Bangsa Endless

IV. Helena

"Dia gadis yang kau harapkan Anna, sangat keras kepala, tidak kenal kata menyerah, tidak menurut untuk hal yang tidak ia kehendaki,berbuat apapun yang ia kehendaki, begitu bebas. Sesuai keinginanmu' Kalimat ini harusnya kusampaikan, seharusnya kau dengar. Jika saja kau masih ada Anna, kau dapat melihat dia berlatih dengan sangat keras, dia tetap berdiri meskipun kakinya terluka cukup parah, aku sangat bangga kepadanya.

        Aku teringat seperti kalimat yang sering pelatihku katakan padaku, mungkin Anna juga katakan 'aku harus tetap bisa berdiri apapun yang terjadi padaku, aku harus tetap berdiri. Harga diriku jauh lebih tinggi dibanding rasa sakit.' Kubilang pada Scarlet bahwa kita tidak punya waktu yang banyak, padahal aku maupun ayahnya sendiri atau bahkan Raja Xeverius tidak ada yang tahu kapan serangan itu terjadi lagi. Entah besok, lusa atau kapanpun itu yang pasti kami semua percaya itu akan terjadi. Cepat atau lambat, siap atau tidak. Kita hanya menunggu sambil mempersiapkan segala kemungkinan yang terburuk. seperti slogan dari kerajaan Xeverius selalu mempersiapkan segala kemungkinan terburuk bahkan saat kita merasa baik-baik saja...

        Latihan hari ini membuatku lumayan letih, aku belum bisa membuat Scarlet tidak lengah sedikitpun atau menambah waktu yang bisa ia kerahkan. lingkaran pelindung Scarlet hanya bertahan 1jam lebih yang seharusnya bisa sampai 3 jam. Aku sadar, aku bukan Thomas lokomotif yang bisa segalanya, aku bukan ibu kandungnya yang tausegalanya tentangnya. Aku harus mengetahui titik lemah Scarlet yang bisa kuubah jadi kekuatannya. Tapi dimanaa? Susah payah aku membujuk Arvind yang pada saat itu tengah berada di perpustakan.

"Arvind" panggilku sambil berjalan menghampirinya.

"Bisa dibantu Perwira Helena?" Ia menoleh dengan pandangan yang tajam. Tidak menunjukkan raut terkejut yang seharusnya dia tampilan saat ini.

"Aku membutuhkan bantuanmu, bangsa manusia "

"Bantuan apa yang bisa dilakukan seorang bangsa Manusia untuk perwira bangsa Endless?"

"Aku membutuhkan seseorang yang bisa membuat Scarlet semangat untuk berlatih selama kurang lebih 3 jam dan sepengetahuanku, kau dan Scarlet memiliki hubungan yang dekat, bisakah kau......" aku kesulitan mencari kata-kata. aku menahan untuk mengatakan ikut saja denganku persetan kau, manusia !

"Bisakah kau membantuku? Kau hanya perlu berdiri, tidak melakukan apa-apa , hanya berdiri" untuk dibantai ...sambungku

"Sebagai imbalan, luangkan waktu Scarlet untuk berlibur denganku pekan depan. hanya berdua"

        Tidak kusangka, seorang bangsa manusia alih mengambil kesempatan, dia tau aku bisa membujuk setidaknya Ayah Scarlet. Arvind tahu betul memanfaatkan keadaa, ternyata Arvind cukup lihai. Kupikirkan baik-baik dalam beberapa detik, untung dan ruginya.

"Bersama 5 pengawal, bagaimana? Kau tau, ia seorang Princess"
"Selama 1 pekan? "
"Arv,Itu terlalu lama "
" 4 hari ? "
"Ayolah, itu masih terlalu lama "
"Ingat-ingat lah aku sudah sepakat Helena, 5 pengawal akan ikut "
"Tiga hari atau tidak sama sekali " biarkan saja, aku akan mencarikan jodoh untuk Scarlet yang jauh lebih baik jika Arvind tidak setuju dengan negoisasi sialan ini.
"Tiga hari lebih baik daripada tidak sama sekali "

"Mau liburan kemana? " aku harus tahu ini supaya tidak salah membawakan pengawal untuknya.
"Mungkin pantai atau yang Scarlet inginkan. aku akan berdiskusi dengan Scarlet. akan kuberitahu keputusannya. Sementara mari kita latihan sekarang atau kau mau baca buku terlebih dahulu?"

       Pertanyaan retoriknya menohokku, meskipun aku sadar kita terlalu banyak basa-basi . Mencarinya saja membutuhkan waktu 15 menit dikarnakan aku tidak mengetahui selak beluk perpustakan yang amat sangat megah ini. Aku tidak tahu laki-laki macam apa Arvind, mungkin yang akan menjadi pengawalnya diriku sendiri, mana kita tahu yang akan terjadi nantinya, yang akan terjadi saat Princess Scarlet keluar dari jangkauan kami. Kesimpulannya ada dua yakni Scarlet pulang dengan dirinya atau dengan namanya.