CHAPTER 10 : Next(3)

433 37 9
                                    

Aku takut... Takut kehilangannya...’

(***)

~Aku merindukanmu, sehari telah terlewati. Aku merindukanmu, setahun telah berlalu. Hanya seperti itulah aku hidup. Aku merindukanmu, merindukanmu~

Missing You, milik BTOB. Eunkwang selalu menahan sesak didalam dadanya setiap kali menyanyikan penggalan lagu itu.
Merindukanmu dalam konteks lagu yang dinyanyikan oleh ketujuh member BTOB memberikan arti tersendiri bagi masing-masing member. Termasuk Eunkwang yang merindukan bagaimana gadis itu menyipitkan mata saat tersenyum. Merindukan sosoknya yang selalu bekerja tanpa melupakan Tuhan.

Sekarang, sementara ini. Baginilah caranya pria itu hidup. Merindukan gadis berkerudung itu. Lagu telah berakhir, tapi acara besar itu belum berakhir. Seturun dari panggung, Eunkwang berpamitan. Senyumnya tak pernah berarti sejak kejadian malam itu. Ia menjadi tidak banyak bicara dan murung.

Ia pergi dengan mobil silvernya. Hari bersalju tak mengurungkan niatnya untuk menyusuri jalanan Gangnam. Tak lama setelah perjalanan ia membawa masuk mobilnya kedalam area rumah sakit pusat.

Ia memang membenci aroma obat yang seolah menjadi pengharum ruangan gedung ini. Ia sebenarnya tak mau mendekat ketempat penuh orang sakit ini. Tapi, keadaan memaksanya untuk datang. Setiap hari, ia menyempatkan waktu untuk datang. Sesibuk apapun kegiatannya ia selalu memastikan ada waktu untuk datang.

Cukup bosan ia menyusuri lorong rumah sakit. Langkahnya terhenti pada sebuah ruangan VVIP. Tanpa ragu ia membuka pintu dan masuk kedalam ruangan itu. Disini hangat, mungkin karena penghangat ruangan yang terus menyala tanpa henti. Namun, senyaman apapun kamar dirumah sakit. Siapa yang betah tinggal ditempat seperti ini?

Ia berjalan menghampiri ranjang pasien. Didapatinya sosok gadis yang masih berkerudung itu terbaring dengan wajah pucat. Tangannya mengusap lembut dahi perempuan yang terlihat tenang dengan bibir yang seolah tersenyum. Air matanya jatuh begitu saja saat berusaha menatapnya dalam-dalam.

Hampir dua minggu gadis berkerudung itu menutup kelopak mata tanpa perubahan. Selama itu juga selang oksigen maupun alat deteksi jantung itu tak pernah terlepas dari tubuhnya. Beberapa perban yang membalut luka terbuka telah dilepas tapi tidak dengan selang-selang itu.

“Apa seindah itu mimpimu? Hingga kau enggan terbangun”

Monolog tanpa jawaban atau sekedar reaksi. Gadis itu terlihat seperti mayat yang bernafas. Apakah dunianya disana lebih indah daripada terbangun dan kembali pada kenyataan penuh luka? Apa karena kau terlalu lelah sehingga ingin beristirahat terlalu lama? Tidakkah kau melihat air mata yang masih berharap kedatanganmu?

“Aku... Tidak siap kehilangan lagi...”

Ia meremas dadanya sendiri dan terisak. Rasa takut akan kehilangan. Rasa penyesalan dan kata ma’af yang belum sempat terucap. Semua memenuhi pikirannya. Ia tak tahu cara meluapkan selain menangis dihadapannya yang hanya terbaring diam.

(***)

Pagi dihari lain menyapa. Bagi Eunkwang semua terlihat sama seperti hari sebelumnya tanpa perubahan. Hari libur dibulan November yang dingin membuatnya memilih untuk menghabiskan waktu menjaga gadis yang masih koma.

Pria itu membuka mata. Ia membenarkan posisi duduk dan melakukan peregangan kecil. Matanya menatap sorot wajah gadis yang masih enggan bangun itu. Rasa bosan menunggu dirumah sakit terkalahkan oleh harapan yang tak pernah hilang.

“Eoh... Sejak kapan dia disana?”

Matanya menyipit saat menangkap sosok adik remaja Sena yang tengah beribadah. Dia tampak sangat menikmati ibadah itu dengan wajah yang memancarkan ketenangan. Ia terus mengamati remaja yang sholat dipagi hari itu.

THE TIME: When I Love You ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang