"Gimana rencana lo?" tanya seorang cowok yang sedang menyenderkan tubuhnya di bawah pohon. Tangan kirinya memegang rokok, 2 kancing baju atas terbuka memperlihatkan dada bidangnya, rambutnya tak tertata rapi. Penampilannya sangat buruk untuk dipandang,tetapi tidak untuk wajahnya.
"Lancar dong. Gue jamin dikit lagi tepat sasaran." jawab seorang cowok yang sedang bermain game dengan letak tak jauh dari bawah pohon.
"Ajaran lo ga bener sumpah Fer!" timpal seorang cowok lainnya yang sedang memejamkan matanya menikmati putaran lagu yang diputar di earphone nya.
Ketiga cowok itu sedang berada di taman belakang sekolah saat ini. Ada yang sedang menyenderkan tubuhnya di bawah pohon sambil menikmati sebatang rokok. Ada yang sedang menyenderkan tubuhnya sambil menikmati lagu dari earphone yang terpasang ditelinganya. Dan ada juga yang sedang asik bermain game di ponsel nya.
"Kalau kata gue sih, mending lo gausah lanjutin taruhan ini deh. Soalnya ini menyangkut pautkan perasaan. Lo tau kan kalau cewek orangnya baperan? Gimana kalau misalkan Kana beneran suka sama lo?" Tanya Deni.
"Tujuan kita kan emang begitu belegug! Kalau Didi berhasil buat tuh cewek dekil suka sama dia, nah nanti Didi bakal nembak tuh cewek! Kalau udah selesai nembaknya, bakal tunggu tanggal yang WOW buat putusin tuh cewek!" jelas Fero, sedangkan Deni dan Didi hanya terdiam mendengarnya.
Deni berfikir, hal ini sangat salah. Bukan nya Deni suka atau naksir dengan Kana. Tetapi ia juga mempunyai seorang kakak perempuan yang sama seperti Kana. Dari setiap curhatan kakaknya tersebut, Deni dapat mengambil pelajaran di dalamnya.
"Lo jangan kayak mantan gue ya Den. Jangan menyepelekan perasaan perempuan. Perempuan itu istimewa. Perempuan itu lembut. Diam nya perempuan bukan berarti dia tidak bisa membalas. Perempuan cuma bisa nangis dikala dia sedang marah. Perempuan cuma bisa diam dikala dia sedang kecewa. Itu hebatnya perempuan. Mampu menyembunyikan perasaannya. Jika suatu saat lo menyepelekan perasaan seorang perempuan, lo harus inget! Tuhan adil dalam memberikan luka. Hargai perempuan, karna kakak dan mama lo juga perempuan. Kalau lo sakiti perempuan,lo juga menyakiti gue dan mama Den." Begitu kata kakaknya Deni.
"Menurut lo gimana Di?" tanya Deni pada Didi yang sedari tadi masih fokus dengan game di ponsel nya.
"Hmmm.. Bagus juga sih. Kayaknya seru. Gue penasaran gimana muka tuh cewek pas gue putusin nanti." jawab Didi sambil tersenyum miring. Deni yang mendengarnya hanya mendengus kecil. Kedua temannya memang bodoh. Kalau kena karma, Deni berjanji akan tertawa paling kencang di depan mereka.
"Semoga lo gak nyesel." kata Deni lalu meninggalkan keduanya. Membuat Didi dan Fero menatap nya bingung.
———
"Ngantuk gue dengerin tuh guru ngomong. Gak kelar kelar." kata Gea sambil menenggelamkan kepala nya di atas kedua lipatan tangan.
Sekarang sudah memasuki jam pelajaran terakhir.
Bu Ika -Guru Sejarah- sudah berbicara kurang lebih 1 jam. Hal itu membuat siswa dan siswi yang mendengar nya mumet,males. Campur aduk. Termasuk Kana juga pastinya. Walaupun kepintaran Kana diatas rata-rata, bukan berarti ia menyukai semua pelajaran di sekolah ini.
