1

53 6 6
                                    

"Hey jagoan, kenapa belum pulang? Ini sudah sore" mati-matian Luhan menahan suaranya agar tidak bergetar, sedang yang ditanya mendongak guna melihat siapa gerangan yang tengah mengajaknya bicara

"Sepertinya daddy masih sibuk dikantor, dan mommy pasti sedang pergi bersama teman-teman nya" ada gurat sendu di wajah sikecil ketika menjawab pertanyaan Luhan
"Siapa namamu sayang?" luhan berjongkok mengimbangi tinggi sikecil

"Luzhi, Oh Luzhi" mata luhan kembali berkaca-kaca siap menumpahkan air mata yang sejak tadi berusaha ia tahan di depan buah hatinya.. Luzhi yang ia tinggalkan— tepatnya dipaksa harus meninggalkan sikecil yang masih membutuhkan asi nya— ketika perceraian antara dirinya dan daddy dari sikecil didepan nya tidak bisa lagi dihindari

"nama yang bagus" tangan luhan terulur mengusak gemash surai lembut luzhi
"paman siapa? Apa paman juga menjemput anak paman disini?"
"ani, paman hanya kebetulan lewat dan melihatmu sendirian disini jadi paman kesini untuk menemanimu" luhan tersenyum lembut membuat luzhi yang baru pertama kali bertemu dengannya ikut menyunggingkan senyum manis yang jika dilihat sama persis dengan senyum miliknya

"gomawo paman~ zhi jadi tidak sendirian lagi, gomawo~" luzhi memeluk luhan tiba-tiba membuat yang dipeluk diam mematung membiarkan air matanya lolos begitu saja Jadi begini rasanya dipeluk anakku sendiri??, astagaa.. Demi tuhan aku tidak rela melepaskan pelukan hangat ini

"kenapa paman menangis??" zhi melepas pelukan nya ketika merasa tubuh paman yang dipeluknya bergetar oleh sebuah isakan
"aahh— ini? Hehe.. Paman hanya sedang merindukan anak paman yang sekarang juga seusiamu"
"uljima~" tangan mungil zhi terulur menggapai pipi tirus luhan untuk menghapus air mata yang bahkan tidak kunjung berhenti
"apa paman boleh memelukmu lagi??"
"ung!! Paman boleh peluk zhi sepuas paman, tapi paman harus janji tidak akan menangis lagi"

"nee.. Paman janji, ini terakhir kali nya paman menangis" Luhan mendekap erat tubuh mungil zhi di pelukan nya, luhan merasa kebahagiaan kembali menyelimuti hidupnya.
"tapi paman, perut paman kenapa besar? Apa paman sakit?"
Luhan terkekeh mendengar pertanyaan polos yang keluar dari mulut zhi
"ini.." tidak rela luhan melepaskan pelukannya

