Teriakan Ibu membuatnya terbangun dari mimpi indahnya, membuat ia bersungut-sungut. Pasalnya, ia bermimpi bertemu idol kecintaannya, Kai EXO. Kai EXO menggenggam tangannya dan berkata bahwa ia senang bertemu dengannya membuat gadis itu senyum-senyum sendiri. Hatinya masih berdebar-debar, padahal semua itu hanyalah mimpi. Mimpi saja sudah membuatnya sebahagia ini.
Ia menyibak selimutnya, lalu berjalan ke kamar mandi. Setelah membersihkan diri dan bersiap-siap ke sekolah, ia meraih tasnya, dan menuju meja makan. Di sana sudah ada Ibu yang berkutat di depan kompor dan Ayah yang membaca koran. Matanya menyipit, menyadari bahwa ada satu makhluk yang seharusnya ada di sini.
"Bangunin Kakakmu itu. Nanti kalian terlambat lagi." ucap Ibu sembari membawa semangkuk besar nasi goreng.
Kepalanya mengangguk, lalu menuju ke kamar Kakaknya. Ia membuka pintu tanpa mengetuk karena tidak dikunci. Kebiasaan kakaknya, memang, jarang mengunci pintu. Ia bahkan tidak sengaja membuka pintu ketika Kakaknya tengah berpakaian, membuat mereka adu nada tinggi. Tetapi, karena sudah terlalu sering mendapati Kakaknya seperti itu, ia tidak lagi bereaksi penuh. Ia menjadi terbiasa. Kakaknya pun begitu.
Ia menghela napas begitu melihat pria itu masik mendengkur di bawah selimutnya. Dengan sigap, ia menarik selimut yang menutupi wajah Kakaknya dan memencet hidungnya dengan lama, sengaja biar dia bangun. Benar saja, pria itu bereaksi, tetapi tidak membuka mata. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga pria itu, lantas berteriak.
"MALINGGGGGGGGG NGENGGGG!"
"MANAAA ANJIIIIRRRR!"
Pria itu langsung terduduk dengan mata yang sayup-sayup. Kedua tangannya dengan sigap berubah menjadi jurus karate. Melihat hal itu, ia tertawa terbahak-bahak. Ekspresi panik itu berubah menjadi rengekan karena telah menjadi korban kejahilan di pagi hari.
"Apaan, sih, Rin! Nggak lucu, ah!" serunya ngambek.
"Makanya bangun, Kebooo!" ledek gadis itu, Rintik namanya, dengan semangat. "Cepetan mandi! Kalau telat lagi gue banting PS lo, nggak mau tau!"
Rintik keluar dari kamar kakaknya, meninggalkan pria itu yang masih sibuk mengutuk dirinya. Gadis itu duduk di sebelah Ayahnya dan meneguk segelas air mineral. Tidak lama kemudian, pria itu tiba di meja makan dan duduk berhadapan dengan Rintik dan bersebelahan dengan Ibu. Wajahnya masih terlihat kesal. Dia tambah jelek jadinya.
Keempat anggota keluarga itu sarapan bersama. Rintik dan Kakaknya saling melempar tatapan tajam, membuat Ibu yang melihatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Senja, jam berapa kamu tidur tadi malam?" tanya Ibu.
Pria itu, Senja, menjawabnya dengan malu-malu. "Jam dua, Bu."
"Kelelawar." celetuk Rintik, membuat Senja hampir saja melempar sendoknya ke wajah menyebalkan itu.
"Kamu sudah kelas dua belas, Senja. Pikirkan kuliahmu." sahut Ayah. "Katanya kamu mau sekolah kedokteran?"
Rintik hampir saja menyemburkan nasi ketika mendengarnya. Senja mau sekolah kedokteran? Pria yang siang-malam hanya bermain game itu hendak menjadi dokter? Yang benar saja!
Kalau benar terjadi, Rintik akan split seharian penuh.
"Iya, Yah. Semoga beruntung aja deh." balas Senja yang seperti biasanya, mengharap keajaiban tanpa berusaha. "Tertawa aja lo, Rin. Kalau gue jadi dokter beneran, awas lo bangga-banggain gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik dan Senja
Teen FictionRintik menyukai Senja dalam segi apapun. Rintik selalu bahagia ketika Senja berada di sisinya, walau hanya sekedar mengganggu. Cita-cita Rintik sejak dulu adalah menikahi Senja. Tetapi, takdir telah menciptakan garis di antara mereka. Baik Rintik ma...