Maybe i'm your Truth and your Lie.
'
'
'"Apa kau tidak takut aku melakukan hal yang sama padamu?"
Apa katanya?
Takut?
Bagaimana bisa?
Don't think about anything.
Bahkan aku hanya diam saat ia mengurungku 9 hari. Aku juga tidak protes saat ia menikahiku tanpa bicara lebih dulu. Jadi, bagaimana bisa aku takut? Lalu, sebelum aku menjawab, ia tertawa. Lebih kepada dirinya sendiri. Tanpa bicara apa-apa, ia berdiri dari duduknya, mengambil kotak p3k. Aku mulai bertanya, mau apa dia?
"Lupakan pertanyaanku yang tadi. Ini, minyak herbal yang biasa kupakai untuk meredakan nyeri pada lebam atau memar. Ini juga bagus untuk menghilangkan bekas luka." Ia menyodorkan beberapa kepadaku. "Padahal aku sudah menyiapkan jawaban." Aku tersenyum, seperti meledeknya.
Jadi dia sering terluka atau bagaimana?
"Memangnya apa jawabanmu?" Ia menarik lengan bajuku keatas, memperlihatkan memar yang tadinya tertutup. "Aku tidak takut. Toh anggap saja hanya berganti-- Aww!" Aku tak sengaja memekik saat ia mengoleskan minyak yang ia maksud pada lenganku dengan tiba-tiba.
Not even a word,
"Kukira sudah tak sakit." Ia menarik tangannya segera. "Biar ku oles pelan-pelan ya." Katanya lagi. Benar saja ia lebih hati-hati kali ini, namun memar itu masih baru sepertinya. Kalau tidak salah, karena terbentur ujung tembok saat aku berusaha kabur terakhir kali. Jadi, masih terasa sakitnya.
Namun itu bukan masalah besar bagiku. Aku sangat terharu. Ini mungkin pertama kalinya ada orang yang mengobati lukaku. Menanyakan perasaanku, menanyakan apakah aku kesakitan. Rasanya seperti mustahil, seperti mimpi yang selama ini aku harap. Dan lagi-lagi Jungkook yang membuatnya menjadi nyata.
"Ji? Apakah sangat sakit? Kenapa kau menangis?" Ahjussi mengusap-usap pipiku. Ekspresinya benar-benar khawatir, membuat air mataku bertambah deras. Sungguh, aku tidak pernah secengeng ini.
Not even a tear.
Ia menarik kepalaku, memelukku. Mencium keningku lama. Mengusap-usap punggungku. Meski sakit, tapi melegakan. Menyenangkan rasanya. Aku bersumpah tidak akan pernah menyalahkan dia meski nanti ia memperlakukanku sama seperti ibu. Setidaknya aku pernah tau bagaimana rasanya dipedulikan. Bagaimana rasanya dikhawatirkan.
Merasakan hal baru bersama Jungkook.Just give me a smile.
-----
Jungkook meneguk segelas air, tidak minum selama makan ternyata serat juga. Padahal Ji yan sudah menyuapi Jungkook dengan jeda yang cukup. Ji yan sempat memerhatikan Jungkook yang serius menatap layar komputernya, kalau orang lain mungkin jantungnya sudah berdegup kencang. Karena pesona pria itu kuat sekali.
Wouldn't it be you?
Tidak dengan Ji yan, bukan jantung berdegup atau wajah yang memanas karena sedekat ini dengan Jeon Jungkook, Ia malah bertanya-tanya, berkalut dengan pikirannya sendiri.
'Siapa Jungkook?'
'Kenapa ia menyelamatkan nya?'
'Apa yang Jungkook inginkan?'
Jungkook mematikan komputernya. Setelah menghabiskan sekitar 3 jam nonstop. Ia merasa letih, badannya juga terasa lengket karena keringat. Ia berniat mengambil handuk berwarna red wine yang tergantung di ujung ruangan dekat pintu. Berjalan ke arah kamar mandi, membuka pintunya. Namun yang ia temukan bukan bathtub kosong. Melainkan sudah terisi air, sepertinya air hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless. 'J.J.K'
Fanfic[DIBUKUKAN] Saat seseorang lebih merasa bahwa ia digilai, bukan dicintai. Memaksa wanita dengan rambut pendek bernama Ji yan menerima semua perlakuan Jeon Jungkook. Bahkan saat belum saling mengenal, pemuda Jeon itu dengan bibir manisnya berkata, ...