"didalam sini, ada jagoan paman yang beberapa minggu lagi akan lahir"
"benarkah??" bola mata zhi mendelik lucu membuat luha semakin gemas dibuatnya
"ung! Zhi mau tau namanya?"
"apa dia sudah punya nama??"
"tentu saja, namanya adalah luby"
"luby? Wahh itu terdengar keren!"
"sama keren nya dengan namamu"
"apa zhi boleh menyentuh nya paman?"
"zhi mau menyapa luby didalam sini??"
"nee.. Zhi mau" anggukan antusias zhi membuat luhan terkekeh lalu menarik tangan mungil zhi dan mendekatkan kearah perutnya
"bagaimana? Kau merasakan sesuatu?"
"tadi itu.. Apa??" mata zhi berkedip-kedip tidak percaya
"luby menendang, itu tandanya luby suka berkenalan dengan zhi"
"jinjaa?? Luby menendang didalam perut? Apa itu tidak sakit paman?"
"emm.. Sebenarnya ini sedikit sakit tapi tidak apa-apa, paman merasa bahagia saat dia menendang seperti ini"
"hey luby.. Jadilah anak baik, jangan sakiti eommamu terlalu sering hum?" elusan sayang zhi hadiahkan diperut luhan menasehati adik kecilnya didalam sana
"luzhi anak yang baik, pasti daddy dan mommy zhi sangat bangga mempunyai anak seperti zhi"
"tentu saja, daddy juga sangat menyayangi zhi.. Meskipun daddy sering sibuk dikantor tapi zhi tau daddy melakukan itu semua untuk zhi"
"anak pintar, jangan buat daddy kesal bahkan marah, itu akan sangat menakutkan!"
"darimana paman tau daddy sangat menakutkan saat marah?"
"aah.. I-itu, tentu saja siapapun akan terlihat menakutkan saat marah, bukan begitu?"
"ung! Benar juga.. Mommy juga menakutkan saat marah, apa lagi mommy sering marah-marah"
"benarkah? Apa zhi baik-baik saja?" meneliti setiap bagian tubuh zhi khawatir jika wanita itu menyakiti putranya
"tentu saja zhi baik, mommy tidak akan berani memukul zhi, bagaimana mungkin ada mommy yang tega menyakiti anaknya sendiri"
"benar, itu tidak akan terjadi" luhan tersenyum miris mendengar anak nya sendiri mengakui orang lain sebagai ibunya
"apa zhi suka bubble tea? Lihat! Disana ada kedai bubble tea, zhi mau paman belikan??" menunujuk kedai bubble tea diseberang jalan
"zhi sangat suka bubble tea paman!" berbinar melihat arah telunjuk luhan
"zhi tunggu disini, paman akan kesana sebentar, eoh! Zhi suka bubble tea rasa apa?"
"Taro! Zhi sangat suka rasa taro!! tapi daddy melarang Zhi meminumnya" jawaban antusias zhi hanya bertahan beberapa saat digantikan raut sedih di wajahnya
"kenapa?" mengernyit heran
"zhi akan selalu berakhir diruamah sakit setiap memakan apapun yang memiliki rasa taro"
"b-benarkah? Apa zhi alergi taro?" mata luhan membulat tidak percaya, luhan benar-benar melewatkan setiap pertumbuhan jagoan nya
"ung! Zhi akan sesak nafas dan muncul ruam merah setelahnya"
"astagaa~" luhan benar-benar tidak percaya rasa favorite nya justri malah menjadi kelemahan tersendiri bagi buah hatinya demi tuhan aku tidak akan pernah lagi menyukai sesuatu yang membuat anakku sendiri terluka

"lalu, paman harus membelikan zhi rasa apa sebagai gantinya?"
"choco! Itu favorite daddy! Zhi suka"
"baikalah.. Tunggu disini, paman akan segera kembali"
.
"daddy!! Paman itu akan mencari zhi nanti, tunggu sebentar daddy~" luzhi terus memberontak digendongan sehun, sedangkan sehun sendiri tidak menghiraukan rengekan zhi dan segera membawa zhi masuk kedalam mobil
"daddy~ paman itu memebelikan zhi bubble tea, setidaknya tunggu sampai dia kembali~"
"tidak zhi, ini sudah sore.. Kau belum makan dan apa tadi? Kau berbicara dengan orang yang tidak kau kenal?"
"zhi sudah berkenalan, dia orang baik dadd!!"
"darimana kau tau dia orang baik? Bagaimana kalo di baik karena dia berniat jahat padamu?" sehun menjalan kan mobilnya mengabaikan zhi yang tidak berhenti merengek sedangkan luhan yang melihat itu semua hanya menunduk sedih tanpa berniat mengejarnya
"itu salah daddy yang terlambat menjemput zhi!!!"
"nee nee.. Ini salah daddy, daddy minta maaf oke??"
Tidak menjawab zhi memalingkan wajahnya keluar jendela
Sesampainya dirumah luzhi masih melanjutkan aksi —mari abaikan daddy— nya, memasuki kamar dengan kaki di hentakan pertanda ia sangat kesal
"Astagaa~ dimana daeun? Dia benar-benar" memijit ujung pelipisnya merasa pusing saat mendapati sang istri tidak ada dirumah ketika dirinya pulang dari kantor, merasa bersalah sehun melangkahkan kakinya memasuki kamar putra kesayangannya
"zhi?" panggil sehun saat mendapati gundukan selimut diatas tempat tidur, aksi merajuk zhi mengingatkan nya pada seseorang yang sampai detik ini tidak berhasil sehun enyahkan dari hatinya
"haahhh~ daddy minta maaf sayang, daddy ada meeting mendadak tadi" sehun memilih duduk ditepi tempat tidur
"daddy jahat! Paman tadi bernit baik mau menemani zhi menunggu daddy, paman tadi juga rela berjalan keseberang jalan demi membelikan zhi bubble tea, padahal paman itu tidak sendiri, dia membawa luby diperutnya!!"

