4

250 32 0
                                    

Sial, sial, sial

Harusnya tadi Jennie ingat untuk membawa buku merah muda itu. Tapi karena semalam ia ketiduran, ia jadi lupa untuk membacanya lagi dan memasukkannya ke tas sekolahnya.

Hari ini, Ibu Chaerin yang tadi mengajar sedang izin untuk rapat, dan sekarang para siswa sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Jennie melirik sedikit ke arah belakang, lebih tepatnya ke arah Taeyong yang sedang memejamkan kedua matanya dengan tangan yang bersedekap di dadanya.

Harusnya ia sekarang bisa menanyakan hal itu ke pria tersebut. Tapi karena ia lupa membawa buku itu, ia jadi ragu. Apalagi nanti ia malah di cap jadi gadis yang terlalu percaya diri lagi.

Ia juga ragu apa benar buku itu milik Taeyong? Itu tidak mungkin kan? Pria seperti Taeyong tidak mungkin punya barang berwarna merah muda seperti itu. Dan lagi, Taeyong itu adalah pria paling akhir dalam daftarnya yang mungkin menyukai dirinya. Terkadang Jennie berpikir mungkin Taeyong tidak akan pernah melihatnya sebagai wanita pada umumnya. Ia jadi mengingat pada jaman dulu saat mereka masih di sekolah dasar, Taeyong selalu menjahilinya dengan memasukkan binatang-binatang menjijikan ke tas sekolahnya. Jennie hanya bisa menangis yang dibalas tawa olehnya. Hal itu berlanjut hingga sekarang. Jadi tidak mungkin bagi Taeyong untuk menyukainya kan?

Tiba-tiba pria itu membuka matanya dan menatap tepat pada kedua mata Jennie. Gadis itu gelagapan dan segera membalikkan tubuhnya kembali. Ia menarik buku yang sedang di baca Jisoo dan berpura-pura membacanya.

"Waaah so sweet banget ya cowoknya!"

Jisoo memandang aneh temannya itu. Lalu pandangannya beralih pada pria tinggi yang tiba-tiba berdiri di meja mereka.

"Taeyong, kenapa?"

"aduh gawat, gawat!"

Jennie makin menenggelamkan wajahnya pada buku Jisoo. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya seolah asik membacanya.

Sedangkan Taeyong, pria itu mengerenyitkan dahinya melihat kelakuan Jennie. Dasar cewek aneh!, batinnya.

"Ngapain lo tadi liatin gue?" tanya Taeyong langsung mengabaikan pertanyaan Jisoo.

Jennie masih pura-pura tidak mendengar.

Pria itu mendengus kesal, lalu menarik buku itu dari tangan Jennie. Ia sedikit menundukkan kepalanya untuk sejajar dengan wajah Jennie. "Gue tanya, ngapain tadi lo liatin gue?"

Jennie menelan ludahnya gugup. "Ge-geer banget sih lo! orang gue tadi lagi liatin si Yuta!"

Taeyong tertawa pelan. Ia menegakkan tubuhnya sambil menyisir rambutnya kebelakang. "Yuta izin gak masuk karena sakit, kalau lo lupa."

Sial! Jennie menepuk dahinya. Lalu ia menatap Taeyong dengan berani. "Terus kalau gue ngeliatin lo kenapa? Mata-mata gue ini kan!"

"Oke then, gue cuma peringatin aja ke lo, awas jangan kelamaan liatnya, nanti suka!" balas Taeyong sambil berlalu. Namun belum dua langkah berjalan, ia kembali lagi untuk menutup buku yang tadi dibaca Jennie dan berkata sebelum berlalu, "By the way, ini buku Sherlock Holmes, gak ada cinta-cintaannya."

Jennie menutup wajahnya malu. Jisoo yang sedari awal hanya menjadi penonton hanya mendengus malas. "Dasar, ya lagi lo Jen, makanya jangan asal ambil buku orang!"

Gadis itu tidak mendengarkan dan berteriak dalam hati, "Aaaaaaa, dasar Taeyong! Tuh kan gak mungkin buku itu punya dia!"

His Diary About Jennie KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang