chan.

"hyung, apa ini? astaga, ini terlalu cheesy untuk jadi lagu kita." changbin ikut berseru saat matanya membaca lirik pada secarik kertas di atas meja chan.

chan lagi-lagi dengan cepat merebut kertas itu, melipat dan menyimpannya dalam saku kemejanya. sial, dia lupa untuk membereskan semuanya sebelum dua makhluk ini datang. jisung dan changbin saling tatap sebentar sebelum akhirnya mereka menyerang chan dengan tatapan penuh kecurigaan. pria yang paling tua itu menatap keduanya bergantian sebelum akhirnya menghela napas menyerah.

"ini bukan lagu kita. aku sudah siapkan beberapa track dan base untuk lagu kita," ucap chan sembari membuka laptopnya kembali untuk menunjukkan hasil kerjanya.

"lalu untuk siapa? oh, astaga aku kira kau tak pernah dan tak akan pernah jatuh cinta!"

jisung tertawa setelah mengatakan hal itu. manik chan melirik kesal. changbin ikut tertawa lalu berucap, "seperti apa sosoknya? aku penasaran pada orang yang bisa buat kau jatuh cinta."

ingatan chan kembali pada malam ituㅡkeramaian hongdae, petikan gitar, dan senyumannya. wajahnya memanas, ia sedikit menundukkan kepala agar kedua adiknya tak melihat. jujur, chan jadi mulai merindukannya.

"kalau dia mau menerima tawaranku, kalian akan melihatnya. kuharap sebentar lagi."



woojin terpekur sekali lagi untuk hari ini. matanya masih lekat memandang kartu nama berwarna hitam di tangannya. pikirannya masih menimbang langkah apa yang akan ia ambil. chan terlihat baik, sangat malah. apalagi setelah woojin mencoba mencari namanya di internet, nama chan muncul di beberapa lagu populer milik artis-artis terkenal. dan fakta bahwa chan bekerja di salah satu agensi terbesar di korea selatan.

"masih galau?" suara adiknya menyapa telinga. "kenapa hyung tak coba saja? hanya rekaman satu lagu kan?"

woojin masih menatap gamang kartu nama chan saat dia menjawab, "aku takut jika aku punya keinginan dan harapan semu nantinya."

seungmin, adiknya, menatap sang kakak sedih. kakaknya jelas punya bakat luar biasa, sampai seungmin yakin kalau kakaknya akan punya masa depan yang cerah di bidang musik. tapi siapa sangka kalau woojin pada akhirnya memilih menjadi seorang akuntan di salah satu perusahaan? oh, tentu saja itu orang tua mereka.

kali ini seungmin meraih tangan woojin, menggenggamnya sedikit erat. "tak apa hyung, hanya sekali ini saja. setidaknya kau berhak mendapatkan yang kau inginkan walau hanya sekali."

woojin tersenyum menatap adiknya, disertai sebulir air mata yang menuruni pipinya



telepon chan berdering saat ia tengah menyusun beat di komputernya. alisnya berkerut saat melihat nomor tak dikenal yang meneleponnya.

"halo."

"halo, apakah ini dengan bang chan?"

chan terdiam membeku. ini suaranya, suara favoritnya.

"y-ya, ini dengan chan. apakah ini woojin?"

 "oh? bagaimana kau tahu ini aku? hahahaha."  oh, jadi seperti ini suara tawanya. chan suka.

"um, aku sedikit punya kemampuan lebih dalam mengingat suara," alibi chan. nyatanya siapa yang akan lupa pada hal yang jadi cinta pertama?

"wow, itu keren. aku jadi sedikit iri."

chan menggigit bibir bawahnya gemas. "tidak, suara indahmu lebih membuatku iri."

"astaga, aku sungguh tersanjung, pak produser. tapi um... chan, aku ingin bicara mengenai tawaranmu. jika itu masih berlaku tentu saja."

"oh, tentu saja masih berlaku! jadi... bagaimana keputusanmu?" 

hening menyapa konversasi itu untuk sesaat. jantung chan berpacu dengan cepat, begitu pun pria di seberang telepon. keduanya sama-sama resah akan respon lawan bicaranya. mereka sama-sama mengharapkan sebuah kesempatan.

"aku akan coba, tapi hanya sekali ini saja."

tolong ingatkan chan untuk berhati-hati, karena dia tengah meloncat-loncat kegirangan di dalam studio yang dipenuhi peralatan producing.

ㅡto be continued.


gatau kenapa, aku suka liat chan jadi pihak bucin hahahaha. anw, thank you for your supports!♡ hope i can write better and have more fun plots for this fic!

 anw, thank you for your supports!♡ hope i can write better and have more fun plots for this fic!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

and here is woochan with baby felix💖 (cr

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

and here is woochan with baby felix💖 (cr. skzshots)

voice. [ woochan ]Where stories live. Discover now