Kinan
Gue, seorang pelajar SMA. Gue bukan termasuk cewek cantik ataupun cewek populer di sekolah. Tapi gue cukup dikenal orang. Kenapa? Karena gue adalah bahan bully-an.
Gue sama sekali gak punya teman di SMA, teman jalan ke kantin aja gak ada.
Mungkin, karena gue terlalu sibuk sama dunia gue.
Di saat anak-anak seusia gue sibuk mikirin feeds di instagram mereka atau mirikin pacar yang direbut sama sahabatnya sendiri. Gue lebih milih duduk di sekolah dengan paling sedikit 3 buah buku di samping gue. Buku tebel yang isinya bukan tentang Dilan sama Milea ataupun pulang pergi nya Tere Liye.
Chemistry for University
Geography
Buku Saku MatematikaCuma buku semacam itu yang gue punya.
Gue duduk di bangku paling depan, tanpa ada temen sebangku karena kebetulan murid di kelas gue jumlahnya ganjil.
Kalo lo mikir anak bully-an biasanya duduk di bangku paling belakang, lo salah. Karena bangku paling depan adalah bangku yang paling dihindari karena berhadapan langsung dengan papan tulis dan guru.
17.00
Hari ini cukup cerah, karena udah jam segini langit masih berwarna oranye terang. Gue berjalan ninggalin sekolah karena rumah gue deket dengan sekolah.Gue udah terbiasa ditabrak dengan sengaja saat gue berjalan sampe bawaan gue jatuh berantakan.
"Eh, gue gak liat."
Cuma itu yang akan dikatakan, tanpa ada maaf atau perasaan bersalah.Saat hampir dekat dengan rumah, gue ngelihat seseorang di pinggir jalan dengan pakaian seragam SMA gue.
Aldev
Satu-satunya orang yang gak pernah ikutan nge-bully gue. Bukan karena dia baik ke gue, tapi dia anggep gue ada aja enggak.
Gue berniat untuk pura-pura gak liat dan lewat begitu aja sebelum dia tiba-tiba panggil gue.
"Eh, lo." Mukanya gak santai, gak songong juga. Gue berhenti dan berbalik ke arahnya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Bukannya menanyakan kenapa gue gak jawab pertanyaannya, dia justru menambahi, "Ini pulpen lo, kemaren jatuh di bawah kursi lo. Kayaknya kemaren lo nyariin," kata Aldev sambil nyodorin pulpen joyko yang hampir habis itu ke arah gue.
"Makasih," kata gue dengan nada bicara datar. Kemudian Aldev pergi gitu aja dengan motor hitamnya.
Aldev
Bukan dambaan setiap cewek yang ada di sekolah gue,
Bukan tipe cowok pengganggu,
Bukan yang selalu memulai perkelahian,
Tapi, diaSatu-satunya yang bisa buat gue senyum sendiri
Satu-satunya yang bikin gue gak akan pernah ngebuang pulpen gue sekalipun udah gak ada tintanya
Satu-satunya yang bisa bikin hati gue terasa ada di tempatnya.
***
"Kinan, makan dulu. Apa mau diambilin?" Kata seorang perempuan paruh baya yang sekarang ada di ambang pintu kamar gue.
Gak, perempuan itu bukan ibu gue.
"Eh, iya bude. Nanti Kinan ambil sendiri"
Perempuan itu adalah kakak dari ayah gue.
Gue tinggal dengan bude gue yang suaminya udah meninggal bahkan sebelum mereka dikasih momongan.
"Seorang tentara tewas seketika setelah tertembak oleh sekelompok bersenjata"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinanti
RandomNot sure about anything that she have to walk trough. She learns anything from everyone. She will always be maybe Never be yes Yet never be no