Chapter 8 : Hospital

574 103 2
                                    

January —2016

Begitu was-wasnya Nayeon saat ini akibat kejadian beberapa terakhir yang berakhir membuatnya pusing. Semalam dia mendapat kabar yang cukup membuatnya kaget dan bingung secara bersamaan —bukan mengenai grupnya, tetapi Yerin dan Nayoung.

Menurut pihak rumah sakit, Nayoung dan Yerin mengalami drop yang luar biasa daripada yang dibayangkan. Kata dokter yang menangani keduanya drop yang dialami karena stress dan tekanan dari agensi yang semakin mengengkang kalau keduanya berbuat salah.

Oke, setau yang ia dengar kalau memang agensi Yerin cukup keras dalam mendidik. Tapi.. Nayoung? Ia tidak yakin betul, apalagi Seventeen beberapa kali memenangkan thropy kemenangan, grup Nu'est dan After School tidak terurus dengan betul. Ia tidak mengejek Pledis, sungguh —hanya saja apa yang diperlakukan Pledis adalah anak istimewa saja.

Rencana hari ini cukup santai baginya yaitu menjenguk kedua temannya. Setelah negosiasi cukup panjang dan berakhir debat juga, ia diizinkan menjenguk dengan syarat kembali sebelum pukul 13.00 KST karena sorenya akan menuju Inkigayo.

Buqet bunga aster dan Crystalic disiapkannya. Ia tidak mau membawa bunga mawar karena akan membuatnya teringat dengan si Psyco. Memang minggu ini tidak ada teror tetapi ia harus tetap waspada karena pria itu tau cara membuatnya ketakutan.

Ruang 102 adalah tempat kedua temannya dirawat. Nayeon mendorong perlahan pintu kamar inap tersebut, nampak Yerin dan Nayoung tengah mengobrol ringan diselingi canda tawa.

"Hahahaha —eh? Nayeon? Masuk, Yeon," kata Nayoung menyadari kehadiran temannya yang baru debut.

Kaki Nayeon melangkah mendekati ranjang kedua temannya. Namun saat memeluk kedua temannya, kalung yang dikenakannya memancarkan sedikit warna kuning.

Status bahaya?
Begitulah yang terpancar namun gadis itu sebetulnya tidak tahu mengenai sinar tersebut.

Setelah melepaskan pelukan tersebut, Nayeon memberikan bunganya kepada dua teman yang ruangannya sengaja disatukan. Penjagaan diperketat hanya di bagian gerbang saja karena satu-satunya akses masuk ke dalam ruangan hanyalah itu.

Aneh, lebih dari aneh.
—bukan karena baru bertemu, tetapi lebih terlihat struktur wajah keduanya lebih sedikit tirus dan pucat juga. Ia tidak bisa mengetahui lebih dalam untuk saat ini karena tujuan awalnya hanya menjenguk.

"Bagaimana kabar kalian? Aku sangat terkejut mendengarnya," kata Nayeon menggenggam dua tangan sahabatnya dengan erat.

"Sudah lebih baik, kami langsung ditanganu oleh dokter."

"Lagipula, ini bukan sepenuhnya salah agensi."

Apa ada yang salah dengan pendengarannya? Baru saja Nayoung yang biasa menghujat agensinya sendiri justru tidak mengatakan hal buruk? Wow —it's so suprise for her.

"Kalian yakin masih baik? Wajah kalian masih sangat pucat?" tanya Nayeon menatap keduanya secara bergantian.

Mendadak Yerin dan Nayoung kaku mendengarnya —seperti terciduk kebohongan saja. Keduanya menggumam tidak jelas kemudian Yerin menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
Ini jelas bertambah semakin aneh bagi Nayeon.

Maksudnya, kenapa mendadak mengheningkan cipta saat biasanya dua orang di hadapannya berteriak seperti orang gila menjadi orang yang diam seribu bahasa.

"Ada apa?"

"Eung, tidak. Hanya ya— ini masalah privasi saja, kami bukannya tidak mau memberitahu. Hanya saja—"

Ucapan Yerin berhenti dan menggantung. Ia tampak linglung untuk mengucapkan kata-kata selanjutnya. "—kami sudah sepakat. Ini masalah kami berdua."

Black Rose PsycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang