Mata yang membola lucu, namun sudut mata yang tajam membuat Anna terlihat galak. Sia-sia mata bulatnya karena ekor matanya.
Emosi yang naik turun seperti rollercoaster, sifat yang seksisme berhasil membuat Anna membangun dinding tinggi tak kasat mata disekitarnya.
Anna yang selalu menganggap sebagian besar laki-laki adalah sampah. Enggan bergantung pada laki-laki namun akhirnya tetap tersungkur dihadapan lawan jenisnya itu.
Anna tau batasannya, tapi ego menahan bahunya agar tidak jatuh walaupun sia-sia.
"Gue malesnya sama cowok itu begini"
Anna mengusak rambutnya gusar. Irene diam menatapnya prihatin. Irene ga tau kalau cueknya Haris itu ternyata in another level.
"Apa gue salah ya minta dicariin? Iya sih lagian gue siapanya juga"
"Mulai deh nanya sendiri jawab sendiri" Tan mukul bahu Anna dan dibalas dengan raungan Anna yang dilema entah marah atau sedih.
"Gak salah kok na, aduh gimana ya gue kira Haris treat you better gitu kalo udah jadian"
"Ya gue mikirnya juga gitu ren"
Anna naroh kepalanya dimeja, nutup mukanya pakai tudung hoodie kelas."Jadi lo mau gimana?"
Tanya Tan. Anna ngehela nafas."Gue udah bilang kalau gue ga suka di cuekin. Kalian tau kan gue orangnya agak caper caper gimana gitu? Sumpah kalo dicuekin juga rasanya apa beda sama orang-orang dirumah? Gue mending sendirian ga ada orang disekitar gue daripada ada orang tapi kaya ga ada"
Anna pusing sendiri mikirin apa yang salah dengan dirinya. Anna ga butuh banyak perhatian cukup dari orang terdekatnya aja. Apa permintaan Anna masih kelewatan? Apa Anna serakah?
"Gue balik duluan ya" Anna bangun dari kursinya.
"Pulang sama siapa? Ga les?"
"Bolos" Anna narik tasnya dan balik badan.
"Heh pulang sama siapa!"
"Jangan bilang Haris, gue balik bareng Arta"
《save me, save you》
Entah ini kehitung selingkuh atau engga, tapi yang jelas jantung Anna sudah ga berdegup kencang kaya dulu lagi. Arta memang sudah menempati posisi teman bukan teman berbagi lagi.
"Bolos les?"
Tanya Arta yang dibalas dengungan oleh Anna.
"Pelajaran apa?"
"Matematika"
Arta ketawa, dia masih ingat kalau matematika adalah pelajaran yang sudah masuk daftar blacklist Anna. Tapi Arta tau, ada sesuatu lain yang salah.
"Kenapa?"
"Capek aja"
"Batin?"
"Gue ga gila ya" nada bicara Anna terdengar sinis, Arta bisa nangkap kalau Anna lagi sensi dengan hal yang sejenis.
"Ada gitu yang bilang capek batin itu gila?"
"Apaan sih?! Nyetir aja sana" Anna mukul helm hitam Arta ga santai.
"Heh ngerinya ini tegetar kepala"
"Ihh Arta Hakim gausah ngereceh!"
"Siapa yang ngereceh sih astaga. Lo kenapa? Sensi banget"
Hening.
Arta ngerasa bahu dibelakangnya bergetar.
"Nangis aja kalau habis ini lo ngerasa enakan"
"Lo tuh ya nyebelin banget ta. Dimana-mana orang nyuruh diem jangan nangis, ditenangin kek apa kek"
"Kalau sedih ya nangis, kalau marah ya luapkan. Apa yang salah?"
"Kalau kecewa?" Tanya Anna random. Tapi dalam hati sedikit mengharapkan jawaban Arta yang waras.
"Lepaskan kalau ga kuat, dan sebaliknya"
"Hah?"
"Kalau lo kuat ya tahan. Gue tau lo kuat. Ngadepin gue aja lo kuat. Hahaha"
"Gausah ketawa ta, garing banget"
"Ini apa gue ikut nangis juga nih biar sedih berjamaah?"
Anna mukulin bahu Arta.
"Pukulin aja asal jangan mukul cermin lagi""Engga, siapa yang mukulin cermin? Emang pernah"
"Sok lupa"
Anna nyengir, "makasih"
"Apa?"
"Nganterin pulang"
"Iya"
"Nanyain kabar juga"
"Iya"
"Makasih udah dengerin omongan ngelantur gue. Tapi gue ga halu kok"
Arta senyum, Anna bisa liat dari spion.
"Makasih masih punya pikiran untuk tetap hidup."
Anna diam. Kenapa Arta sebaik ini? Apa Anna baru sadar atau Arta yang sudah jadi lebih dewasa?
"Masalah sekolah, keluarga atau apapun itu. Ingat aja kalau itu bukan akhir dari dunia."
"Hmm"
"Termasuk orang tua lo yang mau pisah, bukan akhir dari dunia na."
Mata Anna mulai berair. Ada rasa bersalah dengan Haris karena Arta lah orang pertama yang tau tentang perpecahan keluarganya.
"Dan yang jelas, ga semua laki-laki itu brengsek. Tanpa memandang gender, semua orang bisa brengsek dengan caranya masing-masing"
Tangis Anna pecah, Anna kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
save me, save you ;Taeyong-Jisoo
FanficI'm losing my patience all in your half apologies