kita

36 10 5
                                    

Entah mau dimulai dari mana, aku pun bingung. Dari pertama kita bertemu? Dari pertama kita berbincang? Atau dari pertama kita dekat ? Aahh entahlah.

Hari ini hujan ditempatku. Mau tak mau membuatku kembali memikirkanmu, semua. Aku kembali mengingat semua percakapan kita, semua interaksi kita selama ini, dan tentang aku yang telah menyimpan rasa ini sejak lama. Ingat ketika kamu menggodaku habis habisan. Ketika dengan entengnya kamu mengatakan 'aku suka kamu' atau 'kamu mau gak jadi pacarku?' . Awalnya aku kira kamu serius , tapi aku coba tahan untuk menjawab 'iya mau', aku tak ingin dengan gampangnya mengatakan itu,aku ingin melihat keseriusanmu. Dan, semua itu terbukti ketika kamu bilang bahwa kamu menyukainya. Kamu menyukainya. Kamu tak serius. Tawaranmu kepadaku hanya untuk kesenanganmu, kamu hanya ingin bercanda denganku. Hari itu kamu mengajak ku bicara.
" Hei, ada yang ingin kubicarakan",katamu.
"bicara saja"
"Boleh ku minta pendapatmu? Bagaimana jika aku menjadikan dia pacar? Aku sudah lama dekat dengannya". Diam, respon pertamaku. Tatapan ku kosong , tak menyangka kamu akan mengatakan itu . Tak menyangka juga selama ini kamu dekat dengannya. Mengapa aku tak tau? Aku kira selama ini kamu hanya dekat denganku ,ternyata tidak. Tapi aku tak boleh egois. Banyak yang bilang level tertinggi dalam mencintai adalah merelakan dia bersama yang lain bukan ?
" Dia baik, manis, tidak terlalu putih tapi menarik. Tapi Itu terserah kamu, kamu yang menjalani bukan aku, jangan minta pendapatku , minta saja ke yang lain. Sudah ya."
Tak lama, satu minggu setelah itu aku mendengar kamu berpacaran dengannya. Aku bertanya kepada temanku, dan dia bilang bahwa itu benar. Huft,aku belum percaya. Aku memutuskan untuk bertanya padamu langsung. Dan hasilnya? Kamu juga mengatakan hal yang sama, bahkan dari cara bicaramu saja terlihat bahwa kamu senang bukan main, tanpa diminta kamu menceritakan bagaimana kamu memintanya menjadi pacarmu, bagaimana dia dengan manisnya mengatakan kalau dia juga sama menyukaimu. Hahhh, hampir gila rasanya . Aku memilih memotong perkataanmu.
"saat dia bilang kalau dia juga menyukaiku, aku sangat bahagia, duhh manis-"
"sudah dulu ya aku ada urusan, ceritanya lain kali saja. Oh iya, selamat ya semoga kalian berdua bahagia,jangan lupa traktirannya. Haha"
"oke tidak apa apa, iya terimakasih. Woh haha, iya tidak akan lupa kok, masa aku aku lupa sama temanku yang satu ini" sambil merangkulku. Aku hanya tersenyum menanggapinya ,dan kemudian berlalu darinya.
'masa aku lupa sama temanku yang satu ini' . Masih terngiang dikepalaku. Teman ya? Ah iya kita ini hanya teman, dan tak akan pernah lebih dari kata itu. Yasudahlah, aku hanya bisa menghela napas.
Hari berganti hari ,bulan berganti bulan. Aku dan kamu masih berkomunikasi walau tak sesering dulu. Sekarang ingin mengobrol lebih lama pun tak bisa ,karena kamu selalu bersamanya. Yang biasanya kita chating-an sampai tengah malam, sekarang membalaspun kalau sempat. Makin kesini aku belajar menerima keadaan, kamu tidak bisa dipaksakan , dan aku yang tak pernah berani untuk berterus terang. Jika aku berterus terang aku takut hubungan kita makin renggang.

5 bulan lebih 8 hari . Hubunganmu dengannya makin dekat. Tiap kali aku melihatmu dengannya aku hanya bisa tersenyum dipaksakan, atau kadang tidak sengaja menampakkan raut kecewa. Tapi untungnya kamu tidak melihat,huh untungnya. Kalian mau tanya bagaimana hubunganku dengan pacarnya? Jawabannya kami tidak dekat, hanya sebatas tau nama masing masing. Kalaupun bertemu juga hanya saling melempar senyum, setelah itu berlalu.

Januari, 2019.
Aku masih saja berharap kalau sewaktu waktu kau akan membalas perasaan ku. Tahun ini kau menjadi lebih dekat denganku, hubunganmu dengannya sedang tidak baik. Kau kembali kepadaku, kembali menggodaku dengan kata katamu, kembali mengajakku kesana kemari,kembali mengulang semua sebelum kau bersamanya . Lelah rasanya, tapi mau bagaimana lagi? Ini kan yang ku harapkan? Kamu kembali padaku, seperti dulu. Aku tak lagi kesepian, kamu disisiku sepanjang hari.
Tak lama hubunganmu dengannya kembali membaik, aku dan kamu menjauh. Selalu, seperti bulan bulan sebelumnya, ketika dalam masalah kembali padaku dan setelah itu pergi lagi. Lelah, terlintas dipikiran ku untuk menyerah saja, mengubur rasa ini dalam dalam, menjalani hari hari seperti biasa. Dan mencari kesibukan agar aku tak selalu memikirkanmu.

28 Januari
Aku memutuskan untuk menyerah, mengubur rasaku. Melakukan banyak kegiatan yang membuatku lupa akan dirimu. Aku mencoba biasa biasa saja saat bertemu denganmu. Tapi itu tak bertahan lama.
Hari ini. Saat ini. Jam ini. Aku kembali mengingatmu, ingatanku melayang ke tahun lalu , dimana awal dari kerenggangan hubungan kita. Tapi aku sudah bertekad untuk melupakanmu, bukan melupakan namamu, tapi melupakan semua hal yang kita lalui selama ini. Oh tidak. Sudah. Aku ingin mengakhiri semuanya.
Aku hanya ingin mengucapkan Terima kasih telah mewarnai hari hariku. Terima kasih sudah memberi pelajaran sangat berharga. Terima kasih untuk semuanya dan Selamat . Semoga kamu selalu bahagia.







Note.
Akhirnya setelah mikir berkali kali dipubslih juga ini cerita. Hehe. Monmaap kalo bahasanya baku, ingin aja sih. Dan ceritanya rada gimana gitu. Yaudah lah ya. Haha. Semoga seneng bacanya. Thanks .
Jangan lupa voment nya.

V O T E _ COMMENT

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang