Sejak pagi tadi, Ginting sudah dalam perjalanan menuju Cimahi.
Dengan menggunakan mobilnya dia berangkat pagi sekali karena takut terjebak macet.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, akhirnya Ginting sampai di rumah.
"Mah? Pah? Dek?"
Ginting mengetuk pintu sambil memanggil mereka.
Tiga kali tak ada jawaban, akhirnya dia mencoba membuka pintu, ternyata pintu tidak dikunci.
Begitu pintu dibuka dilihatnya sang adik, Niken sedang tidur di sofa. Ginting langsung menghampiri Niken.
"Dek, dek"
Niken yang merasa terpanggil bangun, lalu ia mengusap-usap matanya melihat orang yang didepannya.
"Sapa nih?"
Ginting mendelik. "Siapa coba? Melek dulu lah yang bener."
Niken menurut, dia duduk dengan benar lalu membuka matanya.
"Lah aa', ngapain pulang?"
Ginting mendelik, apa adiknya tidak senang dengan kehadirannya?
"Kamu mau aa' pergi lagi?"
Niken cengar-cengir. "Eh bukan gitu, biasanya juga kalau mau pulang bilang dulu"
"Dadakan, lagian males lama lama di jakarta, toh akhir bulan juga turnamen di sabuga."
Niken mengangguk. "Yaudah sana istirahat ke kamar, aku mau lanjut mimpiin Seo joon."
"Eh bentar, mamah sama papah kemana?"
"Kemana ya?" Niken berpikir sesaat. "Oh, ngejemput temennya katanya di Bandara Soetta."
Niken kemudian kembali tidur, dan Ginting masuk ke kamarnya.
Belum sempat ganti baju, mungkin karena efek lelah juga, Ginting langsung tertidur tak lama setelah badannya menempel di kasur.
-----
"Nik.. Ony.. Bangun nak."
Ginting akhirnya bangun setelah beberapa kali di bangunkan oleh mamahnya, Lucia.
"Ada apa mah?" Ucapnya sambil menggeliat.
"Kata Niken kamu pulang, kok gabilang mamah?"
"Dadakan mah."
Lucia menggeleng mendengar ucapan sang anak, pasalnya Ginting pulang selalu mendadak dan jika ditanya alasannya selalu menjawab 'Dadakan'.
"Yaudah bangun gih udah jam set 1 , mandi juga ya. Kita makan siang bareng"
Ginting mengangguk, lalu ia duduk sebentar dan bergegas ke kamar mandi.
------
Seusai mandi Ginting segera menuju meja makan, disana sudah ada orangtuanya dan Niken yang sedang menunggunya.
"Aa' lama banget mandinya, aku lapar tau!" Ujar Niken dengan memasang wajah cemberutnya.
"Kenapa ga duluan aja?" Ginting menarik kursi dan duduk disebelah Niken.
"Kita kan udah lama gak makan bareng gini,Nik." Ucap Lucia sambil mengambilkan nasi untuk Edison.
Ginting tak ingin bertanya lagi, diapun mengambil makanan yang tersedia di meja lalu memakannya.
"Om praja sama Tante Marlene jadi kesini gak pah nanti malem?" Tanya Niken.
"Jadi, sekalian makan malam. Kalian jangan kemana mana ya."
Ginting menghentikan aktifitas makannya sesaat. "Mereka siapa?"
"Nanti juga tau" Jawab Niken sambil mengunyah makanannya.
Ginting menaikan sebelah alisnya. 'Idih tumben rahasia-rahasiaan gini.' Ujarnya dalam hati.
Malam harinya, semua sudah berpakaian dengan rapih untuk menyambut teman dari orangtua Ginting.Makanan, minuman, beserta dessertnya pun sudah tertata dengan rapih di atas Meja makan.
Ginting baru keluar dari kamarnya, ia mengedarkan pandangannya, seketika ia terpana dengan isi rumahnya. Jarang sekali ada tamu yang diperlakukan istimewa seperti saat ini.
"Kamu kok baru keluar kamar sih, Nik?" Lucia menghampirinya lalu merapihkan kerah kemejanya.
"Yang rapih dong". Lanjutnya.
"Kok kita formal banget sih Mah, emang mereka siapa sih? Pejabat?" Ginting tak mampu menahan lagi pertanyaannya.
Lucia tersenyum sambil menatap anaknya itu. "Sahabat lama mamah sayang, dulu waktu kamu kecil kamu suka diajak main ke luar kota sama mereka."
"Aku pernah sedeket itu sama mereka?"
Lucia mengangguk.
Saat Ginting akan kembali lagi bertanya, suara Bell berbunyi.
"Ah sepertinya mereka datang, siap siap di meja makan ya nak" Lucia pergi, dan Ginting menuruti perintah orang tua untuk segera ke meja makan.
-----
"Iya Luc, aku gak nyangka loh Anthony udah sebesar ini, bahkan Niken pun masih di kandungan seinget aku." Ucap Marlene.
Ginting dan Niken tersenyum menanggapinya.
"Jadi inget dulu kalau Anthony dibawa main ke jakarta, di mobil pasti ribut mulu sama Lea hahaha" Lucia tertawa mengingat masa lampau.
Ginting mengerutkan keningnya, dia cukup familiar dengan nama yang disebutkan oleh Mamahnya.
"Sebentar, siapa itu Lea?"
Seketika suasana langsung hening ketika Ginting bertanya, terutama orangtuanya dan sahabatnya itu saling tatap seperti bingung harus bicara apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rankle
RomanceEntah apa yang dimimpikannya semalam hingga kedua orangtuanya tega menikahkan anaknya dengan seorang perempuan---berbadan dua. "Udah bunting duluan, gesrek pula" -ASG