"Aku sih rencana nya mau tinggal di jakarta lagi mah, sekalian buat ngelanjutin pelajaran aku" Ujar seorang gadis yang berdiri di balkoni membelakangi ibu nya.
"Kamu yakin mau pulang ke indonesia?" Tanya sang ibu yang mendapatkan anggukan kecil dari anak gadis nya.
"Lagian kan sayang rumah mama yang gedek kayak istana, tapi nggak ada yang tinggal disitu." Ujarnya membuat ibunya mengangguk setuju dengan apa yang dia katakan anaknya.
"Kalo gitu mama ikut," Kedua alis gadis itu berkerucut.
"Ngapain mah? udah mama nggak usah ikut, mendingan mama disini aja nemenin papa." Gadis itu menolak dengan suara lembut nya.
"Emang kamu bisa ngurusin diri kamu sendiri? kamu pikir mama nggak tau kamu orang nya seperti apa?" Ibunya berdiri membuat gadis itu tersenyum memperlihat kan lesung pipi nya.
"Iya deh aku ngalah." Gadis itu memeluk ibunya, rambut panjang kepirangan nya berterbangan saat itu karna angin sangat kencang.
"Kapan berangkat nya?" Sang ibu meleraikan pelukan mereka, gadis itu mengetuk dagunya.
"Setelah tanggal merah." Ibunya tersenyum lalu mengangguk
"Oke, kalo gitu mama bilang ke papa dulu, baru kita berangkat bareng."
"Siap Mah!" Gadis itu mengangguk lalu melepaskan wanita paruh baya itu keluar, dan menutup pintu kamarnya.
"Gos ku sayang kita bakalan ketemu lagi" Gadis itu tersenyum sinis, tak sabar untuk pulang ke tanah air dan menghancurkan kehidupan seseorang.
SPECIAL WOMAN
"Itu tadi siapa?" Fano mengangkat sebelah alisnya sembari menanyakan tentang gadis yang menabrak Raina.
"Huh..tunggu bentar! gue napas dulu!" Verant bersandar di pundak Khei dengan nafas yang turun naik.
"Anu tadi tu cewek..."
"Ah udah basi!" Verant melongo menatap susuk tubuh yang berjalan meninggalkan nya, bunuh orang dosa kagak?
"Yang sabar ya mas." Ben memegang pundak verant lalu bergaya seperti wanita,Verant yang di depan nya sudah memasang wajah jijik.
"Jangan sentuh gue najis!" Verant menepis tangan putih milik Ben
"Jangan ngegas dong!"
"Yeh. dasar mayat!"
"Apa lu kuda nyasar!"
"Eh udah stop! aku jadi bingung sama kalian, brantem mulu kerjaan nya. ntar jodoh baru tau rasa!" Raina memulas kedua telinga mereka yang sedang cekcok itu, membuat mereka meringis meminta ampun.
"ih amit-amit!" Ben menatap verant penuh dengan kegelian nya.
"Mending gue mati!" verant berjalan mendahului mereka semua, itu karena mereka hampir sampai ke tempat (favorit nya Khei)
"Yeah, kita udah sampai." Khei sudah tersenyum lebar saat melihat air yang mengalir dengan jernih, dan tempat ini mengingatkan nya kepada sang kakek yang sudah pergi meninggalkan nya.
Khei di lahirkan disini dan sempat di besarkan disini selama empat tahun sebelum ayahnya memilih untuk berkerja di jakarta. dia benar-benar merasa kehilangan saat kakek nya pergi, karna kakek nya itu adalah pengganti ayahnya jika sedang pergi berkerja.
Dan tempat inilah yang menyimpan banyak kenangan Khei bersama sang kakek.
"Hati-hati turun nya, terus renang nya jangan jauh-jauh. entar lemes terus mati, kan kita yang sedih" Marcel memberi amaran agar Raina tidak pergi ke tempat yang dalam, ya Gos dan Raina sedang berada di satu sungai yang di kelilingi batu-batu berukuran besar.
"Ih Marcel, nanti aku mati beneran gimana?!" Raina cemberut.
"Alhamdulillah." Marcel menahan tawanya, dia suka melihat wajah Raina yang cemberut
"Raina ngambek sama Marcel!" Raina keluar dari sungai itu, agak sexy sih
"Terserah."
"MARCEL!" Raina menjambak rambut panjang Marcel, laki-laki itu tidak meringis, malah dia tertawa melihat tingkah Raina.
"Oke-oke. gue bercanda" Marcel berbicara di sisa-sisa tawanya.
"Udah jangan brisik, gue mau sikat gigi!" Raina menjauhkan dirinya terhadap Marcel
"Oke," Raina menggoyang kan kakinya. tak sadar dengan Fano yang menatap nya dari kejauhan
"Marcel aku mau nanya sesuatu ni" Marcel menoleh dengan sebelah alis di angkat.
"Hm!" hanya itu balasan nya.
"Kamu udah punya pacar?" Sontak Marcel terbatuk sehingga tersembur busa odol yang berwarna putih itu.
"Marcel jorok ih!" Raina memukul pundak Marcel. Apakah pertanyaan nya salah?
"Lo bilang apa tadi? Pacar?" Raina mengangguk membuat Marcel tersenyum, sedangkan dalam hatinya sudah berkata, "Lo nggak ingat pas si verant bilang kita itu pada jomblo semua?"
"Iya gue nggak punya pacar" Marcel sok tenang, kok pertanyaan nya kek ngehina gituh ya?
"Kenapa nggak di cari?"
"Masih nggak kepikiran sih Rai. lagian gue juga nggak mau pelajaran gue terganggu." Marcel menggaru kepala nya, dia tidak mahu mengenal apa itu cinta karena dia benar-benar melihat bagaimana keadaan Fano yang tersiksa saat dia tahu cinta nya di khianati, dan dia baru sadar dirinya di manfaat kan oleh orang yang dia cintai.
"Jadi kamu belum pernah pacaran?" Marcel mengangguk membuat Raina tersentuh.
"Aku salut sama kamu soalnya diluar sana. anak kecil aja udah pacaran, tapi kamu nggak malah
lebih mentingin pelajaran, contoh yang baik" Raina mengajukan jempol nya."Lagian ngapain gue cari, kan udah ada lo" Marcel mulai bercanda lagi.
"Yeh, tapi mohon maaf ya soalnya aku udah punya seseorang" Marcel menatap nya tak percaya.
"Siapa?" Marcel memiliki ide jahat
"Rahasia dong"
"Yang nanya! wuerkk.."Raina cemberut lagi
Fano pergi menjauh dari mereka, entah mengapa ada rasa cemburu saat melihat Raina bersama laki-laki meskipun itu sahabat nya.
Awal mulanya kehancuran persahabatan.
[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN
KAMU SEDANG MEMBACA
Special Woman [✔️]
Teen Fiction"Kamu nggak akan tau gimana rasa nya di perlakukan seperti ratu, dan di jaga seperti permata" "Kecuali kalau kamu temenan sama cowok..- Raina Clarissa E n j o y t h e s t o r y start -05012019. end -21112020.