"l-luby? Apa maksudmu sayang~" bibir sehun kelu hanya untuk menyebut satu nama yang ia ciptakan sendiri untuk bayi didalam perut luhan dulu, dan itu bayi luzi
Luzhi membuka selimutnya menatap sehun kesal
"asal daddy tau! Paman tadi tengah mengandung! Perutnya besar dan paman bilang nama bayi di dalam perutnya adalah luby yang beberapa minggu lagi akan keluar"
"zhi sempat memegang perutnya dan benar didalam sana luby bergerak bahkan menendang, kasian.. Pasti paman kesakitan" zhi menunduk sedih mengingat pertemuan singkatnya dengan paman baik dan luby

"daddy tau? Kata paman itu, zhi mengingatkan dia pada anaknya yang sekarang juga seusia zhi, bahkan paman itu juga menangis saat memeluk zhi"
"t-tidak mungkin" sehun bergumam resah, itu tidak mungkin luhan nya kan?
"dadd? You okey?" zhi menggenggam tangan sehun
"aah— hng! Daddy baik-baik saja, daddy minta maaf karena daddy memaksamu pulang tanpa menunggu pamanmu itu, sekarang.. Zhi ganti baju dan segera turun, kita makan bersama" sehun mengusak lembut kepala zhi sebelum kemudian beranjak pergi meninggalkan kamar putranya dengan perasaan tidak menentu
.

Delapan bulan lalu, luhan kembali bertemu sehun dalam keadaan yang sedikit kacau..
Luhan yang baru menginjakan kakinya di korea beberapa bulan ini, di buat terkejut ketika tiba-tiba tangan nya ditarik masuk kedalam sebuah apartment yang berada satu lantai dengan apartement miliknya
"yakk!! Le— S-sehun??"

"aku merindukanmu luhan, sangat merindukanmu.. Kenapa kau pergi begitu saja? Kenapa kau tidak menolak seperti biasanya ketika aku mengucapkan kata-kata sialan itu? Kenapa kau langsung menyetujuinya? Apa kau sangat ingin berpisah denganku? Apa kau tidak mencintai kami lagi? Kau tega membiarkam zhi tumbuh tanpa dirimu, Bertahun-tahun aku mencoba melupakanmu! Tapi sialnya kau semakin tidak mau pergi dari otakku!!"
Luhan menggigit bibirnya menahan isakan, luhan tau sehun tidak sadar dengan ucapan nya

"berapa botol yang kau habiskan sehun? Kenapa kau seperti ini??" sebisa mungkin luhan menahan air matanya agar tidak terjatuh
"siapa yang menjaga luzhi dirumah jika kau seperti ini setiap malam??"
"kembalilah lu, kumohon.. Jangan pergi lagi, aku dan luzhi membutuhkanmu" sehun kembali bergumam lirih

"s-sehun ak-aku—hmptttt!!" sehun membungkam bibir luhan dengan bibirnya, memagutnya lembut membuat luhan terbuai dan pasrah berada dibawah kukungan mantan suaminya
Sampai pagi itu datang, luhan terbangun dipelukan sehun tanpa sehelai benang pun. Luhan tau ini salah, ia tidak boleh seperti ini. Ada istri sehun dirumah yang tengah menunggu kepulangan sehun dengan cemas(?). Dengan berat hati luhan beranjak dan kembali memakai bajunya yang berserakan dilantai, pergi meninggalkan sehun yang masih terlelap—atau hanya pura-pura terlelap?—

                                    END?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DamageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang