Secorak biru, kembali tersapu
dari sang abu. Buih-buih rindu
yang menjadi benalu, kini telah
menemukan titik temu.Katanya, semesta itu si tukang pembolak-balik cerita, yang selalu memanipulasi lara dengan tawa.
Tidak juga. Semesta tak sehina itu, kalau dirasa. Semesta hanya ingin seisinya sama-sama merasa hal yang sama. Bukankah kalau ada tawa harus ada lara?
Manusia seberuntung apa yang hidupnya selalu dipulasi tawa? Tidak ada jawabnya.
Dan kini, seseorang yang dulunya berlinang air mata, hidupnya dipulasi lara, sedang merajut tawa setelah sekian lama.
Sudah dibilang, semesta itu baik adanya.
Masih ingat Danu dan Avanya? Yang dulunya menjabat sebagai orang kaya dengan puterinya yang cantik jelita.
Percaya kalau sekarang sudah menginjak tahun ketiga sejak kejadian masa itu? Percaya kalau mereka yang dulunya menggenggam semesta sekarang malah dihempas olehnya?
"Pah, mamah kangen Rhea."
"Papah juga," Danu mengusap surai Avanya. Wanita itu, hampir saja gila.
Menganggap gadis yang melangkah di tengah kota adalah anaknya, lalu membuat heboh seisinya.
"Pokonya ini semua salah Wismala! Papah harus penjarain dia nanti," pintanya sembari menunjuk-nunjuk entah kemana.
Danu terangguk mau tak mau. Seandainya semesta tak merebut semuanya, pasti sekarang mereka sedang bersinggah di rumah lamanya.
Bukan di pinggiran gerai, yang tak pasti adanya. Kadang ke selatan, kadang ke utara. Lantang-lantung mencari manusia yang benar baik hatinya.
Biar mereka merasa, kalau semesta juga bisa murka.
Altar, pemuda itu masih setia menunggu Wismala pulih. Ya, selepas pulang dari tanah suci minggu lalu, ada sebuah keharusan yang membuatnya menginap di rumah sakit dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBEDO ✓
Teen Fiction⚝‧̍̊ ‧⇴ saturn book series。 ⌠" ia interpretasi kartika esa yang merapung di antariksa.⌡ ━━━━━[📹] 2019 © awknnaaa