Ia sangat tidak suka pelajaran sejarah. Membosankan menurutnya. Membahas tentang kehidupan jaman dahulu, fosil-fosil dinosaurus, kerajaan jaman dahulu. Pokoknya membahas tentang jaman dahulu, Teori itu yang paling Kana tidak suka.
"Jadi pada jaman dulu.. Manusia...."
"YAELAA BU MASA LALU BIARLAH MASA LALU KALI! GAUSAH DIUNGKIT UNGKIT LAGI!" Teriak Reyhan dari meja bagian paling belakang.
"SIAPA YANG TERIAK TADI? HAH?! SINI KAMU! MAJU KE DEPAN!" Omel Bu Ika sambil mengedarkan pandangan nya ke seluruh isi kelas. Ucapan nya itu membuat semua murid memusatkan arah pandangan nya ke meja paling belakang, tentunya tempat Reyhan.
"Mampus gue." gumam Reyhan.
"Mampus lo cebong!" timpal Viky teman sebangku Reyhan.
"Diem lo dugong!" kata Reyhan sambil memukul bahu Viky keras membuat sang empu kesakitan.
"REYHAN! KE DEPAN KAMU!" Teriak Bu Ika
"Ngapain bu? Maaf saya gak bisa nyanyi." kata Reyhan santai.
"SIAPA YANG NYURUH KAMU NYANYI?" Tanya Bu Ika emosi.
"Biasaa aaaajaa dong." kata Reyhan sambil berjalan menuju tempat Bu Ika yang sedang menatapnya dengan mata hampir keluar.
"Gausah melotot bu. Takut saya." kata Reyhan dengan ekspresi wajah seperti orang ketakutan.
"Kamu ini ya komentar saja dari tadi. Dasar netizen!"
"Hidih ngapain saya netizenin ibu? Gak ada untungnya!"
"REYHANN!! LARI KAMU SAMPAI PULANG SEKOLAH!" Perintah Bu Ika dengan suara yang menggelegar di kelas IPA 3.
"Siappp!!!" Kata Reyhan lalu jalan santai menuju luar kelas.
Kriiingggg
Suara bel surga itu membuat Reyhan yang sudah berjalan di luar kelas harus memutar balik ke arah kelas.
"Yahh bu, udah pulang tuh, Gimana dong?" tanya Reyhan sambil tersenyum miring kearah Bu Ika yang sedang menatapnya kesal.
"Kalau gitu kamu harus bersihin kelas hari ini juga. Kamu nyapu, ngepel, bersihin kaca. Harus total, benar benar bersih!" jawab Bu Ika.
"Mendingan saya lari aja deh bu. Masa ganteng ganteng gini di suruh nyapu, ngepel, bersihin kaca? Gak banget deh."
"Banyak protes kamu! Yaudah kalau gitu lari sampai pagi!"
"Auto kaki gajah saya bu."
"Gausah protes! Tadi katanya mau lari saja."
"Gajadi deh bu. Mendingan saya gausah di hukum aja deh."
"BUU LAMAA!! UDAH PULANG INII!!!" Teriak seluruh murid yang sedang menyaksikan acara debat antara siswa dengan guru.
"Iya iya sorry. Yaudah kalau gitu kalian semua boleh pulang. Kecuali kamu Reyhan, Lari sampai pagi!" kata Bu Ika tegas. Semua murid yang di dalam kelas pun keluar kelas dengan muka kusam. Reyhan pun sama, dirinya ikut menyempil diantara temannya yang ingin pulang. Malas bangat dia jika harus berlari sampai besok pagi.
Laknat memang anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
La-Luna (Selesai)
أدب المراهقين[Fiksi Remaja] -- Alkana Febiola Alfarieta, gadis yang biasa disapa Kana adalah seorang gadis yang belum mengetahui kehidupannya yang sebenarnya. Gadis itu memiliki wajah cantik. Berkulit putih, hidung cukup mancung, bulu mata lentik, dan mata canti...