Ch 6 - Sebuah Cahaya

47 6 17
                                    

"Annyeong Jinjin~~" suara itu terdengar manis, dan agak menggelikan telingaku. Ternyata itu pacar Jina. Aku terkejut, tak menyangka Wonjae akan datang ke cafe ini dan membawa temannya. Bisa-bisanya si Jina tidak berdiskusi denganku dulu.

"Hai Rael.. long time no see you baby" sapa Wonjae diikuti temannya yang tersenyum kepadaku. Aku mengerutkan dahi dan tersenyum tipis, baby pale lu bisanya gitu didepan cewek nya ketusku dalam hati.

"Milli-yaaa, bogo cyipeoyong~~" Jina ke Wonjae.

"Nado Jinjin-a.." balas wonjae sembari mencubit kedua pipi Jina. Aku hanya membuang napas melihat kelakuan mereka, sebetulnya aku merasa jijik sekali. Syukurnya di sekitar kami tidak banyak orang. Memalukan.

"Oh iya Rael perkenalkan ini teman baik ku.." akhirnya Wonjae memperkenalkan temannya yang sedari tadi membuatku penasaran.

"Kwon Minsik.. satu sekolah sama Milli, SMA Ga Jae Wool" Minsik menjulurkan tangan dan tersenyum kepadaku.

Namanya cute juga, Kwon Minsik toh batinku. "Oh.. Hai Minsik aku Kim Rael teman Jina" balasku.

Setelah berkenalan, mereka pun duduk dan aku merasa canggung karena Minsik cowok berkulit Tan itu duduk bersamaku. Sedangkan Jina dan Wonjae memilih duduk berdua di meja yang lain.

Kudu otokeh? baru juga kenal masa udah berduaan aja! Aku menggerutu, merasa terjebak. Dasar Jina sialan, keahliannya hanya pacaran selain olahraga. Rael, apakah kau iri? hahaha no no no!

Tanpa ku sadari tenyata Minsik memperhatikan buku-buku yang bertumpuk di meja.

"Rael, buku apa yang kau baca? Boleh aku melihat satu" tanya Minsik.

"Apa? oh ini hanya buku biasa, tidak menarik. Jika kau ingin baca mari kita cari buku yang lain disini boleh hanya membaca saja." Aku yang sedari tadi menggerutu melihat ke Jina dan Wonjae terkejut lalu menutup buku tersebut dengan kedua tangaku, sangat memalukan jika aku ketahuan membaca buku seperti ini. Ketahuan dong aku jomblo ngenes.

Minsik tersenyum, sepertinya dia udah tau. "Siapa yang membuatmu galau sampai-sampai harus membaca buku seperti ini?" tanya minsik.

"He..he..he.. aku hanya iseng, tidak galau kok, aku hanya mencari ide untuk sebuah tugas" jawabku kikuk. Ah ini sungguh memalukan, akan ku sembunyikan kemana wajahku ini, batinku. Aku tak ingin terlihat lemah lalu dikasihani, aku hanya perlu keluar dari belenggu ini. Ya, belenggu aku menyebutnya.

Syukurnya Minsik tidak begitu ingin tahu. Mungkin dia paham maksudku. Kami pun saling melemparkan pertanyaan seputar pertanyaan umum orang yang baru berkenalan dan saling bertukar nomor HP.

>>Skip<<

Lumayan lama di cafe buku dengan perasaan yang bercampur aduk. Rencana busuk Jina membuatku tidak fokus dengan tujuanku. Aku lelah, seperti biasa kebiasaan buruk ku tidak mengganti baju dan langsung rebahan di ranjang. Aku mencoba memejamkan mata, baru akan terlelap HP ku berbunyi. Ku lihat ada pesan dari Minsik. Kenapa lagi ini orang baru mau lelap, pikirku.

1 message from Minsik Aren

Minsik Aren

Rael.. Sudah sampai dirumah?

Aku

Baru saja sampai, ada apa?

Minsik Aren

Hanya ingin tau.. Syukurlah sudah sampai.

Read

Tak penting sebenarnya, kenapa dia sok perhatian seperti itu, pikirku. Masa bodo, aku mencoba memejamkan mata lagi namun bukannya terlelap mataku segar bugar. Yasudah aku mandi saja, ini badan udah bau keringat apek banget.

DEAN | Remember [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang